Apakah Pernah Dilakukan Nabi?

in baru •  7 years ago 

Berapa sering Anda mendengarkan kalimat diatas? Cukup sering tentunya. Setiap ada kejadian atau perilaku masyarakat yang sedikit berbeda dengan pemahamannya. Kalimat ini senantiasa muncul. "Apakah pernah dilakukan Nabi?"

Saya cukup sering mendapatkan pertanyaan ini. Sehingga kadang-kadang, latah saya menjawab "Saya tidak hidup sejaman dengan Nabi."

Ingin hidup sebagaimana diajarkan Nabi, silahkan. Ingin amalan persis sama dengan yang Nabi contohkan, juga tidak ada yang melarang. Tapi ketika melihat sesuatu yang berbeda dengan yang dipahami, lantas Anda bertanya : "Apakah pernah dilakukan Nabi?,". Maka sungguh Anda sedang memancing di air yang keruh.

images (3).jpeg

Semua ajaran Islam, semuanya bersumber dari Rasulullah. Beliau wariskan kepada para Shahabatnya, kemudian shahabat mewariskan kepada Tabi'in, terus Tabi'in mewariskan kepada Tabi'ut Tabi'in, mengalir terus secara berkesinambungan sampai kepada para Ulama zaman kita.

Ada silsilah zahabiyah dari Rasul kepada para Ulama secara turun temurun. Jadi apabila dirunut mulai dari Ulama hari ini terus ke atas, kepada guru-guru dimana mereka menimba ilmu, pasti akhirnya paling atas akan berjumpa kepada Rasulullah.

Maka, jika hari ini muncul pertanyaan, "Apakah pernah dilakukan Nabi?,". Tentu tidak ada seorang pun yang bisa menjawab secara qath'i pertanyaan tersebut. Karena tidak satu pun diantara kita yang berjumpa langsung dengan Nabi.

Semua ajaran Nabi, ucapannya, tingkah lakunya, bahkan takrirnya Nabi dapat kita ketahui melalui perantaraan mata rantai silsilah yang tersambung kepada shahabat. Para shahabat lah yang melihat secara langsung apa yang diperbuat Nabi. Karena mereka hidup sezaman dengan Nabi.

Lantas, bagaimana kita beramal agar tidak melenceng dari yang telah digariskan oleh Nabi?. Tuntutlah ilmu. Belajarlah kepada para Ulama. Pahami dalil secara sempurna. Oh, belum mampu? Ikutlah apa yang diajarkan Ulama. Tidak ada larangan bagi kita untuk taqlid pada Ulama yang tsiqah.

Lalu bagaimana dengan hal-hal baru yang tidak terkait dengan dalil dan belum ada contohnya dari Nabi berdasarkan dalil?

Menurut timbangan syari'at, setiap hal yang baru terikat dengan kaidah dalil. Dalam hal ibadah, jika tidak ada dalil yang memerintahkan, maka terlarang (tidak boleh) dikerjakan. Sedangkan dalam hal muamalah, jika tidak ada dalil yang melarang, maka tidak terlarang (boleh) mengerjakannya. Simpel kan?

Jadi, jika berjumpa dengan sebuah amalan yang berbeda dari yang dipahami jangan langsung bertanya, "Apakah pernah dilakukan Nabi?,". Seakan kita paling paham tentang perbuatan Nabi. Tapi tinjaulah dari dalil. Dalam hal ibadah, jika ada dalil yang memerintahkan, lakukan. Jika tidak, tinggalkan. Begitu juga dalam hal muamalah. Jika ada dalil yang melarang, tinggalkan. Jika tidak, silahkan lakukan.
Wallahu a'alam...

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Bereh dan meuasoe.

Terima kasih, Kanda...
Lon harus banyak belajar bak droeneuh sebagai senior lon...