Acehnologi (Review) "SOSIOLOGI ACEH" [VolumeII:Bab17]

in education •  6 years ago 

Pada Bab ke-17 Acehnologi pada volume dua ini menyajikan tentang Sosiologi Aceh. Tentu saja, sosiologi Aceh juga menjadi bagian penting dalam hal membangun Acehnologi. Pembahasan ke-Aceh-an memang sangat sedikit membahasnya dari kacamata ilmu sosiologi, namun sangat mudah didapati dari kacamata ilmu sejarah dan antropologi, sehingga ini merupakan sebab bagaimana orang Belanda menjadikan “hobi” nya menargetkan Aceh sebagai objek menarik bagi mereka untuk diteliti.

Salah satu alasan sulitnya mendapatkan pembahasan ke-Aceh-an melalui kacamata sosiologi, dikarenakan sosiologi lebih bermain pada masyarakat modern/urban, yang dipenuhi oleh gaya berfikir Rasional. Namun, sosiologi Aceh tetap dipaparkan oleh penulis dengan merujuk kepada teori-teori dari ilmuan/Bapak sosiologi (seperti Karl Marx, Max weber, Emile Durkheim, Georg Simmel, dsb)

1519736288524.jpg

Adapun teori sosiologi adalah: “the range of abstract, general approaches and competing and complementary schools of thoughts which exist in sociology.” Bagi Giddens sosiologi adalah “a scientific human study of human social life, groups, and societies.” Dengan demikian, teori yang berkembang dalam sosiologi adalah ‘pendekatan atau ‘model pemahaman’ yang sudah berkembang dalam bidang ilmu ini. Sosiologi seakan menjadi solusi bagi kita untuk memahami “masyarakat baru” karena tentu saja tidak terkecuali bagi Aceh akan berevolusi semakin menuju dalam masyarakat urban. Aspek “masyarakat baru tentu saja bukan hanya dialami dalam konteks yang kecil seperti individu, namun seakan merambah cepat kepada kelompok, organisasi, sampai pada negara pula.

IMG-20180425-WA0015.jpg

Adapun suatu aliran pemikiran yang berasal dari Durkheim “a social fact is any way of acting, whether fixed or not, capable of exerting over the individual an external constraint.” Dalam teori ini dijelaskan maksudnya yang juga dibahas pada bab ini yaitu bahwa makan adalah biologi manusia namun cara makan manusia lah yang disebut fakta sosial. Fakta sosial merupakan kebiasaan yang menjadi tradisi serta adat istiadat, contoh saja disetiap negara mempunyai cara makan yang berbeda seperti di Aceh, masyarakat aceh sangat senang menjamu tamunya dengan makanan, yang tak memandang kelas sosial (dari miskin hingga kaya) dan akan sangat merasa dihargai ketika sang tamu dengan lahap menyantap makanan dengan piring yang penuh dengan makanan (penoh pingan). Namun berbeda dengan barat yang ketika makan lebih kepada cara menggunakan garpu/pisau dengan porsi makanan sedikit, dan fakta-fakta lainnya.

20170924_120348.jpg

1519481082859.jpg

Bab ini, sangat kaya akan pembahasan bagaimana sosiologi itu mulai ada hingga teori-teorinya, agar kita mengetahui bagaimana sosilogi Aceh perlu dimunculkan, paling tidak dengan metode perbandingan dan sejarah. Karena saat memahami masyarakat urban kita perlu mengkaji mengenai Aceh secara sosiologis. Bagaimana pun, kita tetap membutuhkan “spirit” keilmuan mengenai pemahaman terhadap identitas ke-Aceh-an di dalam konteks kekinian, ilmu ini sangat perlu dimunculkan guna pengkokoh ilmu Acehnologi yang tetap dibalut dalam kontesk identitas namun selaras dengan masanya.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!