Steemit Bukan Seperti Istri Pertama

in busy •  7 years ago  (edited)

images (2).jpeg

#source

Masyarakat mulai mengenal yang namanya Steemit. Bagus, dan berarti satu kemajuan tersendiri bagi masyarakat tersebut tentunya. Tapi perubahan lainnya pun ikut juga terjadi pada lini perubahan masyarakat dewasa ini.

Disatu sisi, mereka lebih condong berfikir kreatif, mulai gemar membaca dan membicarakan hal yang lebih bermanfaat dari sebelumnya. Sisi satunya lagi secara tidak langsung telah menyudutkan Steemit, dengan masyarakat kita yang tidak tahu cara mengatur waktu dalam ber-Steemit.

Hal ini memunculkan spekulasi dalam masyarakat yang beranggapan Steemit itu bahaya, bahkan tak segan-segan mengklaim Steemit itu, "Buat orang lupa akan waktu." "Ya, itu benar, tapi bagi siapa?", Saya pun mencoba menjawabnya disini:

Pertama. "Kalau Steemit itu bahaya!" "bahaya-nya apa"?, "Dan dimana bahaya-nya?" Kan, gitu kira-kira yang ada dibenak saya sekarang ini. Kira-kira 2 bulan saya mulai berkecimpung dalam dunia Steemit ini. Dan dari hasil kacamata dan analisa saya yang awam ini, tidak ditemukan bahayanya, baik untuk kesehatan maupun ekonomi masyarakat.

Malah Steemit telah berkontribusi besar saat ini kepada masyarakat, dalam menunjang pendapatan tambahan ekonomi keluarga. Semisal: seorang Ibu rumah tanggga disela-sela waktu luangnya, dapat membagikan resep masakannya di Steemit, hasilnya dapat dipergunakan untuk anak-anaknya kesekolah, secara tidak langsung si-ibu ini telah membantu suami dan finansial keluarganya. Jadi– menurut –hemat saya, "Steemit itu berguna, aman, menguntungkan dan menyehatkan" (merefresh otak).

Di Steemit jarang kita jumpa kabar hoak, gosip, apalagi SARA. Disini kita ada aturan yang harus dipatuhi, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Dan kalau pun kami misalnya salah, akan diberikan teguran oleh abang-abang kami yang duluan di Steemit, dan bila besar kesalahan, langsung di eksekusi.

Kedua. Steemit buat orang lupa akan waktu. Pertanyaan ini bukan pertanyaan biasa, untuk menjawab pertanyaan ini, memerlukan analogika tinggi, keilmiahan ucapan dan skill yang mumpuni. Berat jawabnya.

setiap orang punya kriteria dan watak berbeda-beda. Kita harus meng-analisa, "Kenapa Steemit ini dikatakan sebagai pembuang waktu masyarakat?" ‎

‎Kehidupan masyarakat desa yang komunal, sederhana, mudah curiga, lugas/berbicara apa adanya, menghargai orang lain dan religius, membuat mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama-sama dalam kondisi dan situasi apapun disebuah tempat, umumnya tempat favorit dipedesaan adalah warung kopi.

Biaya hidup yang relatif murah didesa cenderung membuat mereka tak mau bekerja. Jauh sebelum dan sesudah Steemit dikenal, mereka ini lebih suka menghabiskan waktu dengan kemalasan. Nah , disinilah timbul masalahnya, begitu Steemit hadir ditengah mereka, menimbulkan gejala diluar kewajaran yang semestinya.

Jangan jadikan Steemit ini, motif pembuang waktu kalian, sehinggga interaksi dengan dunia nyata diabaikan, ibadah ditinggalkan dan anak istri dilupakan. Yang terkesan Steemitlah penyebabnya. Padahal ada gak ada Steemit pun, kita ini rajin diwarung kopi daripada ibadah, muamalat, dan munakahat.

Disini perlunya adanya pembagian waktu, agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan. Jadikan Steemit ini sebagai pekerjaan bebas, agar dirimu bisa hadir didunia nyata juga.

Biasanya yang parah itu newbie mereka belum bisa membagi akan waktu dengan baik, yang membuat Steemit itu dipersekusi tanpa melihat bukti objektifnya.

Ibarat kata, mereka pemula di Steemit memperlakukan Steemit ini, laksana perkawinan pertamanya, yang rasa-rasanya tidak ingin sedetikpun berjauhan, makan disuapi, dimandiin, diselimutin dan kalau tak jumpa sehari mati kayaknya.

Lain cerita dengan Steemian yang sudah lama dinegeri Steemit, mereka menikmati ber-Steemit karena bagi mereka, Steemit itu pekerjaan lepas. Waktu pun bisa diatur dan dibagi.

Dalam kasus ini, Steemit tidak bersalah, individualis yang bersalah, karena mengkambingkan Steemit atas pernyataan bahwa, "Steemit berbahaya dan Steemit membuat orang lupa akan waktu."

Sekian dan terimakasih
@musliwadi

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Setuju.
Semuanya kembali berpulang kepada personalnya.
Media hanyalah obyek. Kelakuan, pencitraan dan stigma, melekat kepada pelakunya selaku subyek bukan kepada medianya.

Personal mengatur media bukan kebalikannya, terimakasih @edhimuryanto atas kunjungannya.

Steemit buat senang-senang dan berpartisipasi untuk perubahan kok, nggak ada yang salah dari Steemit.

Ya mbak, maksud dari postingan saya kearah situ juga mbak, biar massa tak gagal paham. Terimakasih mbak mariska. Sukses selalu mbak.