Beberapa hari yang lalu, saya dan teman-teman kos di undang untuk acara pernikahan anak ibu kos yang bertempat di simpang Asean Krueng Geukuh sekitar jam 11.00. Pagi itu, saya tidak ada niat untuk ikut mengantar "Linto" dikarenakan saat itu teman-teman yang lain ada kendaraan untuk pergi sementara saya dan teman satu kamar, Karin tidak berpunya (huhuu..ya memang seperti itu adanya saat ini hehe). Jadi karena kami pikir tidak ada tumpangan, maka kami putuskan untuk tidak ikut. Tetapi takdir berkata lain, tetiba adik kos kami menyapa dan mengatakan bahwa sudah ada "sudek/labi-labi" yang siap mengantar. And...we got that chance.
Langit sedang mendung, laju kuda mesin yang saya tumpangi juga semakin melangkah cepat berharap tak ada air hujan yang jatuh ke kulit yang lembab. sampailah kami sekeluarga besar Pak RT Sulaiman (begitu panggilan nama bapak kos) di rumah mempelai wanita. rumahnya tak jauh masuk ke dalam jadi kami menempati sebuah rumah warga di sana sebelum mengantar "linto" ke pada "darabaroe" untuk disandingkan. semua telah siap dengan setelan kebaya dan batiknya masing-masing, segala alat "seserahan" telah di tenteng seorang pemuda dan yang lainnya membawa bagian masing-masing.
kaum perempua dianjurkan untuk mendahului dan kemudian akan disusul oleh kaum laki-laki untuk menutupi mempelai lelakinya. begitulah maknanya yang saya dapat bahwasanya akan lebih berkesan dan karena di hari pernikahan itu baik mempelai laki-laki maupun perempuan akan dianggap sebagai ratu dan raja dalam sehari. maka perlakuan terhadap keduanya begitu instimewa.
Kedatangan kami di sambut dengan memberi salam ketika hendak mendekati rumah. sepanjang keramaian dari keluarga laki-laki seperti itulah perlakuan yang diberikan untuk menyambut kedatangan kami. mungkin mereka juga merasa lelah dibagian penerima tamu, karena jika di hitung berapa lama mereka harus berdiri menyalami setiap tamu yang datang. Tapi itulah budaya, bagi orang Barat mungkin menganggap ini adalah sesuatu yang membuang waktu atau melelahkan tetapi untuk kita, orang "Timur" untuk menjaga keharmonisan maka kita harus siap memperlakukan tamu seperti "raja" (itu yang selalu diucapkan oleh Ayah saya ketika saya mulai enggan untuk menemui tamu yang datang ke rumah).
Setelah salam-salaman itu selesai kami langsung di arahkan ke sebuah meja makan yang di gawang oleh gadis-gadis berjilbab anggun untuk mengambil bagian dari prosesi pesta itu.
Sesuai dengan judul yang saya ambil, "jangan ke pesta jika tak bawa kado" adalah karena menurut saya ini suatu perlakuan yang unik bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Aceh. mungkin kita sering melihat di Film-film Barat atau daerah lainnya yang juga memberikan kado atau hadiah kepada orang yang di cintai di hari yang spesial. dari orang tua ke anak, dari seseorang kepada sahabat atau dari seseorang ke pacar.
Dua puluh tahun lebih saya hidup di tanah Aceh ini, dan memang sedari dulu budaya membawa "kado" adalah sesuatu yang wajib. biasanyabagi mereka kerabat dekat memiliki kesempatan yang lebih untuk berpartisipasi jika ada sanak keluarga yang akan mengadakan pesta.
seperti halnya kado tadi, kerabat dekat akan membawa kado yang tak biasa atau melebihi orang lain yang bukan kerabat. misalkan saja jika di daerah saya Aceh Selatan mereka akan membawa "pesunteng gaca" sebagai wujud dari kekerabatan yang dekat tadi. "pesunteng gaca" itu sangat menentukan apakah dia benar-benar kerabat yang bisa di pakai (yang maknanya ialah, ia akan dinilai apakah ia benar-benar kerabat yang peduli dengan saudaranya) atau tidak. Jika kado yang ia bawa adalah sesuatu yang melebihi (tidak mesti kado yang harganya selangit, yang penting ada tambahan pesunteng gaca karena di anggap sebagai sesuatu yang sakral. Pesunteng gaca ini sendir terdiri dari beberapa elemen yaitu, daun hinai yang telah dihaluskan, segenggam beras yang di beri pewarna, setalam ketan yang juga di beri warna biasanya warna kuning kunyit dan secangkir air "peuntawee" sudah melengkapi sebagian dari kado tadi.
Kembali ke acara yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Sebuah meja yang khusus di tempati oleh kado-kado yang berdatangan dari para tamu undangan dan di kawal oleh seorang perempuan untuk menanti dan seolah ingin "menyetor" kado-kado dari para tamu dengan sebuah buku catatan yang di gunakan untuk mencatat siapa-siapa saja yang memberi kado tersebut dan seberapa besar kado yang ia bawakan.
Setelah semua di catat dan diterima, maka itu menjadi "PR" bagi tuan rumah untuk bisa mengembalikan apa yang di beri kepadanya. Jika kado yang ia dapat dalam jumlah yang besar, maka ia "harus" bisa mengembalikannya dengan jumlah yang besar pula suatu hari nanti jika orang tersebut juga akan mengadakan pesta. begitu juga seterusnya.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Diupvote yaa.. *-)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Trimakasih..iya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit