Dari mana harus memulainya untuk sebuah cerita lampau, cerita tentang seorang laki-laki kekar yang tak lain ialah kakekku.
Setelah kepergiannya untuk selama-lamanya tiada lain yang tersisa selain kenangan bersamanya dulu. Hartanya telah dibagikan kepada anak-anaknya.
Namun diantara harta yang telah dibagikan itu, ada satu harta yang paling berharga namun luput dari anak-anaknya, itulah sebuah sepeda tua yang masih berdiri dipojokan rumah nenek.
Nak, lihatlah sepeda tua milik kakekmu
sepeda setia yang bisa diajak kemana saja untuk jalan-jalan dengan nenek dimasa muda.
Ambillah untukmu, begitu kata nenek kepadaku sambil tersenyum.
Pikirku,
Besi tua yang malang
Hari-hari serta kisah dimasa silam kini tinggal kenangan, hanya berdiri dipojokan rumah, dibasahi hujan dan dibakar mentari, benar-benar malang nasibmu.
Kini, kucoba hidupkan asa yang pudar dari sepeda itu walau ia tak lebih baik dari tunggangan si merah ferrariku.
Sepedaku, kini kau tak usah sedih karena hari ini dan esok nanti kita akan bernostalgia kembali, temani aku mencari jejak Raisa.
Kalaupun ia mau kembali maka kuberharap ia mau duduk dibelakangmu dan bersandar dibalik punggungku.