Saban kamis, Matang Glumpangdua ramai. Orang-orang tumpah ruah, mulai dari pedagang hingga para pembeli. Di Kota Matang, sebuah kota kecamatan dari pada Kec. Peusangan, Kab. Bireuen, menjadikan hari kamis sebagai "uroe peukan".
Uroe peukan, jika diterjemahkan secara serampangan ke dalam bahasa Indonesia bisa dibaca dengan hari pekan. Di wilayah makna yang lebih jauh, di Aceh, uroe pekan dalam kajian antropologi merupakan bagian dari pada kekayaan kebudayaan tradisional. Dimana, setiap uroe pekan berkumpulnya orang-orang dari ragam gampong (desa) ke suatu titik, dalam hal ini, Kota Matang misalnya.
Bagi saya, tradisi uroe peukan musti dilestarikan. Sebab, uroe peukan adalah wajah dari pada sisi tradisional kita dengan denyut ekonomi yang berputar di dalamnya. Di Matang, perayaan uroe peukan-nya disebut dengan Jak bak hameh (pergi ke keramaian hari kamis).
Kelebihan Matang bagi saya terletak pada kolektivitas adaptasinya. Matang yang dewasa ini telah tumbuh sebagai kota terbesar ke-2 di Kab. Bireuen, tetap tak menghilangkan sisi tradisionalnya. Saya bersyukur, modernitas pasar dengan semangat "kekinian" nan menggebu-gebu, tetap (masih) menyisakan ruang bagi pasar tradisional yang santai, apa adanya, serta sabar melihat dan menunggu giliran untuk dirayakan; sekalipun sehari dalam seminggu.
Jika kita merindukan bagaimana nuansa ekonomian kerakyatan yang kental. Maka, sering-seringlah bertandang ke uroe peukan. Di sanalah kita akan mendapati ragam barang dagangan yang kadang unik atau ada yang sudah langka. Di Aceh, para tetua kampung, kakek-nenek kita sering shopping bakong asoe di uroe peukan. Cuda-cuda (Emak-emak) berburu ji e (tampah). Aneuk miet (Anak-anak) yang turut ikut bersama orang tuanya, akan menunggu giliran untuk dibelikan cindoi (cendol), kue kelapa, hingga mie caluek.
Hari pekan di Matang, akan kita dapati polarisasi masyarakat dari berbagai kelas dan profesi. Dengan jumlah belanjaan yang tak jauh-jauh beda. Bila ibu-ibu PNS selepas pulang kantor atau di jam makan siang mampir bak hameh guna membeli daster, para cuda juga mencari daster atau aksesoris. Anak-anak sekolah dengan barang buruan mereka sendiri, perempuan akan mencari peralatan kosmetik, minimal menganti lipstik glouse nya seminggu sekali. Yang cowok, mencari celah dalam memonitor gadis mana yang terbening pekan itu.
Bagi saya yang menghabiskan lebih kurang tiga tahun di kota Matang selama mengenyam pendidikan putih abu-abu, Matang adalah sebentuk keistimewaan yang tak terlihat tapi terasa. Matang, ialah rindu yang mengetuk-ngetuk memori, tentang orang-orang pasar yang ramah, kuliner sate matang yang melagenda, fashion masyarakat setempat yang khas 'banget', hingga lakap dan kebanggaan identitas; Kamoe Peusangan mulia tutoe, meutuah langkah, jroeh bak meupeutimang jamee.
Maka tak heran, geliat pasar Matang baik di hari pekan atau hari-hari biasanya senantiasa ramai. Terlebih di hari pekannya, Kamis. Sepanjang jalanan, pedangan kaki lima sesak, di gang-gang toko akan kita temui para pedagang yang membanting harga. Mereka, para pedagang di hari pekan ialah pedangang musiman yang kalendernya cukup tertanda dan terhafal betul hari pekan apa saja, kapan dan dimana. Setiap hari, mereka akan berpindah dari satu hari pekan ke hari pekan berikutnya. Pendek kata, dalam kehidupan mereka, setiap hari adalah hari pekan itu sendiri, hanya waktu dan tempat yang tak samalah yang mengaransikan rezeki yang tak menentu pula.
Dari hari pekan kita belajar bagaimana denyut perekonomian rakyat, kekayaan budaya, serta wajah sosial-kultural dengan perdagangan sebagai lanskapnya. Dari uroe hameh i Matang kita mendapati kisah, kota besar di kabupaten yang tetap megah, bahkan nilainya bertambah, kala ia tetap bersanding serta mau mempertahankan tradisi. Dari keduanya kita paham arti dari sebuah kombinasi. Dan dari segalanya, harusnya kita bersyukur memaknai hidup.
Bereh informasi jih.. Di ulee kareng, Banda Aceh dulunya ada istilah Uroe Tsatu atau hari sabtu. Biasa hari khusus untuk para peternak sapi dan kambing mengumpulkan hewan ternaknya di lapangan untuk jual beli.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Beutoi. Dan memang biasanya, setiap uroe pekan ada gang khusus bagi ternak. Istimewa, Lembu, kambing dan kerbau.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Budaya geutanyoe Aceh memang unik. :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jelas brother. Semoga tetap lestari segala hal yang berbau local wisdom.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by lontuanisme from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit