A REALISTIC TIME OF DREAMS #1: Gadis Itu Merupakan Makhluk Aneh yang Turun dari Langit/ The Girl is A Strange Creature that Descended From the Sky

in cerita •  7 years ago 

Bahasa:

Gadis Itu Merupakan Makhluk Aneh yang Turun dari Langit

2.jpg

Ilustrasisource

Salam sejahtera teman. Selamat malam semuanya! Bagaimanakah kabarnya teman-teman hari ini? Semoga menyenangkan dan baik-baik saja ya.

Kali ini saya mau bercerita sebuah kisah tentang pengalaman seorang teman. Dia berangkat dari Aceh yang merantau ke Jakarta tanpa modal apa pun. Waktu itu sekitar tahun 1993. Pengalamannya menarik sekali, sehingga membuat saya tertegun-tegun. Saya menyimaknya dengan takjub. Waktu itu, kata dia, gadis-gadis di Jakarta belum banyak yang memakai kerudung tidak seperti sekarang. Yang memakai jilbab langka sekali.

Teman saya itu menuturkan semua pengalamannya dari awal sampai akhir. Kisahnya pun begitu mendetail sehingga saya gampang menuliskannya. Tapi, saya harus menulisnya pelan-pelan agar tidak ada yang tertingga. Saya harap teman-teman mau bersabar mengikutinya. Berikut ini adalah cerita pembukanya yang sudah saya siapkan. Selamat menikmati ya.


Jakarta, 1993. Matahari sudah agak condong ke Barat. Harist tidak menolak ajakan Surib menumpangi motornya. Kebetulan arah jalan yang mereka lalui sama. Pemuda itu memang agak tergesa-gesa, sebab dia tidak mau Asarnya telat. Sedari kecil cowok berwajah persegi ini sudah terlatih shalat tepat waktu. Begitu kebiasaannya di Aceh, dan dia tidak mau mengubah tabiatnya itu di Jakarta.

Di salah satu simpang Grogol motor itu melamban. Belum sempat berhenti, Harist sudah melompat seraya mengucapkan terimakasih. Teman sekuliahnya di Akademi Akutansi Indonesia langsung tancap gas dengan meninggalkan kepulan asap agak tebal.

“Akhirnya sekarang aku jadi mahasiswa juga,” batin Harist sambil menyusuri jalan agak lengang menuju ke kost-nya.

Rasanya ini semua seperti mimpi. Anak udik dari Aceh ini sekarang bisa menginjakkan kakinya di Jakarta, dan jadi mahasiswa pula. Jika dipikir-pikir, dia berada di Jakarta bukan atas perencanaan yang matang. Semuanya terjadi secara kebetulan, dan semua itu di luar jangkauan kehendaknya.

Dengan langkah memburu pemuda itu melirik ke jam tangannya. Masih sempat dia mendapatkan waktu fadhilah (paling utama), waktu yang paling bagus dan banyak fahalanya. Begitulah kata teungku (pandai agama) yang tidak pernah dilupakan Harist, walau sesekali waktu itu memburuinya. Hidup di Jakarta memang beda dengan di kampungnya. Di sini, semuanya serba harus diburu.

Tapi kemudian, pandanga cowok itu bersitubruk dengan sosok seorang gadis. Hanya jarak sekitar lima belas meter. Sosok yang begitu unik di mata pemuda itu. Pasalnya cewek itu berpenampilan begitu aneh bagi kebanyakan orang-orang yang ditemuinya di sana. Jarang sekali dia melihat ada wanita berpakaian seperti itu.

Sejenak Harist lupa akan waktu yang diburunya. Dia terpana menyaksikan keindahan itu. Begitu anggun gadis itu dengan pakaian gamis dan jilbab serba putih. Bagi Harist hal itu sangat ganjil, sebab selama tiga bulan dia di sana jarang sekali melihat cewek memakai jilbab. Apalagi yang memakainya itu seorang bidadari. Cantiknya luar biasa!

Ini benar-benar ajaib, pikirnya. Cewek berpakaian muslimah itu benar-benar jelita! Sepintas lalu Harist menyaksikan wajah oval itu menggetarkan dadanya. Lentik bulu matanya berkerjapan. Lebih cantik dari bintang film India. Selama hidup, rasanya cowok itu tidak pernah melihat ada cewek secantik itu. Apalagi kalau dia mengenakan jilbab. Biasanya cewek cantik waktu itu rendah diri dengan pakaian seperti itu. Begitu penilaian orang-orang.

Harist tahu persis kalau cewek-cewek Jakarta waktu itu begitu elergi dengan pakaian muslim. Apalagi jika ia gadis gaul yang punya kelebihan kecantikan. Mereka lebih suka memamerkan auratnya dengan bangga. Begitulah gaya-gaya gadis kota yang dijumpainya sepanjang jalan Jakarta.

Tapi yang terpampang di depan matanya sekarang begitu nyata. Bahkan ia cewek itu sangat jelita dengan gaun yang dipakainya. Dia laksana bidadari yang sedang melintasi kota. Kesan yang tertangkap di mata Harist, gadis itu merupakan makhluk aneh yang turun dari langit. Seperti bidadari turun dari surga!


Itulah yang bisa saya kisahkan untuk malam ini. Semoga teman-teman semua terhibur. Saya berharap teman-teman senang dengan kisah singkat itu. Besok malam saya akan melanjutkan kisahnya lagi. Saya selalu mendoakan agar kita semua sehat, hidup bahagia, dan sukses selalu. Aamiiin.



English:

The Girl is A Strange Creature that Descended From the Sky

2.jpg

Illustrationsource
Best wishes. Good night all! How are you friends today? Good luck and okay.

This time I want to tell you about a friend's experience. He departed from Aceh who wanders to Jakarta without capital. It was around 1993. His experience was fascinating, which surprised me. I listened in amazement. At that time, he said, the girls in Jakarta have not put on the veil as it is now. Wearing the hijab is very rare.

My friend tells all his experiences from start to finish. The story is so detailed that I easily write it. But, I have to write it slowly so that nothing remains. I hope my friends will be patient to follow. This is the opening story I have prepared. Have fun.


Jakarta, 1993. The sun is leaning towards the West. Harist did not reject the invitation of Surib on his bicycle. Coincidentally their direction goes through the same thing. The young man was a bit rushed, because he did not want his roots to be too late. From this little man with a square face, he has been trained on time. Once his habit in Aceh, and he did not want to change his character in Jakarta.

At one of Grogol's crossroads it slowed down. Had not stopped yet, Harist had jumped out with a thank you. His classmates at Akademi Akutansi Indonesia immediately stepped on the gas leaving a thick cloud of smoke.

"Finally now I am also a student," Harist thought as he walked down the street somewhat calmly to his boardinghouse.

It was like a dream. This clump of Aceh can now set foot in Jakarta, and become a student as well. Come to think of it, he is in Jakarta not a mature plan. It all happened by chance, and it was beyond the scope of his will.

With the step of hunting the young man glanced into his watch. Still he got time *fadhilah (most important), the best time and many reward. That's the teungku (clever religion) that Harist never forgets, though occasionally it hunts him. Life in Jakarta is different from the village. Here, everything must be hunted.

But then, look at that guy crashing with the figure of a girl. Only a distance of about fifteen meters. A figure so unique in the young man's eyes. Because the girl looks so strange to most people his met there. Rarely did he see any woman dressed like that.

For a moment Harist forgot about the time he was after. He was struck by the beauty. So graceful of the girl with a dress and a white veil. To Harist that is very strange, because for three months he was there rarely saw girls wearing the hijab. Moreover, the wearer is an angel. The beauty is amazing!

This is really magical, she thought. The girl dressed in muslimah is really beautiful! At first glance Harist watched the oval's face thrill his chest. Spy lashes blink. More beautiful than Indian movie stars. During his life, he never saw that pretty girl. Available if she replaces hijab. Usually a pretty girl at that time low self with such clothes. As soon as people judge.

Harist knew perfectly well that the Jakarta girls were so allergic to Muslim clothes. Especially if she is a slang girl who has excess beauty. They prefer to show off their private parts with pride. Such are the urban girl styles he encounters along the streets of Jakarta.

But the ones in front of the ears are now real. Perhaps she was very beautiful with the dress she wore. She is an angel who is spawning the city. The impression made in the eyes of Harist, the girl is a strange creature that descends from the sky. Like an angel coming down from heaven!


That's what I can tell for tonight. Hopefully my friends are all entertained. I hope my friends are happy with the short story. Tomorrow night I will continue the story again. I always pray for all of us to be healthy, happy, and successful always. Aamiiin.



Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Dulu sekitar tahun 80 an jangankan di kota besar seperti jakarta maupun kota besar lainnya, bahkan di aceh sendiri masih jarang para gadis menggunakan jilbab, bahkan kami yang sekolah di Tsanawiyah atau Aliyah ditertawakan oleh anak-anak sekolah umum, disebabkan kami diwajibkan pakai jilbab untuk ke Sekolah. terima kasih kanda @arafatnur ceritanya sangat menarik. sukses selalu untuk kanda.

Selamat Malam Bang, terlalu manis photonya

iya, manis. tapi orangnya entah di mana, hahaha

iya. tapi orangnya entah di mana, hahaha

Bernostalgia dengan masa lalu..generasi 90-an selalu punya kisah unik

Iya, masa lalu kalau gak ditulis, lupa. Seolah-olah dulu tidak terjadi semacam itu.

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by mancingikan1 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

thanks...

Klo gini mah jdi bidadari di simpang jakarta

sepertinya besa juga kayak gitu, hehehe...

Like Post.JPG