Mimpi Gila, Mukidi.

in esteem •  7 years ago 
Perkenalkan nama saya M.U.K.I.D.I di baca Mukidi. Ahaahaha. Sontak saja seluruh kelas tertawa. Bukan karena perkenalannya yang tak lazim dengan menyebut huruf satu persatu namun karena namanya. Eh ada apa dengan namanya ya? Hmmm kalian tahu Mukidi merupakan sebuah nama yang aneh sekali di kampung kami. bahkan di kampung tetangga tidak ada seorang anakpun yang bernama Mukidi. Eh bahkan bisa jadi juga jika kalian melihat list nama di data kependudukan di kecamatan kalian barang kali, nama seperti itu takkan kaliah temui. Beneran dech saya sama sekali tidak sedang bercanda. Dan saya benar-benar tidak tertarik bercanda soal nama. Tapi entah kenapa hari itu kami tertawa mendengar nama tersebut. Nama yang aneh sekali. Seaneh pemilik nama tersebut. Apalagi dengan tingkah lakunya yang semakin menambahkan keanehannya. Oh iya, jika besok lusa kalian menemukan seseorang bernama Mukidi. Itu bukan Mukidi yang saya maksud karena ini yang sedang sedang ceritakan adalah Mukidi kawan kelas saya. Kawan kelas yang aneh lebih tepatnya.

Sejak hari itu resmilah di sekolah kami terdapat seorang murid yang memiliki nama yang aneh. Setelah seluruh murid berhenti menertawakan namanya. Pak Budi pun akhirnya menyuruh Mukidi untuk melanjutkannya. Mukidipun meneruskan menceritakan tentang dirinya kepada kami. Tanggal dan tahun berapa dia lahir, dari mana asalnya dan pindahan dari sekolah mana ia, apa hobinya serta apa impiannya. Seluruh murid di dalam kelas menyimaknya dengan penuh perhatian. Tidak seperti biasanya ketika ada murid baru, kami tak begitu antusias memerhatikannya. Bukan karena kami tidak sopan atau tidak mau mendengarkan. Tapi, karena memang biasanya paling mereka juga sekedar memberi tahu nama serta pindahan dari mana. Tidak seperti Mukidi, hobi serta mimpipun di ceritakannya.

Soal mimpi. Mana ngerti kami hal-hal begituan. Dan bahkan kami urung berkhayal terlalu jauh. Maklum saja anak desa mana berhak untuk bermimpi terlalu tinggi. Mimpi hanya punya anak-anak kota dan anak orang kaya saja. Sedangkan kami, sudah bisa sekolah mampu baca tulis saja sudah syukur Alhamdulillah.

Tapi, pemahaman Mukidi sangat berbeda sama kami. Lihat saja ketika dia bercerita tentang mimpi dia memulainya dengan kalimat yang membuat kami semua tercengang. Seumur-umur tak pernah kami mendengar kata-kata yang begitu luar biasa dan bertenaga. “Bermimpilah segila-gilanya dan bahkan biarkan impianmu membuatmu kedengaran seperti orang gila” tegasnya. Apa tak tercengang kami dengan kalimat itu. Mana pernah kata-kata seperti itu terbayangkan oleh kami. Kata-kata yang lebih tua dari pada usia kami. Kata-kata yang sulit kami pahami.

Apa maksudnya si aneh ini sok bicara seperti motivator saja. bisikku dalam hati waktu itu. Sudah namanya aneh. cara berfikirnya juga aneh. Mana ada anak seumuran kami masih kelas 5 SD sudah berfikir tentang mimpi segala dan bahasa-bahasa yang dia gunakan juga sulit kami cerna.

image
Source

Saya ingin membangun sekolah yang dalamnya juga terdapat dayah di seluruh pelosok tanah air ini. Di Negara kita ini “Negara Para Pengkhayal” Dan saya akan memulainya di desa kita ini “Desa Harapan”. Begitulah penjelasan Mukidi kepada kami waktu itu yang tidak hanya membuat kami takjub. Bahkan pak Budi pun ikut tercengang mendengarnya.

Mimpi yang benar-benar gila dan kami sama sekali tidak pernah pecaya itu akan menjadi kenyataan. Itu hanya khayal saja. gurauan semata. Namun, itulah Mukidi. Kawan yang aneh sekecamatan. Siapa sangka semua impiannya sekarang benar-benar jadi kenyataan.

Seharusnya saja, juga harus mencoba menjadi seperti Mukidi. Bermimpi besar dan menyakini bahwa impian itu bisa tercapai. Apa yang perlu saya lakukan hanyalah terus ikhtiar dan setelah itu baru boleh tawakal. Saya benar-benar menyesal dan nantinya jika anak saya sudah besar dan sudah mulai paham tentang impian. Saya akan menceritakan begini kepada anak saya kelak “ jika kalian ingin menjadi orang besar dan melakukan hal yanng besar dengan gagasan yang besar. Maka kalian harus juga bermimpi besar. Yakinlah kalian adalah apa yang kalian pikirkan. Seperti Kawan Bapak Mukidi. Semua berawal dari mimpi. Ia tidak hanya membangun sekolah di seluruh pelosok negeri bahkan adalah seorang motivator yang sering sering sekali di tanyang di layar TV. Siapa sangka dulunya ternyata dia hanyalah anak desa. Begitulah kekuatan mimpi”

Ahhh penyesalan memang selalu datang terlambat. Namun, terus menerus merasa menyesal juga tak membawa manfaat. Sebaiknya, ku akhir saja penyesalan ini dengan mulai bermimpi seperti Mukid. Toh seperti kata pepatah “ You are not too old to dream another dream”

Siapa tahu besok lusa saja juga bisa menjadi seperti MUkidi. Hehehe :D

Ulee Kupi
Kamis, 01/03/2018

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Pokoknya mimpi itu gratis, setinggi mana atau segila mana pun ia.

Meski mimpi adalah sesuatu hal y tak perlu di bayar namun tetap saja orang tak berani bermimpi besar. Sangat di sayangkan bukan?

Mimpi Mukidi memang luar biasa. Tapi saya masih bingung dengan siapa sebenarnya sosok mukidi yang punya mimpi seperti itu

Mukidi hanyalah anak desa "Harapan". Desa dmn segala harapn2 baik mulai di taburkan. Mimpi Mukidi hanya lah mimpi anak desa y semua org ragu2 akan mampu dia capai. Mimpinya terlalu besar namun tidak tuk mukidi bg. Besok lusa saya akan bercerita bagaimna anak Desa Harapan tsb mampu mewujudkan mimpinya di "Negeri Para Pengkhayal" tsb.