Bukan Negeri Monster
Seorang ibu penjual di sebuah warung kopi itu mengeluh, “Saya tak mau divaksin karena saya kurang yakin dengan vaksin corona ini. Saya juga mempunyai penyakit bawaan yang saya khawatir akan menimbulkan hal yang lebih buruk bagi kesehatan saya. Saya ragu dan seperti yang diajarkan agama agar kita tinggalkan hal yang meragukan itu,” katanya dengan hati nampak kurang berkenan.
Itulah yang banyak dikeluhkan masyarakat sekarang ini dan yang banyak kita baca di berbagai media sosial yang takut dan ragu kalau dipaksa vaksin.
“Seharusnya jangan karena punya kekuasaan lalu memaksa rakyat untuk melakukan apa yang mereka mau dan tak memberikan kebebasan rakyat untuk memilih. Saya kira ini merupakan pelanggaran hak asasi dan demokrasi. Saya khawatir bila kekuasaan seperti ini diteruskan tak bedanya dengan sebuah kekuasaan monster!” Tanggapan salah seorang yang sedang nongkrong di warung ibu yang mengeluh tadi.
Inilah gambaran yang terjadi sekarang dengan kasus corona ini. Rakyat bingung dengan apa yang terjadi dengan segala kebijakan yang menganggagu aktivitas mereka karena umumnya yang terdampak adalah rakyat kecil yang bisa makan sehari saja kembang kempis.
Dan berita-berita selalu diblow-up yang sedemikian rupa seolah-olah keadaan begitu darurat. Padahal kalau dilihat di kehidupan nyata ya nampak biasa saja. Namun blowup berita itu sendiri sudah menjadi sumber penyakit secara psikologis. Bahkan yang banyak masyarakat jumpai adalah orang yang tidak corona namun diisukan corona.
Rakyat juga ragu dengan apa yang dinamakan rapid test itu. Rakyat ragu dengan keakuratan alat itu dan bisa jadi alat itu dipolitisisasi atau kalau tidak dipolitisasi pun juga alat itu sendiri kurang akurat dan ini bisa membahayakan bagi psikologis masyarakat.
Karena ini kesannya menjadi hantu yang bisa menakut-nakuti masyarakat. Dan ini sangat membahayakan bagi kehidupan kita sebagai bangsa dan bisa mengacaukan kehidupan bermasyarakat.
Apalagi dengan kasus corona yang sebagian masyarakat yang menganggapnya sebagai kejadian yang tak alami dan tiba-tiba. Apalagi kasusnya juga dari negara lain di Wuhan China sana dan kemudian tiba-tiba dikabarkan merebak ke dunia? Ada apa ini? Seolah bukan kejadian alami namun by desain.
Dan kemudian negara tiba-tiba mengimpor vaksin dari negara yang menjadi sumber masalah. Dan akhirnya banyak pertanyaan-pertanyaan yang menjadi keraguan masyarakat.
Banyak juga yang takut dampak negatif dari adanya vaksin. Kemudian ada juga pendapat bahwa setelahnya vaksin tak menjamin orang kebal.
Serba silang sengkarut berita dan alat test yang tak akurat itu membuat rakyat secara psikologis terus dihantui rasa takut.
Kalau memang benar kasus ini by design betapa tidak beradabnya mereka yang ada di balik kasus yang menggegerkan dunia ini.
Seharusnya pilihannya adalah rakyat jangan terus ditakuti dan biarkan mereka memilih sesuai dengan keyakinan mereka. Karena bila terus begini maka kebijakan yang menakuti itu sendiri sudah bagian dari sumber penyakit yang bisa membuat sakit masyarakat.
Yang penting rakyat bisa menjaga diri mereka sendiri dengan kekebalan mereka sendiri bukan dengan menggunakan kekuasaan untuk memaksa mereka apa yang tak mereka yakini.
Kasus ini memang sungguh merepotkan, mengganggu dan membingungkan terutama rakyat kecil yang ingin mencari penghidupan.
Rakyat kecil seperti yang dikeluhkan ibu penjual warung kopi tadi. Yang penting rakyat bisa menjaga kekebalanya sendiri dan mematuhi protokol kesehatan dengan kesadaran bukan compulsion.
Semoga kebebasan dan demokrasi serta penghormatan terhadap hak asasi manusia tetap terlindungi di negeri ini dan bukan menjadi negeri monster. Semoga. (Minggu, 10/07/2021)
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!