Adalah hal menyenangkan bisa berkeliling kota dengan menumpang transportasi umum. Ada beberapa yang menjadi pilihan, dan aku memutuskan untuk menikmati perjalanan dengan trem.
Hari yang cerah di musim semi ini membuat cuaca lebih hangat.
Aku naik kedalam trem dan mencari tempat di pojokan, dekat jendela. Sengaja kulakukan agar aku lebih leluasa memperhatikan keluar dan ke seluruh bagian dalam trem.
Kursi-kursi masih ada yang kosong, namun beberapa orang justru lebih memilih berdiri. Termasuk wanita. Di negara maju seperti ini memang perihal emansipasi wanita diwujudkan secara masif, dalam segala lini.
Di salah sudut bagian belakang, sepasang suami istri, terlihat dengan jelas umur mereka kira-kira lebih dari 60 tahun, duduk bergandengan.
Aku memperhatikan mereka. Sungguh itu pemandangan yang sangat langka di daerahku, terlebih di tempat umum. Biasanya, pasangan suami istri paruh baya atau yang sudah sepuh hanya duduk diam, tak bergandengan. Melihat keluar jendela atau sibuk dengan pikiran masing-masing sambil menunggu tiba.
Pun sebenarnya pasangan yang kuperhatikan ini sama-sama diam. Hanya saja sebelah tangan sang suami merangkul bahu sang istri, sebelahnya lagi menggenggam jemarinya. Kepala sang istri bersandar pada bahu suami sedang matanya terpejam. Sepertinya ia menikmati perjalanan dengan mencoba tertidur. Hal ini membuatku merasakan bahwa mereka saling berbicara dalam diam. Kuperhatikan terus sampai sang suami yang sedari tadi melihat keluar jendela, melihatku. Tersenyum. Sang istri yang merasakan kepala suaminya bergerak karena berpaling ke arahku, membenarkan posisi kepalanya.
"Sayang, lihatlah. Seorang gadis. Ia nampak senang memperhatikan kita. Lebih tepatnya, membayangkan menjadi kita. Tapi kau tak perlu membuka mata." Tangan keduanya tetap erat bergenggaman. Masih tanpa suara.
"Iya. Aku bisa melihat senyumnya penuh rona. Dia tengah membayangkan aku adalah dirinya. Dia ingin menjadi seperti aku. Tentunya dengan kekasihnya."
Aku mengalihkan pandangan keluar jendela. Pasangan suami istri yang tak lagi muda itu seperti mengalirkan kehangatan musim semi ke dalam hatiku;
sampai lenyap di telan musim, di sampingmu.
Tak ada yang aku lakukan di belakangmu.
*This story was uploded in my instagram account @ceudahkeumala
Congratulations @ceudahkeumala! You received a personal award!
Click here to view your Board
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @ceudahkeumala! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit