Bookreview4: Arsitektur yang lain

in art •  7 years ago  (edited)

image
Sebulan terakhir ini, ada beberapa yang sudah saya khatamkan. Setiap buku punya daya tarik tersendiri dengan keunggulan masing-masing pula. Tapi, di antara semuanya buku inilah yang terbaik dan di luar dugaan saya.

Saya bukanlah seorang anak yang kuliah di jurusan arsitek, tidak pula dari keluarga trah arsitek. Namun, buku tersebut ada di tangan saya, tidak terlepas dari pada kebiasaan saya yang suka tidak linier. Bagi saya, apa yang jauh selalu mengundang penasaran, dan yang terdekat menuntut pendalaman lebih jauh. Keduanya sama penting.

Kembali lagi ke buku ini. Ketika baru beberapa lembar saya memulai bacaan, entah berapa kali sudah saya menepuk jidat sendiri. Geram, kesal, takjub, semacam merasakan kepuasan yang lainnya. Buku ini, mampu menunjukan bagaimana arsitektur sebenarnya, melalui tangan penulisnya (Avianti Armand) segalanya terasa indah.

image

Buku ini mampu memahamkan, mencerdaskan, orang awam arsitek sekalipun. Avianti cerdas, ia memulai dari hal sederhana, bahwa, sejatinya, arsitektur, sebelum lahir karena kebutuhan ruang, arsitektur ada karena kekosongan.

Sebuah pandangan yang (mungkin) bagi kita mengeleng-gelengkan kepala. Selama ini, arsitektur bagi banyak orang ialah mengenai gambar rumah, gedung pencakar langit, monument, hingga yang paling mengelitik lagi mainstream, bahwa arsitektur segala perihal yang berembel-embel "minimalis".

image

Tentang kota dengan komparasinya. Jakarta, Bandung, Tokyo, New York, Illinois, Las Vegas, dll. Merupakan sederetan cerminan yang dihadirkan untuk kemudian berkaca. Pinternya, Avianti tidak memaksa, tanpa menggurui. Avianti yang juga seniman, kurator, dan arsitek ini, menulis dengan bahasa lembut, sastrawi, filosofis, hanya sedikit menggunakan pendekatan tehnis.

Buku ini mampu menjadikan dirinya seolah-olah ruh yang hilang dari alam pikir kita mengenai arsitektur, maupun arsitektur itu sendiri. Bagaimanapun, perjalanan arsitektur Indonesia juga dunia mengalami banyak dinamika di dalamnya. Orang-orang besar seperti Silaban, Romo Mangun, Andi Purnomo, adalah mereka-mereka yang cukup terkenal lagi kuat memberikan pengaruhnya baik di tingkat regional maupun internasional. Mereka bersanding dengan nama-nama top arsitektur dunia baik satu projects, atau saling berbagi.

image

Hemat saya, kehadiran buku ini menjadi anugrah. Untuk kemudian mengingat kembali bahwa banyak hal yang sudah melenceng. Menyadarkan ulang, bahwa banyak sudah pencapaian hebat tanpa harus terus dilanda sikap kurang percaya diri. Sekaligus sebuah sindiran halus, bahwa tidak sedikit yang terperosok ke jurang, sekedar projects, menyenangkan hati klien, kapitalisme, modal, hingga ke pada ego si arsitek itu sendiri.

Avianti mampu hadir dengan elegan. Buku ini sama sekali tidak anti modernitas, dengan segala style yang mewarnainya. Hanya saja, ada tanggung jawab yang kemudian harus dipikul, seperti ketercukupan air, pemukiman layak huni, ruang terbuka hijau, kota yang hidup -bukan kota yang hanya sekadar untuk bertahan hidup-, tentang hal dan ruang sederhana yang kita abaikan dengan kesan seolah tanpa makna. Pagar, jendela, dapur, dll, di tangan Avianti dengan penuh khidmat mampu mengurai sedemikian syahdu, mengajak kita -dengan gayanya- untuk berkontemplasi.

image

Saya binggung, sangking senangnya, buku ini buka sosiologi arsitektur. Tapi banyak sisi sosialnya. Buku ini bukan buku dengan pendekatan tehnik. Namun, banyak detail di atas detail yang kemudian juga dibahas. Buku ini juga bukan buku sastra. Tapi, rasa dan bahasa mampu membawa kita hanyut ke dalamnya. Buku ini buka buku jurnalis. Namun, tidak sedikit reportasenya mendalam lagi kaya.

Pada akhirnya, saya teringat satu hal. Bahwa buku ini tak ubahnya dapur bagi Avianti dalam mengkurasikan segala hal mengenai arsitektur melalui multidisiplin ilmu tanpa embel-embel penyebutan sekalipun. Avianti, yang juga berprofesi sebagai "kurator" di dunia seni, arsitekur, telah bercerita banyak hal dari saripati hasil kurasinya, dengan pikiran yang dilukiskan melalui pena.

image

Andai saja saya "taipan" di Steemit, mungkin sudah saya adakan give away untuk sekalian steemians dengan membagikan buku ini. Sayang, saya belum menjadi taipan. Inti dari paragraf ini, sejujurnya, saya menyakinkan teman-teman semua, bahwa buku ini harus lagi "wajib" dibaca. Jika rugi, andai saja saya kaya, saya akan mengatakan: saya yang akan gantikan duit saudara, bilamana buku ini tidak bermanfaat, tidak ennak, apalagi sulit dimengerti.

Selamat berburu buku, selamat membaca, semoga banyak manfaat yang saudara peroleh di dalamnya. Amin. #Ayomembaca

@musbir

image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://steemit.com/bookreview/@lontuanisme/bookreview4-arsitektur-yang-lain-69a00b52d21ed