Sahabat semuanya, sambilan duduk menikmati malam, mari kita bahas sedikit tentang sebuah istilah, Broom Stick/Sapu lidi/Peujampoh pureh.
Dalam berbagai pandangan ketika istilah ini disebutkan maka kita akan terbayang sesuatu makna dari kata tersebut. Tersirat bahwa broom stick adalah sebuah perilaku orang miskin, memanfaatkan apa saja. Tapi ini sangat identik dengan miskin, bukan rakus. Sifat ini sering di ucapkan ke seseorang yang dalam keseharian karena “sesuatu” memanfaatkan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Sah saja hal ini diucapkan untuk sebuah istilah, kiasan atau yang lain.
Dalam masyarakat modern broom Stick pengunaannya terbatas, digantikan oleh alat lain yang lebih menarik dan mahal. Didatangkan dari luar dan menempati tempat tertentu. Kenapa broom stik termarginalkan? Mari kita merenung.
Pertanyaan, siapa yang tidak mengenal Broom Stick? Pasti semua kenal. Terbuat dari lidi, dikumpulkan, diikat dengan tali, maka jadilah Broom Stick. Fungsinya untuk menyapu di bagian luar rumah, jarang didalam rumah kecuali untuk menyapu sarang laba-laba.
Nah sahabat semuanya, menurut saya bicara broom stick itu bicara fungsi dan posisi. Broom stick adalah contoh, Dia terbuat dari lidi Pohon kelapa, dibuat oleh masyarakat kita, tanpa alat-alat canggih, harga murah. Jadi, ketika Broom stick kita contohkan seperti SDM lokal, maka dia belum mampu bersaing dengan produk luar. Termarginalkan. Ketika dia harus menyapu apa saja sebenarnya bukan karena sifat dia, tapi terpaksa atau dipaksa oleh posisi dan propesi. Jika ada yang mau mengangkat harkat Broom Stick maka dia akan menjadi raja dirumahnya sendiri. Sekarang ini yang menjadi alasan adalah posisi dari Broom Stick, bukan mengupayakan bagaimana Broom Stick bisa berubah. Saya tidak tahu apakah memang dikondisikan?.
Padahal kehadiran broom stick sangat dibutuhkan, sebagai alat pembersih dan bisa menafkahi orang (lihat gambar). Broom Stick juga menganalogikan persatuan, kebersamaan serta patuh dan tunduk pada posisi. Sahabatku semuanya, jika hari ini kita masih merasa seperti Broom stik, ini adalah sebuah kondisi, dimana kita yang lahir dinegeri sendiri dikalahkan oleh produk luar, alasannya sederhana, nilai jual dan penghargaan terhadap kerja tidak ada. Yang dinilai dizaman sekarang adalah style dan nilai jual. Kita tidak akan dihargai akibat prestasi kerja, yang dihargai adalah posisi kerja, mau cerdas atau tidak itu urusan kedua. Tapi yang menjadi tantangan kita kedepan, bagaimana kita seperti Broom Stick, bersatu untuk melakukan perubahan. Karena jangan pernah berharap dari orang lain jika sendiri tidak mau melakukan perubahan. Jika sekarang kita harus manjadi Broom Stick anggab saja sebagai batu loncatan. Jangan pernah malu dikatakan Broom Stick, karena kita bekerja pada posisi dan fungsi serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang.
Simpulan :
Demikian dari saya semoga bermanfaat, jika ada saran dan kritik silahkan dikolom replay
Salam Broom Stick