Sembari kopi di pagi ini, pandanganku tetiba melihat truk melintas di depan warkop dengan membawa muatan sebuah mesin pemotong padi teknologi terakhir. Seketika ingatanku mencelat dan melayang ke Meurah Mulia, Aceh Utara tahun lalu. Ketika puluhan petani dan pemuda disana menolak kehadiran mesin pemotong padi yang disediakan pemkab setempat. Pasalnya? Kehadiran mesin tersebut bisa membuat masyarakat kehilangan pekerjaannya sebagai buruh upah saat musim panen padi. Walaupun cuma sekedar Rp.40-60 ribu per hari.
Melalui Youtube, aku dapati pula kasus serupa di Amerika Serikat, dimana hampir 3 juta orang yang bekerja di sektor transportasi truk merasa terancam dengan kehadiran teknologi Self-driving truck yang memungkinkan truk berjalan sendiri tanpa kehadiran manusia mengendalikan arah dan kecepatan.
Kisah kehadiran teknologi yang kemudian justru mendepak tenaga manusia keluar dari medan produksi, memang bukan hal baru. Ia telah mengambil korban sejak revolusi industri pertama sekali tercetus di Inggris abad ke-18. Bukan saja dalam lapangan pertanian, juga bidang lain yang tak kalah banyak mempekerjakan manusia seperti manufaktur, administrasi, dan distribusi. Orang-orang yang terdepak ini tentu saja melawan, meski hampir dipastikan berakhir dengan kegagalan. Adagiumnya, teknologi akan selalu menang dihadapan para pekerja.
Perlawanan dan penolakan terhadap teknologi adalah sebuah ironi. Digadang sebagai jawaban untuk memudahkan hidup manusia, teknologi malah menjadi petaka dan menyulitkan hidup kelompok orang tertentu. Demikian dengan janji teknologi mewujudkan kesejahteraan melalui produktifitas, lebih sering ilusif, oleh sebab produktifitas malah berujung jatuhnya harga jual dan pendapatan. Sementara teknologi terbaru yang tersedia, sentiasa berawal mahal.
Padahal teknologi harusnya memudahkan pekerjaan manusia semata, tanpa mendepak manusia keluar dari pekerjaan.
Tampaknya, ada yang salah dengan arah pengembangan teknologi saat ini, atau mungkin salah pada pemanfaatan teknologi dimaksud. Meski dipermukaan ia menciptakan kemudahan, tapi di bagian core teknologi menciptakan pula ketergantungan terhadapnya. Setidaknya ungkapan sarkas "teknologi informasi berhasil mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang berada dekat" ini bisa jadi pengingat betapa kita sangat parsial memandang manfaat teknologi, namun luput melihat dampak negatifnya.
Lebih berbahaya lagi ketika ada yang memanusiakan mesin dan memesinkan manusia
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ketika sentuhan manusia tergusur teknologi
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kemudahan yang tampak selalu menutup pandang kita terhadap dampak
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Benar... yang penting dipahami, jauh-dekat tetap Rp 5.000
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Teknologi cuma alat. Bisa disalahpahami, dibenarpahami, dipenuhpahami dan disebagianpahami
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ya. Dampak memang selalu diabaikan saat hasil lebih menguntungkan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Memang teknologi telah meng "take over" pekerjaan manusia, itulah salah satu sebab terjadinya krisis hari-hari ini. Sistem kapitalis mendorong ini terjadi, sehingga pemiliki modal yang besar terus menjadi penguasa ekonomi, tidak ada stabilitas dalam sistem ini. Sistem kapitalis tidak akan bisa mensejahterakan umat manusia sebab mereka yang meiliki modal besar adalah orang-orang tamak.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kita butuh cara pandang baru terhadap teknologi, yang memaksimalkan manfaat bagi kemanusiaan daripada sekedar keuntungan finansial. Seperti Steemit ini contohnya: bisa menjadi medium dialog dan sharing informasi bermakna, daripada sekedar alat merengkuh upvote. Sepakat?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dalam steemit ini saya sangat sepakat, bahwa adanya pertukaran/sharing yang informatif. Tetapi kan teknologi ini luas sekali dalam kehidupan kita. Mungkin ada yang sesuai ada juga yang belum bisa sesuai dengan budaya dan adat kita.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Very good post I like
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyan dipat neukalon? Simpang rima?...
Masih ingat salam pencaker? Hahahah
Follow dan upvote serta restem lapak aku ya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bedebah, ternyata kau udah nyaker kemari juga. Wkwkwkw. Kiban haba? Saleum keu keluarga beuh!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha...ada baca postingan aku? Ada foto dirimu....hahahahah
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Eh, yang mana? Kirimlah linknya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
https://steemit.com/indonesia/@alimurtaza/steemit-menyatukan-kami-yang-telang-melangkah-jauh-dari-kebersamaan-yang-dulu-begitu-dekat
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sudah mulai strategi mendapuk, hehe.
Lanjutkan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Cara pandang terhadap teknologi sebagai pembantu harus di lihat dalam aspek lain .. ketika kapitasi menganggap penting .. maka bagi kaum sosial itu adalah musuh bersama
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit