Ini bisa dikatakan, bahwa dasar pemikiran orang Aceh dalam berkehidupan selalu bersandar pada hal-hal yang bersifat keagamaan dan akar sejarah yang tak pernah lekang dari ingatan. Menguasai salah satunya atau malah keduanya secara bersamaan menjadi modal termurah untuk bisa berbaur dengan masyarakat kebanyakan. Karena perihal yang paling tak bisa dimaafkan dalam kehidupan masyarakat kita adalah sifat kacang lupa kulitnya atau seperti leumo lheueh jipeuteungoh lam mon.
Di lain pihak, dengan mengenyampingkan menjadi perkakas terbaik bagi orang yang insaf dari prasangka buruk tentang negerinya sendiri, buku ini tak ubahnya makanan bergizi yang lengkap dengan vitamin dalam menguatkan identitas keacehan bagi semua generasi. Atau bagi generasi yang sama sekali tak tahu dari mana ia punya asal, mempelajari buku ini umpama belajar membaca aleh ba atau abu tausi, jai ha khu dau dzi ... ketika seseorang ingin mahir membaca Kitab Suci.
Tapi dari semua perumpamaan yang tercatat di atas, Teungku Hasan M. di Tiro, telah mengemukakan bahwa risalah penting yang telah ditulisnya ini, "Sebagai sebuah jembatan yang bisa menghubungkan masa lalu dengan masa depan sebagai sambungan dari tali hubungan yang telah putus, agar generasi Aceh kini mengerti dan paham seperti apa negara yang sudah dibangun dan dipertahankan oleh nenek moyangnya dulu. Seperti apa kemuliaan yang sudah diraih dan bagaimana Aceh diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi.
Congratulations @nanggroeaceh! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit