Mengatasi Siswa Perokok


Oleh Muhammad Syuib Hamid

Januari lalu, koran Rakyat Aceh (27/1/2018) memberitakan bahwa sekitar 90 persen siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Pidie Jaya adalah perokok. Data ini diperoleh dari hasil screening nikotin Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat yang dilakukan terhadap dua puluh sekolah SMA di seantero Pidie Jaya (Pijay). Pun begitu, dari pemberitaan-pemberitaan yang ada deskripsi serupa tidak hanya terjadi di Pijay saja, melainkan juga di daerah-daerah lain.

Bagi sebagian kita, khususnya warga Pijay, fakta ini sangat mengejutkan mengingat para siswa itu adalah generasi penerus daerah kebanggaannya. Menemukan mereka dalam “kepungan” asap rokok sama artinya memupus harapan akan muncullnya generasi yang berkualitas di masa mendatang.

Namun, bagi sebagian yang lain fakta ini justru bisa biasa-biasa saja. Toh merokok bukanlah perbuatan kriminal sehingga layak dikhawatirkan. Lagi pula efek yang dirasakan tidak langsung terjadi di hari itu. Status hukum dalam agama pun masuk kategori makruh yang bermakna jika dikerjakan tidak berdosa dan jika ditinggalkan berpahala. Jadi tidak perlu rasanya direspon secara berlebihan.

Terlepas dari kemungkinan adanya pendapat yang kedua di atas, produsen rokok jauh-jauh hari pun telah memperingatkan kita bahwa “merokok membunuhmu”. Baik membunuh dalam arti fisik karena dengan merokok kualitas kesehatan seseorang akan terus menurun maupun membunuh dalam arti merusak pondasi masa depan yang notabenenya sedang dibentuk oleh siswa-siswa setingkat SMA ini.

Maka dari itu, dengan tagline ‘merokok membunuhmu’ seyogianya tidak ada lagi justifikasi bahwa merokok memiliki aspek positif. Hal ini perlu diperjelas mengingat banyak pihak (perokok) yang mencari dasar pembenaran bahwa merokok misalnya dapat membantu menurunkan berat badan (diet) atau membantu untuk “tune up” berfikir dan manfaat lainnya. Dan sampai saat ini belum ada hasil riset yang mengungkapkan bahwa merokok dapat membawa manfaat seperti klaim pihak tadi. Dengan demikian slogan “merokok membunuhmu” menepis adanya anggapan positif dari merokok.

Dampak Merokok bagi Siswa

Merokok bagi siswa sama masalahnya dengan bolos sekolah. Dua-duanya dapat merusak masa depan. “Asyik” dilakukan sekarang namun merana di masa mendatang. Paling “disukai” siswa, namun paling dibenci orang tua dan guru. Bahkan merokok dapat menjadi pintu masuk siswa bersentuhan dengan narkoba.

Awalnya hanya secuil ganja yang dipadu “syahdu” dengan rokok, berikutnya bisa beralih ke shabu-shabu. Ini pula yang membuat kita perlu merasa khawatir terhadap temuan Dinkes Pijay di atas dikarenakan siswa-siswa ini adalah estafet kepemimpinan di masa mendatang. Jika sebagian besar dari mereka sudah diracuni oleh rokok maka hal itu akan berpengaruh pada rendahnya kualitas kepemimpinan di masa yang akan datang.

Salah satu problema merokok adalah membuat siperokok mengalami ketagihan atau ketergantungan jangka panjang karena kandungan nikotin. Nikotin ini adalah zat yang sangat adiktif yang membuat perokok sulit melepaskan diri ketika dia sudah bersentuhan dengannya. Itu pula yang membuat banyak orang yang sudah merokok merasa susah berhenti merokok.

Ketika rasa ketagihan sudah masuk ke dalam diri siswa maka akan menimbulkan masalah lain. Uang jajan dan uang buku yang diberikan orang tua berpotensi disalahgunakan siswa untuk membeli rokok. Demikian juga, gara-gara ketagihan ini membuat kebanyakan mereka bolos sekolah. Hari-hari fokusnya tidak lagi ke sekolah dan belajar melainkan bagaimana caranya mendapatkan rokok. Belum lagi, karena sudah ketagihan membuat mereka melakukan tindakan kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli rokok yang selanjutnya bisa beralih ke narkoba.

Cara Mengatasi

Sebagai anak-anak kita, maka salah satu cara untuk mengatasi siswa merokok adalah dengan mengawasi, membina dan memberinya contoh teladan. Orang tua, guru, dan masyarakat adalah gerbong terdepan dalam melakukan ini.

Keteladanan dari orang-orang di sekitar mereka tadi akan sangat berperan dalam pembentukkan karakter diri yang sedang mereka bentuk. Jadi semakin berkualitas keteladanan yang diberikan maka akan semakin baik pula karakter yang terbentuk dalam diri siswa.

Bahkan di Aceh ada idiom kiban u meunan minyeuk, kiban du meunan aneuk, yang menjelaskan betapa orang di sekitar memegang peranan penting dalam pembentukan karakter diri. Dengan demikian, fenomena siswa merokok hari ini seperti yang terjadi di Pidie Jaya pada dasarnya tidak terlepas dari fenomena orang-orang di sekitar mereka yang mempertontonkan hal itu.

Jadi salah satu cara agar mereka tidak lagi merokok adalah orang tua, guru, dan masyarakat sekitar ideallnya juga tidak ikut merokok. Selama ini kita lebih sering menyeru dan melarang siswa atau anak-anak kita untuk tidak merokok. Tetapi ironisnya kita berprilaku sebaliknya. Orang tua meminta anaknya tidak merokok, tetapi rokok untuk dirinya disuruh beli sama anaknya. Guru meminta siswa tidak merokok, tapi ketika diluar sekolah sang guru membeli rokok pada kios yang dijaga siswanya.

Demikian juga, masyarakat meminta siswa menghindar rokok, namun gempulan asap rokok ada dimana-mana. Lantas, tepatkah kita meminta siswa berhenti merokok? Maka dari itu sekarang saatnya kita hijrah dari prilaku yang demikian dengan memberikan keteladanan yang baik kepada para siswa dengan meninggalkan aktivitas merokok.

Akhirnya kita juga berharap adanya langkah-langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya Pemkab Pidie Jaya, untuk mengatasi fenomena siswa merokok. Kita juga mengapresiasi upaya pencegahan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah saat ini, misalnya dengan membuat peraturan bupati/walikota atau bahkan qanun agar siswa tidak bersentuhan dengan rokok. Namun begitu, kita masih menanti sebuah regulasi lain yang membebaskan daerah kita ini dari segala atribut rokok mulai dari iklan hingga jual belinya.

Dengan begitu akan memudahkan bagi kita mengatasi siswa perokok. Benar ini agak berat mengingat rokok memberi kontribusi besar untuk pendapatan asli daerah (PAD). Namun, kenapa pula kita harus mengandalkan PAD pada sektor yang dapat membunuh masa depan generasi kita. Ingat rokok dikalangan siswa dapat menjadi pintu masuk narkoba. Jadi hidup sehat tanpa narkoba harus diawali dengan hidup sehat tanpa rokok. Nah!

Penulis adalah alumnus SMA Negeri 1 Meureudu, Alumunus Dayah Fathul ‘Ainiyah Cot Lipah Paya Seutui, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya. Saat ini dosen pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Email: [email protected]


Posted from my blog with SteemPress : http://kabarpidiejaya.com/2018/09/mengatasi-siswa-perokok/

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!