Pasang surut ekonomi di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh masyarakat umumnya, tapi bagi pasturi yang baru melangsungkan pernikahan, sehingga pada suatu hari di pedalaman kabupaten pidie.
Berbagaimacam usaha dan upaya dilakukan pasangan suami isteri ini dilakukan, tapi belum membuahkan hasil yang maksimal, berusaha lagi dan lagi, tapi kali ini mereka bangkrut.
"Dek kabi pinjam cincin ata geubi le mak watei ateuh peulamin uroenyan (Dik pinjamkanlah cincin yang pernah dikasih oleh ibu waktu kamu duduk di pelaminan)"
"Untuk apa bang?"
"Untuk modal la"
Sang isteri tanpa pikir panjang, memberikan cincin tersebut. Setelah 12 tahun kemudian.
"Bang neubi encien lon baksot"
"Encien peu roh!"
"Encien ata neulakei watei nyan"
"Pane na roh"
"Na!"
"Hana"
"Na"
"Hana hai"
Khirnya... geureubak... geurubuk... geureupak... geureupuek... prang... pring.... banm.... bummmm... dan Keuchik beserta tuha peutpun datang.