Becak mesin adalah salah satu sarana transportasi di kota Lhokseumawe. Dulunya kendaraan ini merupakan sarana transportasi vital di kota ini, namun sekarang sarana transportasi ini kian tergerus oleh zaman. Banyaknya sepeda motor dan kenderaan lain yang bisa diperoleh dengan mudah di daeler membuat becak mesin semakin terpinggirkan. Sekarang ini cukup dengan uang satu jutaan saja kita sudah bisa membawa pulang sepeda motor ke rumah. Sisanya bisa kita lunasi dengan cara cicilan. Hal ini berimbas kepada minimnya sewa bagi si abang becak.
Sebagaimana cerita salah seorang tukang becak Edi (47),dulu di era tahun 2000-an dia mampu mendapatkan uang antara Rp.100.000 sampai Rp.200.000 perhari. Namun sekarang setelah banyak sekali sepeda motor berseliweran di jalanan, dia hanya mampu mengais uang antara Rp.50.000 sampai Rp.100.000 saja dalam sehari. Belum lagi jumlah becak mesin yang semakin meningkat seiring semakin sempitnya lahan pekerjaan di kota Lhokseumawe setelah tutupnya beberapa proyek vital di kota ini.
Bisa anda bayangkan bagaimana pahitnya kehidupan para tukang becak di kota Lhokseumawe. Apalagi semua harga kebutuhan pokok semakin melambung dari hari ke hari. Biaya hidup semakin tinggi sementara pendapatan semakin berkurang. Disamping itu sesama tukang becak juga terjadi persaingan. Bila seorang tukang becak datang untuk mangkal menunggu penumpang di daerah tertentu, maka para tukang becak yang biasa menunggu pelanggan di daerah tersebut akan segera mengusirnya. Ternyata semua wilayah mempunyai abang becak masing-masing, misalnya di depan Bank-bank, rumah-rumah sakit atau di kantor instansi pemerintahan..
Demikian pembahasan saya kali ini mengenai becak mesin di kota Lhokseumawe. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa. Salam.