Seumeuseut Paya

in aceh •  7 years ago 

Saat musim kemarau datang antara bulan Mei sampai bulan Juli itu merupakan masa puncak kegembiraan Seumeuseut Paya. Pada bulan itu kondisi debit air mulai berkurang ada pula mengering.

Lazim momen inilah yang dilakukan oleh kaula muda-muda dan dewasa, berpesta pora Seumeuseut Dalam Paya Raya (Payau). Biasanya antara bulan Mei sampai Juli itu adalah masa menyusutnya debit air Lam Paya. Lam Paya nama payau di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Tanah Jambo Aye Aceh Utara, yang terletak ditengah-tengah perkampungan. Dengan luasnya diperkirakan mencapai sepuluh hektar lebih.

IKAN LELE.jpg
(https://www.google.co.id)

Dihamparan Paya disekelingi Enceng Gondok, ditengah-tengahnya Paya ada sepuluh sumur (Moun), yang dangkal. Salah satunya yang paling dikenal adalah Moun Rapai, konon cerita dari sepupuh Gampong, Moun Rapai itu penuh dengan misteri. Pada suatu hari Gampong itu dilanda banjir, kemudian sebuah Rapai milik warga setempat turun sendiri dari rumah Aceh. Rapai itu bergulir sendiri ke dalam Moun tersebut. Jarak antara Moun tersebut diperkirakan enam ratus meter lebih.

Pada musim hujan Paya itu dipenuhi air. Sebagian aliran saluran air mengairi ke dalam Paya. Sehingga air yang tampungi melebihi kapasiti. Uniknya lagi, ketika musim hujan,sebagai warga menghabiskan waktu memancing ikan, adapalu menjaring dan menjala. Musim hujan, keberadaan ikan disumur-sumur dalam Payau mulai menjaran ke tepi Paya. Sehinga orang yang memancing mudahnya dapat,ikannya pun gedek-gedek.

Tak lazim dengan musim kemarau, dihamparan bibir Paya mulai mengering. Sementara ikan-ikan mulai bersarang ke dalam Moun, seperti Ungkot Bace (Ikan Gabus) Supat, Kruep, Ileh (belut) Seungko dan lain-lain.

Ketika Moun Lam Paya mulai mengering sebagian warga mulai gaduh membentuk anggota untuk Seumeuseut. Sebelum melakukan aksi terlebih dahulu membuat Amak. Amak itu dibuat dari pelapah pinang. Disisi kiri dan kanan, diikat dengan tali, panjang sekitar dua hingga empat meter. Amak itu berfungsi untuk mengangkat air dipermukaan sumur. Sesekali diangkat air didalam pemukaan sumur diperkirakan 30 liter lebih.

Satu sumur itu menghabiskan waktu sekitar dua-atau tiga jam. Tergantung depit air dan kedalaman Moun. Hanya orang dewasa saja yang menjadi tim Seumeuseut yang sanggup menarik Taloe Amak (tali timba yang dibuat dari pelepah pinang diikat empat tali dan ditarik oleh dua orang).

Keumeukub begitu kami menyebutnya dalam Bahasa Aceh. Keumeukub dalam versi dan bahasa saya bisa diartikan usaha untuk mencari ikan, kemudian memungut ikannya. Ketika air mengering kebanyakan ikan akan mencari sumber air yang tersisa yang tercampur dengan lumpur. Ikan akan masuk ke dalam lumpur sehingga tersembunyi. Mencari, memungut serta percikan lumpur ke wajah tatkala ikan bergeliat dalam genggaman tangan merupakan satu bagian kesenangan dari keumeukub.

Sesekali juga terkadang ada yang salah tangkap. niat menangkap ikan dapat ular air yang panjangnya hanya tiga puluh centi meter. Ular ini berbaur dengan lumpur membuatnya sulit untuk dibedakan dengan ikan.

Karena apapun yang bergerak dalam lumpur dianggap ikan dan harus ditangkap. Eh, pas diangkat ternyata ular air alias uleu ie. Jenis ular ini tidak berbahaya meskipun digigit. Hanya meninggalkan luka bekas gigitan tidak berbisa.
Seumeuseut hampir menjadi sebuah tradisi temurun. Yang menyatukan masyarakat desa kami dalam kebersamaan. Karena sistem bagi hasil sama alias weuk tumpok.

Seiring perkembangan zaman. Sekarang ini Semeuseut bukanlah hal yang lazim. Seumeuseut hanya dapat dilakukan dalam beberapa jam saja. Amak telah digantikan dengan mesin pompa air yang dapat menguras air Moun dalam beberapa saat saja.

Dari segi efisien mungkin bisa dikatakan mengunakan pompa mesin adalah hal yang tepat dan dapat di terima karena tidak memerlukan anggota begitu banyak. Hanya dua orang saja sudah cukup untuk menguras air beberapa Moun.

Hal ini membuat sikap kekeluargaan, kebersamaan dan gotong-royong dalam kegiatan Semeuseut hilang. Bahkan untuk saat ini orang yang bisa membuat Amak dari pelepah pinang sudah semakin berkurang. Semoga saja kata-kata “chak-chak grum, tho laot-laot mate kareng-kareng” yang dulu sering kami nyanyikan saat musim Semeuseut tiba. Tidak menjadi sekedar nyanyian dongeng belaka suatu masa nanti.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Engkot seungkoe sigoe mangat...
Engkot seupat meupat-pat mangat...
Engkot krup meukutup mangat...
Engkot bacee sabe-sabe mangat...