Perempuan berkebaya dan kain jarik

Don't jugde the book by the cover. Tapi yang namanya first impression tetap ada kan ya?

quoteNah, ketika bertemu pemandangan seperti ini, kira-kira apa point interest yang spontan melintas di benak Anda?

Sepeda onthelnya yang kekiniannya beberapa dasa warsa lalu? Atau Seorang ibu dengan usianya yang terbilang lanjut tapi gesit membawa sepeda onthel? Atau caping yang dikenakannya? Kain kebaya dan jariknya? Atau hal lainnya?

Kalau saya, seringnya terusik tanya bahwa pemandangan tersebut akan menjadi sangat langka dan bahkan by the time akan hilang dari peradaban.

Pemandangan dimana seorang perempuan berkebaya dan berkain jarik sebagai pakaian sehari-harinya untuk beraktivitas ( no matter what they're doing: ke sawah, ke pasar, di rumah, dll), mungkin 30 tahun lagi semakin langka atau bahkan jadi sejarah? Asumsi ini tanpa survey dan tanpa pendataan lho, jadi pliss no debat kusir.

Bukan tidak mungkin, suatu masa kelak perempuan dengan mengenakan baju kebaya dan berjarik hanya akan wajar dikenakan saat ceremonial tertentu (acara adat, resepsi pernikahan, festival budaya, so on).

Lha ini contohnya saya saja, tiap hari Kamis Pahing diharuskan pakai kebaya dan berjarik saat kerja. Implementasinya, jarik yang saya pakai model ala-ala terlihat jarik (aslinya kain jarik kemudian dijahitkan biar mudah saat memakainya). Itupun kalau sedang ada tugas ke lapangan, merasa dapat excuse untuk absen pakai kebaya karena merasa dapat "ijin sah" untuk mengenakan baju kebesaran : kaos dan celana panjang.

Jadi, saya kagum dan takjub pada beliau dan perempuan-perempuan jaman dulu yang lincah dan enjoy melakukan aktivitas sehari-hari dengan mengenakan baju kebaya dan berkain jarik untuk versi di Indonesia. Kalau di Eropa, mereka mengenakan gaun-gaun yang wouw tapi bisa naik kuda, berladang, dan semua kegiatannya berjalan fine-fine saja.

>quoteSetiap masa akan membawa corak peradabannya masing-masing, tak terkecuali dalam gaya busana ya kan?