The diary game. Rain and my dream, (sabtu 28 agustus 2021)@bimasuci

in betterlife •  3 years ago  (edited)

images (17).jpeg

Pawai ta’aruf sudah terlaksanakan juga pekan ta’aruf sudah jauh terlewatkan. Ini sudah saatnya aktif belajar, mengatur semua harapan untuk diperjuangkan. Kau mengerti bahwa aku adalah seorang anak dari keluarga sederhana, memupuk banyak harapan dan angan. Kesadaran terhadap diriku sendiri jauh lebih membalap daripada anak-anak yang orang tuanya berprofesi sebagai pegawai ataupun lainnya yang berpenghasilan banyak.

Saat ini juga, detik ini juga, mimpiku adalah ingin meraih peringkat pertama dengan nilai tertinggi sehingga bisa mendapatkan juara umum. Ah, masa iya? Tak percaya pada diriku. Lihatlah! Di pesantren ini lebih banyak anak-anak yang menunjang prestasinya di atas rata-rata dibandingkan aku yang bermodalkan semangat dan angan.

Hari-hariku diisi dengan harapan, berdoa dan berusaha juga berkhayal jauh dalam lamunan. Terkadang rasa lelah bermimpi itu melanda hati. Tapi, yakinlah! Bahwa Allah yang memberikan yang terbaik. Begitu kataku pada diriku.

Setiap sore aku menyegerakan diriku untuk ke masjid, mengambil kitab suci al-quran untuk ku baca. Anak-anak lainnya mungkin heran melihatku yang cepat ke masjid bahkan sering duduk sendiri setiap hari membaca surah Yasin dan kusisipkan doa untukku, ayah ibu, juga keluargaku yang sudah meninggal. Tak tertinggal pula berdoa agar supaya aku mendapatkan juara umum di semester pertama ini. membaca doa pun aku berlama-lama memohon kepada Allah agar aku mendapatkan juara umum itu. Bahkan pernah juga aku mendegarkan santri kelas akhir duduk sebelah kiriku mengatakan kepada temannya kalau aku sedang berdoa sambil menangis. Kejadian itu tepat setelah shalat maghrib.
Separuh sisa waktu jika ada, aku sering berimajenasi ingin begini begitu, ingin kesana kemari hingga melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Aku sudah memasuki alam lamunanku. Ini sedang hujan, aku berdiri tepat di depan kamarku. Dari lantai dua ini aku melihat jauh butiran-butiran jernih itu jatuh ke bumi. Ada yang jatuh tepat sasaran pada tumbuhan hijau yang sudah meminta dirinya untuk disiram dan yang sangat disayangkan bagiku adalah mereka yang jatuh di atas tanah lembap hingga akhirnya butiran jernih itu kotor berlumuran. Ibaratnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci lalu berbuat dosa.

Mataku memperhatikan rintik hujan yang mengalir terartur di atas dedaunan pohon di depan asrama. Seolah memberikan sebuah melodi dalam lamunanku. Disana, di jalan lurus pemisah antara komplek asrama putra dan putri, seorang pria berjalan pasrah mengikuti langkah. Menjambak rambuk lalu berteriak atas masalah yang dihadapinya. Entah itu masalah asmaranya atau pun penyesalan dalam hidupnya.

Gerimis semakin mengundang khayalanku. Dari arah yang berlawan, seorang wanita berlari dengan menangis. Tak bisa dibedakan lagi yang mana air hujan dan yang mana air mata, lamunanku membawa haru karena sebuah pengkhianatan dalam rumah tangganya.

Seketika lamunanku itu lenyap hilang. Tiga orang santri keluar dari kamar dengan suara keras berbincang. Suaranya mengganggu sekali. Aku melanjutkan lamunanku tadi dengan alur cerita yang berbeda yang tiba di pikiranku. Wanita berjilbab abu-abu hampir sama dengan warna mendung saat itu, berpayung biru berjalan mendekat ke arah pria tadi dan memayunginya.

Aroma tanah lembap dan suara gerimis itu menjadi saksi bisu. Pria itu memandangi si wanita. Tubuhnya sudah basah kuyub membuat badanya sedikit menggigil kedinginan tapi itu tidak ditunjukinya. “aku menerima lamaranmu.” Ucapnya membuat wajah pria itu berubah seketika.
nggak tahu lagi lanjutannya. hihihi..😁😁
Demikian postingan saya, Terimakasih saya ucapkan Kepada :
@anroja @ernaerningsih @radjasalman @cicisaja @nadilchairi @akbar2468
Atas dukungan dan bimbingannya kepada saya.

Wassalam.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!