Setiap perjalanan selalu memiliki tujuan atau petunjuk arah yang menunjukkan tempat tujuan ataupun persinggahan. Begitu pula dengan hidup, yang sering kali menjadi alasan atas keberhasilan dan kegagalan seseorang. Aku Riski, Riski al magribi. Namaku berasal dari bahasa Arab yang berarti “rezeki yang datang di waktu magrib”. Kata umi (sapaan untuk ibuku), aku adalah riski dan karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka. Karena, aku adalah anak laki-laki pertama dan sampai sekarang masih memegang posisi anak bungsu dari tiga bersaudara. Selayaknya anak bungsu pada umumnya, aku selalu dibandingkan dengan kakak-kakakku yang telah berhasil mencapai cita-citanya dan ada juga yang sudah berkeluarga. Sedangkan aku masih belajar menjadi mahasiswa mandiri dengan kuliah danmenetap diluar kota sendiri.
Terkadang, aku pun heran atas predikat mahasiswa mandiri tersebut. Bukankah setiap manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Lantas bagaimana cara untuk menggapai kemandirian yang dimaksud ? Mungkin jawabannya belum lahir. Tidak hanya dengan kakak-kakakku, umi juga sering membandingkan aku dengan anak dari teman-temannya. Pernah suatu pagi, dengan nada bangga dan terdengar seperti ingin pamer, beliau meneleponku hanya untuk mengabari bahwa Maria, anak dari salah satu temannya akan di wisuda. Iya, hanya itu saja percakapan kami pagi itu.kemudian umi pamit untuk melanjutkan pekerjaannya dan aku terdiam seribu bahasa seolah baru mendapati Bom bunuh diri yang diletakkan di kamar mandi rumahku.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!