Miris teriris iris.
Kita hidup di sebuah negeri dengan mayoritas penduduk muslim yang sebagian besar hanya nampak dalam identitas di kartu tanda penduduk sahaja. Ribuan orang di sini adalah orang-orang yang mengaku dirinya muslim, berakhlak sebagaimana muslim, bertingkah sebagaimana muslim dan berucap sebagaimana muslim. Namun jarang dan hampir sama sekali tak ada hukum syariat Islam yang diterapkan sebagai seorang muslim.
Hal ini bukanlah sekedar teori, bukanlah sekedar fiksi.
Kenyataan yang kita alami di negeri ini memang jarang disadari.
Bahkan terlalu menohok apabila kita telusuri.
Bukan hanya jarang dan tak berlakunya hukum syariat di negeri ini, justru ditambah dengan kondisi yang makin tragis bin sadis. Islam dan seluruh ajaran maupun pemikiran dari nya menjadi momok di negeri ini. Sebuah hal yang terasing, terlupakan dan seakan harus dijauhkan-dimusnahkan. Tak berhenti hanya pada ajaran-ajaran dan pemikiran-pemikiran nya, para pejuangnya pun turut menjadi target penyerangan. Para ulama, para habib, dan para pendakwah Islam dari seluruh pelosok.
Terdengar seakan-akan sebuah fiksi horror dari negeri dongeng.
Ya, dan kini kita telah masuk dalam dongeng itu.
Berbagai cara, bermacam-macam usaha dan beribu-ribu perangkap telah dikerjakan tanpa kenal lelah oleh para haters- para pembenci Islam-para antek penjajah-para misionaris. Mereka kerahkan segala cara dari dulu hingga saat ini hanya untuk tujuan yang sama-meredupkan cahaya Islam di negeri mayoritas muslim ini. Bukan main main seluruh strategi mereka. Melalui berbagai cara yang tersirat jelas maupun yang tersembunyi dan menipu pikiran.
Siapa yang berpikir mendalam dan teliti pastilah akan membuat sebuah kesimpulan dari apa yang telah terjadi di istana negara pada hari Rabu tanggal 11 Juli yang lalu. Jokowi resmi membuka MTQ Internasional II, MTQ Nasional VIII antarpondok pesantren dan Kongres V Jami'iyyatul Qurra Wal Huffazh Nahdlatul Ulama. Dalam pidatonya dalam pembukaan acara tersebut, Jokowi berharap agar Islam menjadi rahmatan Lil alamin di seluruh penjuru Indonesia dan dunia. Jokowi pun sempat mengungkapkan agar Para ulama berkomitmen untuk menanamkan bibit wasathiyah Islam atau Islam moderat di penjuru dunia serta meyakini bahwa wasathiyahIslam akan menjadi arus utama dan akan menjadi awal langkah kehidupan yang damai, aman, sejahtera dan berkeadilan.
Lagi lagi. Jangan sampai lengah.
Jebakan dimana mana.
Dengan kemasan yang menarik perhatian berbagai kalangan, para pendakwah Islam seakan diseret masuk dan dijejali dengan pemikiran merusak-islam moderat.
Inilah tipuan misionaris yang berusaha menjebak, terutama teruntuk para ulama di Indonesia. Berbagai slogan-salah satunya Islam moderat-seakan menjadi solusi bagai keberagaman, kemajemukan dan kebangsaan Indonesia. Pada akhirnya, berujung pada pengkotak-kotakan islam, memecah belah kaum muslimin.
Para misionaris tak akan pernah berhenti memasang perangkap. Mereka tahu bahwasanya gerak mereka akan sukses apabila umat Islam terpedaya dan akhirnya mengiyakan. Maka dari itu, bukan cara yg bagus apabila serangan mereka dilakukan dengan cara yang kasar. Cara yang halus, kenalan yang kasat mata dan tipuan manislah yang cocok untuk menjerumuskan para pendakwah Islam.
Itulah mengapa. Bangunlah.
Muslim sudah lama tertidur dalam selimut sekularisme, berbantalkan ketidakpedulian, bergulingkan kepasrahan.
Sudah saatnya kita bangkit. Islam tak boleh meredup dalam hati dan kehidupan kita. Pembelaan dan usaha kita dalam mengkaji Islam haruslah selalu ditambah dan diperkaya. Karena misionaris pun selalu belajar dari kesalahannya dan tak berhenti berusaha. Menjebak dengan tipuan manis yang jangan sampai para pendakwah terjerumus perangkapnya.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!