Kesulitan Guru Terpencil dalam Mengiplementasikan Kurikulum 2013

Pendidikan adalah proses pentransferan ilmu pengetahuan oleh seorang guru kepada siswanya, dengan harapan dengan ilmunya tersebut terjadi perubahan pada diri siswa. Meliputi perubahan afektif, psikomotorik dan kognotik.Pendidikan menjadi kewajiban bagi semua orang untuk menuju kecerdasan, tanpa pendidikan mustahil kecerdasan itu ada, kecuali mendapat wahyu, irhas danlainnya. Tetapi hal tersebut terkhusus hanya untuk manusia pilihan saja.

Seiring perkembangan pendidikan kita dengan upaya peintegrasian sesuai kebutuhan masa. Maka kerap terjadi perubahan guna penyusaian terhadap kurikulum dan materi ajar yang diberikan kepada siswanya. Itu merupakan hal wajar dan tak perlu dipersoalkan.

Namun ada hal yang membingunkan dalam setiap penerapan sistim dan kurikulum baru di indonesia, itu lebih cenderung kepada pola pikir dan keinginan penguasa. Maka tak mengherankan bila satu kurikulum yang yang tercipta hanya mampu bertahan hanya untuk lima tahun sesuai masa jabatan yang di sandang.

Perubahan kurikulum di indonesia sering kali terjadi, namun sayangnya perubahan tersebut tak melihat kesiapan perangkat kerja yang tersedia di bawah koordinasinya, dalam hal ini tentunya lembaga pendidikan formal.
Kesulitan kesulitan tersebut mewarnai proses belajar dan mengajar di lembaga sekolah mulai dari guru sampai apalagi murid.

Penerapan kurikulum terbaru tahun 2013 yang penerapan menuai beragam kritik dari berbagai kalangan. menyangkut implementasi kurikulum tersebut terjadi kesulitan dipihak pengajar. Hal tersebut di karenakan banyak guru yang belum siap mampu memanfaatkan teknologi informasi, lemahnya penguasaan bidang administrasi, dan kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif. Hal tersebut biasanya di alami oleh guru yang mengabdi di derah pedalaman dan terpencil.