Hai steemians semua ...
saya ingin berbagi tentang pulot Aceh, termasuk salah satu makanan khas Aceh.
Bahan pembuatannya bisa saja sama, tapi cara membuat dan mengolahnya membuat makanan dari bahan yang sama dan dengan nama yang sama menjadi citarasa yang berbeda.Rumusan di atas juga berlaku untuk Pulot, sebuah panganan khas Aceh yang dibuat dari beras pulut dibalut daun pisang dan dimasak dengan bara antarmuka pemrograman nom de plume ngeu.
Pada awal awalnya, zaman dulu, semua pulot Aceh enak.Karena yg menarik - terutama ibu - memiliki talenta dan pengalaman yang sama.Akhir ini rasa pulot Aceh tidak semua enak.Adas yang enak sekali, enak dan tidak enak.Penyebabnya, karena sebagian pembuat pulot tidak memiliki keahlian tradisional.Mereka hanya mampu melakukan bentuk Pulot, tapi tak mampu menghadirkan rasa pulot nyata.
Misalnya, di beberapa pinggir jalan di Banda Aceh akhir ini ada penjual Pulot.Tapi rasanya jauh dari rasa pulot yang asli.Penyebabnya sederhana, cara buatnya sedikit keliru.Pulot tradisional yang enak itu dimulai dengan merendam beras pulut yang sudah dibersihkan dengan pati santan.Ke sini garam dan gula seusai kebutuhan.Ditambah daun pandan dan irisan daging merah untuk aroma.
Setelah rendaman beras pulut itu lembut (biasanya direndam malam pagi) dibiat daun pisang lalu dimasakkan di atas bara - bukan antarmuka pemrograman menyala - dengan kadar panas yg stabil.Hasilnya luar biasa, pulut yang enak dengan keraknya yang maknyus.Di beberapa pinggir jalan cara buatnya tidak demikian.Berasa pulut mereka masak jadi nasi pulut - bu lukat - lalu dibungkus daun pisang dan dibakar di atas antarmuka pemrograman menyala.
Hasilnya, mirip puli hanya balutan daun pisang yang hangus terbakar, sedangkan isinya jauh dari harapan.Dengan struktur yang individual, tampilan luarnya tetapi tidak bisa masuk ke dalam.Itu hasil pengamatan tentang pulot beberapa waktu terakhir di Banda Aceh dan.
Sebagai orang Aceh setiap waktu saya ingat pulot dan ingin makan pulot khas Aceh yang enak.
sekian jangan lupa upvote saya