Drama Pendaftaran Masuk SMK Negeri di Jakarta (1)

Ini adalah cerita waktu daftarin Ayu masuk sekolah SMK. Cerita ini sebelumnya juga pernah aku ceritakan di Facebook dalam dua kali post. Semoga bermanfaat buat emak - emak yang juga lagi daftarin anaknya ke SMU atau SMK.

Hari pertama pendaftaran masuk SMU/SMK jadi sudah bisa dipastikan penuh pake banget. Sebenarnya emak yang satu ini sudah tahu gimana alur pendaftarannya karena bukan golongan emak gaptek, jadi sebelum pendaftaran dibuka sudah mempelajari dulu isinya web PPDB Jakarta.

Sudah tahu juga kalau langkah awal adalah print formulir terus ke sekolah terdekat untuk ambil token. Kebetulan saat itu hujan awet banget dari tengah malam sampai menjelang sore. Ini bikin orang mager.

Termasuk emak yang satu ini yang mikirnya NEM anaknya lumayan tinggi untuk sekedar masuk SMK juga prediksi bahwa pendaftaran hari pertama pasti penuh, jadi niatnya besok ajalah, alias hari Selasa siapa tahu cuaca cerah dan yang daftar gak penuh lagi.

Tapi jam 9 pagi, si anak sudah heboh dan panik karena teman-temannya sudah mendaftar sedangkan dia belum. Jadilah si emak ini mau gak mau bersiap siap juga untuk mendaftar.

Menurut website nya PPDB ambil token bisa disekolah terdekat. Karena anakku milihnya SMK jadilah niat awal mau ambil token ke SMK 14 yang cuma 5 langkah dari rumah. Ternyata di sana harus pakai surat keterangan sehat dari puskesmas. Jadi mau gak mau pergilah kami berdua ke puskesmas yang ada di samping SMK. Antri lumayan lama plus bayar Rp 17.000. Saat itu hujan dari gerimis sampai deras sampai gerimis lagi.

Di puskesmas ibu ibu yang juga ikutan nunggu bilang harus daftar ke SMK yang dituju. Ya salam, itu artinya aku harus ke SMK negeri 27 yang ada di pasar baru. Lumayan lah ya naik grab car ke sana sekitar 30 menit dengan catatan gak macet. Masih dalam kondisi hujan rintik-rintik.

Sampai di SMK 27 sudah hampir jam 1 dan nunggu sebentar untuk ambil nomor urut karena petugasnya sedang istirahat. Jam 1 lebih dikit pendaftaran kembali dibuka dan dapat nomor urut 241. Ternyata di sini surat kesehatan tidak dipakai karena cek kesehatan dilakukan langsung oleh sekolah. (Anggaplah tadi itu sedekah uang dan waktu ketika nyari surat kesehatan di puskesmas ).

Jadinya proses pendaftaran agak lama karena masing-masing anak diperiksa tinggi dan berat badan juga tes buta warna. Dan ketika jam 4 pemeriksaan kesehatan belum juga selesai padahal sistem pendaftaran sudah ditutup. Jadilah mau gak mau harus balik lagi besoknya alias pagi ini.

Dan benar saja prediksi si emak, untuk pendaftaran hari ini sangat sangat sedikit dibandingkan kemaren. Akhirnya setelah melanjutkan proses pemeriksaan kesehatan sejam kemudian bisa mendapatkan token untuk memilih sekolah.

Pas sampai di rumah langsung buka laptop untuk milih sekolah dan proses pun selesai dalam hitungan menit. Tinggal nunggu besok jam 2 siang untuk tahu keterima di mana. Hari Kamis atau Jumat tinggal daftar ulang.

Gak lama kemudian datang tetangga yang anaknya kemaren sudah daftar di SMU tapi NEM nya kecil. Jadi harii ini anaknya tidak diterima di SMU pilihannya dan dia berniat untuk memilih SMK yang standar nilai nya lebih rendah.

Karena dia sudah ada token dari SMU jadinya aku sama si tetangga coba coba mengganti sekolah pilihan anaknya dari SMU jadi SMK. Dan ternyata bisa. (Pengambilan token di SMU itu jauh lebih mudah dan cepat karena gak perlu pakai cek kesehatan).

Ya salam. Segitu gampangnya. Yang penting kan ada Token untuk bisa daftar. Dan Token ini bisa digunakan untuk milih SMU maupun SMK. ToKen ini bisa didapatkan di sekolah terdekat gak harus di sekolah tujuan.

Jadi ya para emak, percaya sama aturan yang sudah dijelaskan di website resmi jangan ngikutin obrolan emak emak lain. Ngikutin juga feeling emak ya jangan ngikutin permintaan anak.