Pada kesempatan kali ini saya akan me-review buku acehnologi yang terdapat dalam bab 24, yaitu tentang Jejak Budaya Aceh. Sebagaimana kita tau islam datang ke aceh langsung dibawa dari arab. Namun ada hal yang menarik yang melekat daripada definisi aceh, orang menyebutnya dengan kata a yang dipahami arab, c sebagai china, e sebagai eropa, dan h sebagai hindia. Namun ada persoalan yang sangat krusial dari pada itu semua yaitu bagaimana kita memahami keberadaan budaya yang ternyata telah menyatu dengan budaya besar di dunia.
Dari semua sebutan di atas yang paling melekat dengan aceh lebih ke pada arab, kerena rata-rata orang aceh beragama islam. Keberadaan islam sangat berdampak pada budaya di aceh yang mengalami arabisasi. Kita bisa melihat dari segi bahasa aceh dan arab hampir sama sebut saja pisau di mana dalam bahasa arab sikinoun sedangkan bahasa aceh sekin, dari segi pengucapannya hampir sama.
Jadi, kita perlu memahami budaya yang telah tertulis di dalam masyarakat,dengan cara bagaimana masyarakat tersebut memandang budaya mereka sendiri, bukan melalui sudut pandang kita sendiri. Dimana budaya merupakan sistem dari ide-ide yang di bangun di dalam masyarakat itu sendiri. Mitos, seni, keturunan, dan bahasa merupakan wilayah kebudayaan yang merupakan hasil produksi manusia yang sudah terstruktur dengan baik.
Jadi untuk memahami konteks kebudayaan aceh yan telah mengalami ke arabisasi sangatlah rumit. Terdapat banyak pengalaman beragama, yang aceh sendiri mayoritas beragama islam yang di kaji melalui islam dan tasawuf. Meskipun diluar sana masih banyak negara-negara yang moyoritas islamnya lebih banyak dari kita. Kita tetap patut bersyukur kerena kita lahir di aceh bersama orang-orang islam yang penuh kasih sayang dan dermawan meskipun sekarang sebagian orang Cuma status di ktp islam, tetapi dari segi perbuatannya tidak mencerminkan sebagai orang islam.