Tak Terduga

Gambar Ilustrasi. Sumber gambar : englishcafe.co.id

Hijaunya gunung dan udara yang segar membuat aku sangat nyaman dalam perjalanan ini. Aku terus fokus menatap tikungan-tikungan itu, terkadang pandangan ku teralih karena melihat indahnya pemandangan ini. Siapa yang tidak betah jika tinggal disini? Aku sangat yakin, jika ada villa gratis disini maka semua orang akan berbondong-bondong mendatanginya.

Aceh Selatan, sebuah kabupaten yang daerahnya di dominasi dengan pegunungan dan laut. Daerah disini sangatlah unik, jika kamu berada disini dan ingin kelaut maka tak perlu-perlu menempuh jarak ratusan kilometer, melainkan hanya beberapa kilometer saja. Begitu juga sebaliknya, jika kamu ingin menikmati segarnya udara pegunungan tak usah repot-repot menempuh jarak ratusan kilometer dari bibir pantai.

Libur dua hari kumanfaatkan untuk pulang kampung. Begitu juga dengan beberapa teman ku (sang korban ospek lainnya). Orientasi Mahasiswa baru telah usai, kami di beri libur untuk beberapa hari sampai hari Rabu baru masuk kuliah. 

Jarak tempuh menuju kerumah ku tidak terlalu jauh, ayah ku saja semasa sekolah di Aceh Selatan, beliau pulang kampung ke ABDYA dengan sepeda. Menurut pengakuannya, butuh waktu satu hari untuk sampai ke rumah nenek ku.

Scooter Matic termasuk jenis sepeda motor favorite ku, kenapa? Karena untuk mengendarainya sangatlah simple, cukup memutar gas saja dan motornya jalan. Berbeda dengan motor lainnya, yang mengharuskan sang pengemudi untuk menginjak-nginjak gigi dengan kaki kiri.

Aku terus memacu motor ku dengan kecepatan didominasi antara 60-80 kilometer perjam. Kecepatan yang normal menurut ku. Jempol kiri terus kubiarkan menempel dekat klakson, dengan tujuan jika ada penghalang di depan, aku bisa dengan cepat menekan tombol klakson.

Mobil didepan adalah penghalang, mungkin begitu juga dengan dua pengendara motor lainnya. Mereka sama seperti ku, mereka juga menggunakan scooter matic. Kami mendahului mobil yang dalam hati, ku sebut dengan si penghalang. Tiga scooter menikung satu mobil, yaa ini jika di cermati hampir seperti balapan.

Aku tertinggal di belakang, entah sengaja atau tidak. Mereka seakan-akan menggoda ku untuk menyaingi mereka. Tetap fokus Kamil, ini bukan ajang perlombaan yang jika kamu jatuh, ada tim medis yang menanti. 

Entah kenapa mereka menurunkan kecepatan dan aku tetap di kecepatan normal. Alhasil, polisi tidur didepan yang sekilas seperi garis putih melintang ku sebut dengan garis finish. Dannnnn, aku yang pertama melewati polisi tidur itu, mereka tertinggal tidak terlalu jauh di belakang ku. Tenang, ini bukan balapan, ini hanya drama biasa di jalanan, yang mana si lambat akan selalu di dahului oleh si cepat.

ALhamdulillah, aku sampai di rumah dengan selamat. Ayah terkejut, berpikir kalau aku masih di Aceh Selatan yang beribu kota Tapak tuan. Serta Nyak, yang menyangkan bahwa aku kebut-kebutan di jalan. Karena dalam pikiran Nyak, butuh waktu dua jam jika menempuh dari Tapak tuan menuju rumah ku.

Teori Nyak di patahkan langsung oleh Ayah. Yeee, Ayah membelaku, dan mengakui bahwa memang jika dengan motor, waktu perjalanan nya lebih cepat, ketimbang berangkat dengan mobil.

Nyak tidak menduganya kalau waktu tempuh secepat ini. Begitu juga dengan ku, awalnya aku mengira butuh waktu berjam-jam untuk sampai rumah ku. Aku sendiri bingung karena secepat ini. Sungguh sebuah hal yang tak terduga.