● Sejarah Oplet di Jakarta
Oplet, pernah berfungsi sebagai kendaraan umum nyaman di Jakarta. Kini digantikan oleh mikrolet. Pada 1960-an dan 1970-an oplet menjadi kendaraan umum paling populer di Jakarta.
Bis sedang dan besar masih jarang. Ketika itu trayek yang paling banyak dilalui oplet adalah Jatinegara – Kota. Rutenya adalah Stasiun Jatinegara lewat Matraman Raya, Salemba Raya, Senen, Pasar Baru terus memutar di Harmoni.
Setelah berdiri terminal Kampung Melayu, keberadaan oplet lebih mendapat tempat. Trayek-trayek lain juga ada di beberapa wilayah, misalnya Kampung Melayu – Tanah Abang, Kota – Tanjung Priok, dan Tanah Abang – Kebayoran Lama.
Nama oplet kembali terangkat ketika pada 1990-an RCTI menayangkan sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan`. Oplet adalah kendaraan umum yang memiliki satu pintu di bagian belakang. Pintu itu menjadi tempat masuk dan keluar penumpang. Di bagian depan juga ada pintu, yakni di bagian kanan dan kiri. Satu penumpang boleh duduk di samping sopir. Umumnya oplet memuat sekitar 10 orang. Uniknya, hampir seluruh badan oplet terbuat dari kayu. Begitu pun jendela. Untuk menutup dan membuka jendela, penumpang tinggal mengangkat atau menurunkannya. Jendela tidak terbuat dari kaca atau plastik, tetapi dari kayu dan semacam kulit sehingga tidak transparan. Tangki bensin ada di bagian dalam, persis di antara kaki-kaki penumpang.
Oplet memiliki lampu sen—lampu tanda penunjuk belok—yang sangat unik, berada di luar sisi kanan dan kiri. Kalau akan berbelok ke kanan, maka tongkat kecil berwarna kuning jreng akan naik seperti portal. Begitu juga yang sebelah kiri. Klakson oplet juga unik karena terdapat di bagian luar. Memakainya harus dipencet-pencet karena terbuat dari karet. Bunyinyateot..teot. Banyak tafsiran mengenai nama oplet. Ada yang mengatakan berasal dari nama Chevrolet atau Opel. Bahkan dari kata auto let. Kebanyakan oplet bermerk Morris dan Austin. Di kalangan masyarakat awam, oplet disebut juga ostin (dari merk Austin).
Dibandingkan kendaraan umum zaman 1990-an hingga sekarang, oplet bersih dan nyaman ditumpangi. Meski usianya sudah tua tapi mesinnya tetap terawat dengan baik, juga polusi asap knalpotnya sedikit. Bahkan sopir oplet memiliki etika lalu-lintas yang baik, tidak kebut-kebutan ataupun berhenti di sembarangan tempat.
Sayang, kemudian terjadi pergantian oplet menjadi mikrolet. Upacaranya terkesan mengharukan di pelataran Monas pada September 1980. Mikrolet memang lebih baik dan modern. Namun kualitas sopirnya sungguh memprihatinkan, terutama dalam hal etika berlalu lintas. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya kecelakaan lalu-lintas karena sopir yang ugal-ugalan demi mengejar setoran, terlebih dengan adanya sopir tembak. Belum lagi mereka suka berhenti di sembarang tempat atau ngetem mencari penumpang, sehingga membuat kemacetan.
sumber
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://jakartalama.wordpress.com/2011/02/27/oplet-di-jakarta/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit