Tulisan ini adalah versi ringkas dari buku:
“Meretas – Menulis, Reka dan Bahas Tuntas Puisi, Kitab Pengajaran Menulis Puisi Untuk Siswa SD dan SMP"
ISBN 978-602-61787-5-6
Penerbit: Sapu Lidi, Palembang, 2017
Di dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana merekonstruksi dan pendalaman menulis puisi, khusus bagi siswa SD dan SMP
Menulis puisi selama ini yang dilaksanakan di kelas pada umumnya bersifat teroritis informatif. Siswa menulis puisi hanya karena penugasan yang diberikan oleh guru. Sedikit siswa yang menyukai menulis puisi, karena tidak memiliki dasar praktis yang bisa mereka pergunakan dalam mengolah imajinasinya. Sementara guru pun sering tidak tahu bagaimana cara mengajarkan mencipta puisi untuk siswa. Pun, penugasan yang diberikan oleh guru seringkali bersifat sangat verbal, di mana guru hanya meminta siswa menulis puisi tentang sesuatu yang diminati mereka, atau juga guru mengajak siswa berjalan-jalan ke luar kelas, mengamati fenomena yang ada, kemudian guru menugasi siswa menuangnya dalam puisi.
Hal ini kemudian membuat puisi pun menjadi berjarak dengan kehidupan siswa. Sementara menulis puisi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan dan diri siswa. Dunia siswa atau anak adalah dunia imajinasi, sementara puisi adalah salah satu ranah penuangan imajinasi yang paling kaya. Karena itu, imajinasi siswa perlu diarahkan dan dibimbing, dimulai oleh guru, yang pada akhirnya siswa sendiri akan dapat melakukannya.
Ada tiga kondisi potensial pada siswa dalam pembelajaran sastra, yang sebenarnya menjadi modal kuat bagi guru untuk mengajarkan sastra, khususnya puisi kepada siswa, namun jika diarifi pun akan menjadi persimpangan.
Sebuah Model Pembelajaran Puisi: Teknik Pencitraan
Metode pencitraan imajinatif pada tulisan ini berangkat dari diri siswa sendiri, yakni alat inderawi siswa. Metode ini mengajak siswa berekreasi dalam dunia imajinasi mereka sendiri. Siswa melihat, mendengar, merasakan, membaui dan mengecap sebuah tempat dan peristiwa dalam imajinasi, sehingga siswa tidak perlu diajak ke obyek nyata, di mana sebelumnya siswa diajak untuk lebih kenal dan dekat dengan alat-alat inderawi mereka dan citra yang dihasil oleh indera mereka tersebut. Metode pun ini kontekstual, karena mengacu pada alam dan peristiwa yang dikenali dan dari mana siswa itu berasal.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, media yang dipakai guru dalam memberikan contoh cukup alat tulis dan papan tulis yang ada dalam kelas. Di papan tulis guru menuliskan satu kata yang berhubungan dengan nama tempat, nama peristiwa atau nama orang. Misalnya guru menulis kata:
Guru kemudian meminta kepada siswa untuk melakukan pencitraan terhadap tempat tersebut, di mana siswa diajak ‘seolah-olah’ berada di tengah sawah. Guru mengajak siswa bermain imajinasinya, dengan mengajak melihat, mendengar, merasakan, membaui dan mengecap segala sesuatu yang ada “di sekeliling” mereka. Dari pencitraan imajinatif tadi, kemudian guru bertanya kepada siswa. Sebagai contoh lihat tabel kegiatan di bawah ini:
Dari hasil pencitraan imajinatif, maka guru dan siswa telah mendapatkan sebuah “puisi mentah”.
Hamparan padi di kaki langit
Nyanyian burung-burung di angkasa
Suara desir angin mengusap batang padi
Kesejukan angin menyentuh tubuh
Ketenangan dan dan kenyamanan dalam hati
Teks yang berasal kata kata-kata yang biasa itu sekarang telah memiliki suasana baru dan “rasa puisi”, yang berbeda dengan bentuk sebelumnya. Dan, tanpa sadari, jika kita telah menulis “puisi”!
Sebuah “surprise” yang menyenangkan bagi guru, sebagaimana pengalaman penulis pribadi ada kekagetan pada siswa, ketika mereka diminta untuk membaca kembali teks ‘baru’ itu, karena mereka tersadarkan bahwa bukan lagi sebuah teks prosa yang dibaca, tetapi mereka telah membaca sebuah puisi. Tentu, harapan saya anda pun akan menemukan kesenangan ini.
Pencitraan imajinatif mengajak siswa benar-benar berada pada obyek yang ada dalam imajinasi mereka. Siswa tidak hanya sekedar memanggil pengalaman mereka, namun ‘memang’ kembali dan sedang mengalami pengalaman itu. Siswa melihat burung yang sedang terbang, atau merasakan angin dingin malam yang mengusap tubuh, mendengar air berlomba-lomba menuruni jurang atau membaui sampah yang busuk di sekitar mereka.
Metode ini dapat mencipta suasana kelas yang dramatik dan teaterikal, karena permainan imajinasi siswa. Siswa akan berbuat seolah-olah memang berada pada obyek dalam imajinasi yang dipandu dengan pertanyaan dan pernyataan pencitraan alat indera mereka. Dari segi kosa kata, metode ini juga dapat memperkaya siswa dalam menentukan kata-kata yang spesifik yang berhubungan dengan alat indera mereka.
Emong Soewandi || @emong.soewandi
Baca Juga:
- Pengaruh Bahasa Inggris Dalam Bahasa Daerah Bengkulu
- Harimau Dalam Pandangan Totemis Masyarakat Rejang
- Catatan Pementasan: Tamu Dari Medan Perang -Dinsman, Di Panggung Ziarah Kesenian, Batam 3 Maret 2018
- Visit Kepahiang 1: Dam Air Permu Kepahiang
- Visit Kepahiang 2: Perusakan Situs Purbakala
- Visit Kepahiang 3: Perkebunan Teh Kabawetan
- Catatan Perjalanan: Penjual Kain Kasur Keliling
- Di Ketinggian Menara - At The Top
- Mengenal Filumeni Koleksi Kotak Korek Api (Phillumenist)
- Joan Of Arc Ekspresi Kekagumanku (Expression For An Admiration)
- Literasi Folklor (Bagian I)
- Literasi Folklor (Bagian II)
- Literasi Folklor (Bagian III-Habis)
- Tradisi Membaca Orang-Orang Nusantara
- Mengenang Ketika Kota Kami Di-Make Over Kabut Asap
- Lela Rentaka Rejang
- Bertanya Tentang Kebudayaan Kepahiang
Coba contoh yang diberikan adalah kata KULKAS. Pasti murid-muridnya jadi pengikut Afrizal Malna :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Informatif dan menarik.
Salam...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Recomended buku ini !
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit