Aku merasa tubuhku seperti melayang, apakah seperti ini rasanya jika kembali ke sisinya. Bagaimana dengan ibu dan ayah, aku bahkan belum meminta maaf dan terjebak di ruang hampa ini yang akan sebentar lagi sampai di pelukanNya. Aku terus merapalkan doa dengan menengadahkan tangan, sepertinya memang benar aku akan dibawa ke akhirat. Tubuhku yang tadinya seakan mati rasa, menjadi lebih baik hingga aku bisa menengadahkan tangan.
“Doa mu seakan ingin segera meninggalkan dunia, seharusnya aku membiarkanmu terbaring saja di ubin yang dingin itu.” Aku langsung membuka mataku, ketika mendengar suara yang begitu rendah dan terkesan dingin. netraku berisi tatap dengan sepasang mata tajam dengan wajah yang tampan. Apakah dia benar-benar seorang malaikat pencabut nyawa?.” Pikirku.
Mataku membelalak, apakah ini benar dan entah keberanian dari mana, kalimat ini pun akhirnya terucap. “Apakah kamu seorang pengelana waktu?!.”
Pejamkan mata dan bibirmu itu, berhenti berbicara dan menatapku jika kamu ingin tetap tinggal di dunia, dan menebus dosamu manusia.
Manusia adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup yang ada dibumi. Manusia tetaplah manusia, dengan segala kekuasaannya hakikatnya tetap pada roda berputar melewati terjangan jurang, naik bagaikan mendaki gunung. Jatuh atau tidaknya kembali atas hak pencipta. Sebagus ataupun se-sempurna itu hak cipta dari rencanamu, tak akan bisa menandingi rencana dari pencipta dirinya.
Hari ini adalah hari terakhir saya dalam menjadi time traveller, ah… lebih tepatnya jeda untuk mengambil cuti setelah sekilan lama tidak saya ambil.
“Aku bingung harus memberikan kasus yang mana buatmu, atma.” Ucap agent dillan, beliau merupakan suatu agent yang bertugas dalam penentuan tugas bagi kami.
“Sebaiknya kamu mengurusi kasus ini saja,” ucapnya sembari menatap benda elektronik di tangannya. “Dari datanya, dia adalah seorang gadis, namanya Marzia azura. Kasusnya sangat sederhana, kamu hanya perlu merubah pola pikirannya untuk tetap patuh mengenai masa depan yang sudah di tentukan orangtuanya. Kamu bisa turun pada tahun 2020. Ini tak akan lama bukan, kamu bisa lebih cepat untuk beristirahat.” Ucapnya tersyum tipis.
“Ya.. kuharap begitu, saya pamit undur diri agent dillan, permisi.
Setelah itu saya langsung beranjak untuk pergi ke tim khusus untuk menemani perjalanan akhir ini, ya akhir.
Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya aku terjun di tempat tujuan. Aku tidak tahu, ini berada diwilayah mana. Tapi… sepertinya ini berada di sebuah perpustakaan besar. Saya mencoba menelisik sekitar, disana, di bilik ujung ada seorang gadis berhijab. Telingaku bergetar, oh… ternyata itu orangnya. Akhirnya aku mencoba untuk mencari tempat untuk bisa mencari informasi tentang gadis itu, dan rupanya gadis itu tertidur sangat pulas.
Hawa dingin yang terasa menembus kulitku membuatku tak urung mengerjapkan mata. Aku melihat kearah jendela, dengan manampakkan bangunan-bangunan tinggi, pendek yang memperindah pemandangan saat ini. Ya ampun aku ketiduran, sinar surya mulai redup. Tak lama lagi mentari akan mulai terbenam.
Ini sudah kesekian kalinya, gadis itu sering tertidur di perpustakaan besar ini. perpustkaan dengan fasilitas room by room, membuat nya sangat betah berlama-lama diruangan ini. Terlebih dengan ruangan yang begitu sejuk dengan jendela yang begitu besar yang menampakkan bangunan-bangunan serta pepohonan membuatnya terlihat asri.
Drrt drrt suara getaran ponsel tak urung membuyar kesadaran gadis itu kembali. begitu banyak deretan nama yang pastinya sudah menghawatirkan diri nya yang tak kunjung pulang.
“Duh, kok aku bisa ketiduran lagi sih. Pulang pasti diomelin lagi nih.” Rutuk gadis tersebut.
Marzia azura, Seorang gadis berusia 20 tahun yang sedang menempuh perguruan tinggi dengan jurusan system informasi. Selain penyuka pemrograman, dengan sastra dan juga astronomi. Terbukti sejak dia menemukan suatu situs blog berisikan suatu situs event project solo, dimana banyak penulis berlomba-lomba untuk bisa memasukkan naskah-naskah mereka.
Tak luput dari situ saja, sejak menemukan suatu situs berupa teori konspirasi dari laman Youtube. Gadis ini tak hilang akal akhirnya bisa menggabungkan dunia sastra dan juga astronomi.
“Time traveller,” apakah benar ada?
Sejak itulah dia berusaha untuk meriset guna mencari informasi penting serta aksara yang bisa dimasukkan ke dalam naskah nya. Sampai-sampai sebab inilah dia seringkali tertidur di dalam perpustakaan. Entah terbangun karena dibangunkan oleh petugas perpustakaan, atau juga di teror telpon seperti sekarang.
Drrt drrt …
Aku segera mengangkat panggilan dari nata, sahabatku. Pasti sebelumnya dia juga di terror bunda sama ayah juga nih.
“Ekhm, assalamualaikum. Iya, nata.” Jawabku berusaha untuk menetralkan suaraku.
“Waalaikumsalam, hey anak gadis. Dimana pula kau sampai sekarang belum pulang?, masih cari-cari tentang pengelana waktu itu?!. heh ini zaman modern, sampai zaman baheula pun, tak akan kau dapat lah topic macam begitu. Segeralah kau pulang kerumahmu, tak mau lagi aku dapat telfon dari bunda mu lepas ini! Sudahlah Assalamualaikum.” Ucapnya dan seketika panggilan pun terputus.
Aku masih menatap kagum pada handphonku, ahh… lebih tepatnya pada nata, anak itu seram sekali.
Aku mencoba berdiri untuk mengintip, menolehkan mataku menatap sekeliling, barangkali saja masih ada beberapa segelintir orang yang sekiranya tak membuatku sendiri di perpustakan besar ini.
“Rasa-rasa nya, tinggal aku sendiri di blok sini,” gumamku. Aku segera bergegas dan mulai membereskan barang-barangku. Sinar surya kembali mulai meredup, entah mengapa kali ini aura nya begitu berbeda, dingin, tapi dingin nya berbeda hingga membuatku berasa tak tentu arah, bahkan jantungku berdetak sangat cepat sekarang. tanganku sampai gugup, gemetar, hingga saat aku mulai mengangkat barangku untuk bergegas, bukuku malah terjatuh berceceran dibawah.
“Astaga, jangan gugup-jangan gugup,” ucapku guna menenangkan diri. Aku mulai bergerak cepat secara tak beraturan mengambil bukuku yang jatuh berceceran dibawah. Hingga rasanya hawa ini semakin menjadi saja, pundakku sebelah kanan terasa dingin, dan kepalaku secara spontan tergerak kearah luar bilik ku dimana disana berjejer rak-rak buku. Aku terkejut, disela rak buku itu aku melihat ada sepasang kaki disana.
Bulu kudukku terasa berdiri, mataku terbelalak.
“Bukannya, tadi__ nggak ada orang ya di area sini?,” aku kembali mencoba melihat kearah kanan, HILANG?! “Eh, kemana orang itu?!.” aku memegang dadaku, jantungku berdetak dengan cepat yang membuatnya serasa bergemuruh.
Tiba-tiba aku merasa, kejadian ini terasa tidak asing. Darah ku terasa berdesir, aku merasa ini pernah terjadi padaku. Cahaya itu, lelaki itu.
“Permisi nona, apakah kamu butuh bantuan pada seorang hantu ini?”.
Suara itu, dengan suara jantung yang begitu tak terkendali dan tangan yang mulai basah aku mencoba menoleh kebelakang. Tetapi, tak sampai melihat wajah dari pemilik suara itu, wajah tersebut tergantikan dengan sepercik cahaya, dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi seterusnya.
Cahaya itu memperlihatkan segalanya mengenai manusia, dan semesta.Kehidupan sebenarnya, hidup secara bersama, hak setiap orang dan tujuan awal dan akhir dia berdiri.
Pasca itu, entah mengapa alam semesta berkelana di matanya. Dia bisa merasakan kejadian apa saja yang terjadi dan di hadapi gadis itu, marzia azura. Dan ini terasa begitu aneh sangat aneh, mengapa dirinya ada bisa disanding gadis itu. ya.. dia Atma, divyatma Mirren. Seorang agent pengelana waktu.
Disana banyak jenis orang yang terlihat dari bentuk pakaian, hingga kobaran semangat yang terlihat jelas dimata mereka.
Saya merasa tanganku terasa hangat, aku melihat kebawah disana ada sepasang tangan yang terlihat begitu pas. Saya kembali menolehkan pandanganku, mata itu begitu indah dengan senyum yang sangat begitu hangat.
“Terimakasih, kamu membantuku merubah takdir yang kukira itulah takdirku, karena kamu juga, mereka semua bisa tersenyum lega dengan kegiatan positif yang mereka lakukan.” Aku terkekeh geli, ini terdengar lucu.
“Hey, jangan terus berterima kasih padaku nona. Aku hanya perantara dari tuhan, terimakasihlah padanya, dialah yang mengubah semuanya .”
“Tentu, terima kasih tuhan.”
Saya menghela nafas dengan lega, akhirnya gadis ini sadar juga. Dering handphone yang kian terus berbunyi membuat suasana kian terlihat rusuh. Apalagi ketika dia mengangkat telepon yang ternyata panggilan dari gadis didepannya ini, menambah piruk keadaan.
Matanya mengerjap, kuharap permasalahan ini cepat selesai. Tapi ternyata gadis ini malah membuat keadaan kembali rusuh.
“Astagaa, kamuu. Siapa kamu?!,” hebohnya.