Said Safwatullah, Relawan Sahabat Dhuafa Pidie
Mutia, aktivis perempuan Aceh dan penggiat kemanusiaan yang selalu membantu masyarakat saat konflik melanda Aceh. Saat Darurat Militer Aceh, Mutia aktif di Posko Peduli Mahasiswa dan Rakyat Keu Aceh (PeMRaKa) yang berpusat di Banda Aceh.
Saat konflik Aceh, Mutia yang juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sigli, harus kehilangan kedua adiknya tewas di dalam konflik Aceh. Satu adiknya yang kala itu berusia 18 tahun, dieksekusi oleh tentara pemerintah, kepalanya ditembak, dan jasadnya dicampakkan begitu saja di persawahan kampung mereka.
Mutia, juga kehilangan kasih sayang ayahnya, ayahnya hilang saat Darurat Militer diberlakukan di Aceh. Sosok Ayah yang selalu dekat dengan Mutia kala kecil itu, tidak diketahui dimana, masih hidup atau sudah meninggal.
Mutia hidup serba kekurangan. Ia dan suaminya menyewa sebuah rumah berdinding triplek — yang sudah lapuk–di Gampong Cot Geunduk, kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Ia memiliki empat anak dan juga merawat ibunya yang sudah mengalami kebutaan. Sedangkan suaminya tidak memiliki pekerjaan yang pasti. “harta mereka sudah habis untuk berobat. Konflik telah membuat hidup mereka menjadi sekarat,”
Kepedihan hidup Mutia semakin bertambah, kehilangan keluarga saat konflik, dan kini tidak bisa lagi beraktivitas secara normal setelah mengalami kecelakaan.
Setiap Upvote akan kita sumbangkan kepada Dhuafa dan Anak Asuh Sahabat Dhuafa Pidie Mengajar