Desa di Tepi Sungai Kampar (From Zero to Zero)

in cerpen •  6 years ago 

"Apa-apaan ini Din" sahut Yanis kepada sahabatnya Komarudin. Yanis menjelaskan, "Yang tepat itu from zero to hero", "ya itu kan menurutmu Nis, dan itupun kamu dapatkan dari hiruk pikuknya media masa" jawab cuek komarudin. "Iya sih", jawab Yanis

Seperti siang biasanya Komarudin dan Yanis pulang dari kebun karet milik Pak Masri setelah dari pagi menakik pohon karet atau memanen getah karet yang mana prosesnya memiliki keahlian khusus. Dimana kulit karet di sayat dengan tipis tanpa merusak kambium dan daging pohon karet. Apabila proses menyanyat pohon karet telah sesuai ketentuan maka, getah karet akan mengalir dengan perlahan keluar dari daging pohon karet dan dengan sigap diarahkan oleh para petani karet ke wadah penampung getah karet yang biasanya wadah tersebut berupa tempurung kelapa. Dominan para pria yang ada di Desa Komarudin dan Yanis berprofesi sebagai Petani. Nasib kedua sahabat ini sama-sama berprofesi sebagai petani namun tidak memiliki lahan sendiri alias jadi buruh tani. Secara umum masyarakat merendahkan profesi Petani apalagi Buruh Tani. Jarang ada Orangtua yang menuturi anaknya agar dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk nantinya menjadi petani. Ya saat ini yang lagi laris itu karyawan berdasi. yang penting berdasi walau sebenarnya hakikat outcome pekerjaan orang berdasi itu hanyalah canda gurau yang dipaksa menjadi serius di dalam dunia kerja. Sungguh heran begitu mudahnya pola pikiran materi dan atribut penampilan dapat mengangkat derajat sosial para pekerja. Petani yang terlihat kumuh dengan baju kerjanya, bau badannya yang gak karuan dan tidak menggunakan sepatu formal dianggap kasta terbawah dalam profesi kerja. Mereka tidak mampu berpikir hingga tuntas atau bagaimana? Coba bayangkan kalau misalnya Pegawai Google hilang dari dunia apakah peradaban dunia ini akan musnah? Sekarang coba anda bayangkan kalau misalnya di dunia ini tidak ada petani, Apa anda yakin peradaban manusia masih bisa dilanjutkan. Yang ada malaikat Israfil kaget, ketika bangun dari tidurnya atau baru mengerjakan tugas lain selain sebagai pemberi sinyal hari kiamat heran, "lah kok Bumi udah kiamat, siapa yang ngasih sinyalnya?" Seperti itulah anologi kalau petani tidak ada di dunia ini. Dari analogi tadi sudah jelas kalau petani merupakan profesi yang sangat dibutuhkan bagi peradaban dunia. Pegawai Berdasi, Petugas Wakil Rakyat kalau mereka tidak ada. Ya sepertinya tidak akan memberikan dampak yang perlu dicemaskan.

Komarudin dan Yanis dua sahabat yang mereka tidak sadar kalau mereka memang bersahabat. Dari kecil hingga tamat sekolah menengah atas telah diajari orang tuanya untuk mahir dalam bertani salah satu mata kuliah yang wajib dikuasai yaitu menakik getah karet. Yanis tidak melanjutkan kuliah karena dari kecil diajarkan untuk bekerja terapan oleh orang tuanya. Tidak tahu apa itu suatu trik untuk mengobati rasa sedih si Yanis ketika teman-temannya dominan melanjutkan kuliah atau memang karena orang tua komarudin tidak mampu membiayai perguruan tinggi yang biayanya juga tinggi atau malah Orangtua Yanis gak yakin kalau Yanis serius mau kuliah, mengingat dulu sewaktu masih sekolah, Yanis sering bolos. Berbeda dengan Komarudin. Orang tuanya ingin Komarudin masuk perguruan tinggi, orang tuanya percaya kalau perguruan tinggi bisa menjadikan sukses putranya. Pada suatu ketika Bapak komarudin ingin menggadaikan rumahnya demi biaya kuliah Komarudin. Komarudin tidak ingin hal itu terjadi, maka dibuatlah perjanjian antara Bapak dan Komarudin."Pak jangan keburu gadaikan rumah aku cobat tes masuk dulu ya, kalau nanti lulus ujian masuk aku kuliah Pak. Kalau tidak lulus aku ikut Bapak ke kebun aja, Soalnya masuk kuliah itu sulit Pak." mendengar perjanjian itu Bapak Komarudin mengiyakan. Komarudin yang dari awal gak niat kuliah, Ketika pelaksanaan ujian masuk perguruan tinggi Komarudin tidak menjawab dengan serius. Alhasil diapun tidak lulus ujian masuk. Mendengar kabar itu akhirnya Bapak Komarudin mengikhlaskan anaknya untuk tidak menjadi mahasiswa.

Sejak tamat SMA Yanis dan Komarudin mulai aktif jadi buruh tani. mereka sering bertemu di kebun karet. Lanjut omongan mereka tadi tentang From Hero to Hero. Yanis heran dengan pernyataan ngawur sahabatnya itu. "kenapa Zero to Zero Din" tanya yanis, Komarudin jawab " saya hanya gak yakin nis kalau dalam peperangan melawan diri sendiri dan nafsu itu ada akhirnya, kan pahlawan baru lahir ketika perang telah usai, jadi biar aman dan waspada saya sendiri mengkondisikan diri ini selalu nol terus dihadapan orang-orang, baik nol prestasi, nol amalnya, nol derajatnya, Kalau udah menyadari kalau semua pencapaian nol kan bisa bikin kita lebih giat cari poin nis." Yanis menanggapi ** Alah, tapi kan pahlawan itu suatu kebanggaan, Din" "Iya betul nis cuma saya belum siap juga Nis jadi Pahlawan, ntr pas dihisab malaikat repot Nis, Malaikat berekspektasi tinggi Nis ke pahlawan, kalau ada hal-hal yang tidak patut dilakukan pahlawan bisa-bisa dicemooh malaikat dan gak diberi pengecualian apalagi remisi dosa, terus pahlawan harus siap siaga Nis membela orang-orang yang menganggap diri kita Pahlawan, mau kamu tiap hari direpotkan oleh itu?" Mau-mau aja sih kalau aku, asalkan itu bisa keren dimata Yanti Din"* Jawab Yanis. 'hahahaaha,Terserah kau lah Nis" sahut Komarudin

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @perdi-bahri! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You made more than 50 upvotes. Your next target is to reach 100 upvotes.

Click here to view your Board
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do not miss the last post from @steemitboard:

Carnival Challenge - Collect badge and win 5 STEEM
Vote for @Steemitboard as a witness and get one more award and increased upvotes!