Qurban "Cerminan Manusia Muklish"

MINAL AIDIN WALFAIZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

Besok 10 Dzulhijjah 1438 H merupakan hari raya Aidul Adha. Sebagian umat Islam meranyakannya di tanah suci untuk memenuhi penggilan Allah dalam rangka menunaikan ibadah haji. Sedangkan umat muslim lainnya yang belum berkesempatan untuk menunaikan ibadah baju meranyakan di tempatnya masing-masing dengan penuh suka cita. Intinya 10 Dzulhijjah disambut dengan penuh kemenagan oleh seluruh pemeluk agama Islam di seluruh Dunia. Bagi umat Islam hari raya Qurban bukan hanya sebatas hari besar keagamanaan yang hanya dirayakan secara rutinitas semata setiap tahunnya. Ada peristiwa lain yang tersimpan dan memiliki makna yang sangat besar bagi umat Islam dalam peranyaan hari raya Qurban tersebut.

Salah-satu peristiwa yang sangat bersejarah dan sangat fundamental bagi umat Islam dalam peranyaan hari raya Qurban tersebut adalah; cara mengimplementasikan nilai-nilai ilahiyah dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Ibrahim A.s hampir menyembelih anak semata wayangnya pada tanggal tersebut sebagai perwujudan atas ketakwaan dan kecintaanya kepada Allah S.W.T. Namun dengan mukjizat dari Allah, Nabi Ismail A.s terselamatkan dari penyembelihan sang ayahnya. Sebelumnya Nabi Ibrahim A.s pernah berjanji akan bersedia untuk menyembelih anak semata wayangnya bila itu perintah dari Allah dan lewat perbuatannya itu dapat membuatnya lebih dekat dan takwa kepada Allah S.W.T. Perkataan tersebut merupakan wujud dari kecintaannya Nabi Ibrahim A.s kepada Allah S.W.T dengan penuh keikhlasan.

Janji Nabi Ibrahim A.s pun mendapatkan tanggapan dari Allah lewat mimpinya. Tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim A.s bermimpi bahwa Dia harus menyembelih anak semata wayangnya. Namun Nabi Ibrahim A.s belum nyakin sepenuhnya bahwa mimpi itu benar-benar bersumber dari Allah, Ia masih ragu-ragu kebenarannya dari mimpi tersebut. Sehingga 8 Dzulhijjah disebut dengan Hari Tarwiyah (Hari Keraguan). Besoknya pada malam tanggal 9 Dzulhijjah, Ia kembali mengalami hal yang sama. Nabi Ibrahim A.s kembali bermimpi bahwa anaknya disuruh sembelih oleh Allah S.W.T. Keesokan harinya Nabi Ibrahim A.s sadar bahwa mimpinya semalam pada tanggal 9 Dzulhijjah merupakan perintah dari Allah S.W.T untuk menyembelih anaknya. Hari tersebut (9 Dzulhijjah) disebut dengan hari arafah atau hari kepestian bahwa mimpinya itu merupakan wahyu yang diilhami oleh Allah kepada Nabi Ibrahim A.s lewat mimpinya.

Harinya, pada tanggal 10 Dzulhijjah Nabi Ibrahim sudah merencanakan untuk menyembelih Nabi Ismail (saat itu belum menjadi nabi/rasul) anak semata wayangnya. Kepastian tekadnya untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai wajud ketakwaan dan kecintaannya kepada Allah S.W.T dengan penuh keikhlasan. Walaupun kemudian atas petunjuk dan mukjizat dari Allah Nabi Ismail terselamat dari rencana penyembelihan dari sang ayahnya.

Mudah-mudahan dengan semangat Aidul Adha, kita semua menjadi manusia-manusia yang mukhlis (orang-orang yang ikhlas) dalam menggapai cinta dan ridhaNya.