“Zakiah” “Nurmala”

in fiction •  7 years ago 

“Zakiah” ”Nurmala”

IMG-1793.jpg

Dia dipanggil Mala oleh teman, kerabat, dan keluarganya. Namanya lengkapnya Zakiah Nurmala, tapi dia bukan Zakiah Nurmala yang di cintai arai sepupu ikal dalam film sang pemimpi. Dia gadis yang mulai masuk usia menikah, hatinya koyak seperti handuk merah yang sedang di jemurnya seusai mandi pagi tadi untuk berangkat keluar rumah merajut hatinya kembali yang telah koyak, koyak karena mantan. Tepatnya cinta, cinta yang sudah Mala rajut baik lima tahun lalu.

Zakiah Nurmala yang terlahir di tahun sembilan puluhan, saat warna layar televisi terlepas dari monocrome, dia memcicipi masa remaja ditahun milenial, jauh dari Zakiah Nurmala yang ada dalam film sang pemimpi yang lugu, hanya bersekolah, lalu pulang kerumah, setiap hari menggunakan jilbab yang hanya di sangkukan dikepalanya. Dia Zakiah Nurmala modern aku menyebutnya. Aku terlambat mengenalnya, kalah cepat dari yang sudah lima tahun dan berhasil menyoyakkan hati gemulainya.

Snapseed (7).jpg

Aku ingin menggambarkan kecantikannya yang sudah terlukis sejak dia masih duduk di sekolah menengah pertama, rambut lurus pirangnya sengaja tumbuh sedikit melewati bahunya, matanya berbeda dengan Zakiah Nurmala terdahulu, Mala sekarang matanya ikut pirang, badannya mulai meninggi sejak itu, senyum Mala hanya merekah sesaat di momen tertentu, aku menganggap itu spesial, jarang aku melihat pada perempuan lain yang terlalu memurahkan senyumnya, aku sulit untuk menilai dia sederhana, karena makna sederhana di era Zakiah Nurmala sekarang punya arti yang majemuk, tergantung dimana dia berada, dan apa yang dihadapkan.

Aku bertemu Zakiah Nurmala saat harapannya kusam, iya, ini sama seperti baju yang aku pakai hari ini, kusamnya tiada terbilang akibat dimakan waktu, aku sudah menyimpannya bertahun-tahun di dalam lemari. Mala punya cita-cita yang sederhana dalam hidupnya dapat menikah pada usia muda, bagi aku itu tidak sederhana, karena itu tadi aku mengartikan sederhana itu satu hal yang majemuk. Itu bukan karena Mala dituntut orang tuanya, cita-cita yang mulai dia tanam semenjak dia bisa merasakan cinta pada lelaki. Pernah aku melihat Zakiah Nurmala yang hidup di era dimana semua perempuan seusianya merasa gemuk, padahal secara kasak mata mereka masih terlihat ideal, sedang duduk.

Snapseed (8).jpg

Tidak, aku salah menyebutnya tadi, dia sedang berjalan di satu tempat, tempat itu begitu ramai orang yang mengunjungi, aku menyebutnya itu hari minggu, perhatianku terus terpusat pada Zakiah Nurmala, ada yang kosong dari pandangannya, merasa sepi saat orang lain merasa begitu sesak hari minggu itu, tapi orang lain memaksa diri untuk tetap ketempat itu, sedangkan Zakiah Nurmala hanya mencari helai-helai perasaan untuk merajut sisa koyak pada hatinya. Mantan memang mencekam, aku punya alasan untuk itu dengan tidak pernah menyisakan mantan di pinggiran hatiku. Zakiah Nurmala terus berjalan, saat terakhir dia duduk disebuah tempat yang menyediakan makanan, suatu saat dia pernah bercerita padaku begitu menyesalnya dia singgah di tempat itu, karena setelah makan dia merasa badannya gemuk, waktu itu aku perhatikan senyumnya pernah merekah sesaat setelah makan di sebuah tempat yang dia singgahin itu. Zakiah Nurmala.

Pernah mendekam di penjara sakit hati, Mala sulit keluar dari itu, dia terus meramaikan hatinya dengan cara mempura-purakan bahagia, aku hanya melihat dari wajah dunia mayanya, ini Zakiah Nurmala yang hidup di masa dunia maya menjadi teman curhat yang tepat, mungkin arai dalam film sang pemimpi terus menyampaikan rindunya saat ini melalui dunia maya pada Zakiah Nurmala, tanpa harus menitipkan kerinduannya melalui pos yang pernah mengecewakan bapak ikal saat masih bekerja di perusahan timah di kampungnya. Hati Mala belum dari koyaknya, tapi aku selalu memperhatikan, mungkin setelah handuk merah koyaknya di ganti atau mungkin handuk merah Zakiah Nurmala punya kenangan indah, kalau aku tau itu dari mantannya, aku akan membakarnya biar jadi abu, abu yang bisa hilang dengan angin tegar.

Snapseed (6).jpg

Aku percaya dia bukan Zakiah Nurmala yang bisa aku katakan perasaan dengan lagu fatwa pujangga, dia Zakiah Nurmala yang familiar dengan eranya, cukup peka dengan perkembangan jaman, tapi dia pernah senang aku menyanyikan lagu daerah yang hanya beda tipis dengan fatwa pujangga yang dilantunkan arai pada Zakiah Nurmala di tahun delapan puluhan. Biar aku anggap itu selayang pandang belaka. Zakiah Nurmala saat masih sekolah menengah pertama berdeda dengan Zakiah Nurmala yang sudah mengenal cinta sekarang, jilbabnya tidak pernah terlepas lagi saat berjumpa, Mala sadar dengan usianya dan harkatnya. Zakiah Nurmala pernah berpuisi di jaman yang aku anggap perasaan itu hanya menyatukan perbedaan, “Bila milik hatimu adalah aku, kemanapun kamu pergi, hati itu akan kembali pada pemilik sejatinya”, aku tidak tau Mala mengutipnya dari mana, itu hanya pengalihan sakit hati gemulainya.

Cukup yang aku rasakan untuk memantau Zakiah Nurmala yang makin kacau, untuk berhasil mengetuk hatinya yang masih koyak aku harus punya mimpi sekelas arai yang mimpinya begitu gila. Milik siapa Zakiah Nurmala sekarang. Eranya sudah berbeda Mala, aku boleh berjanji pada diriku sendiri ingin menempatkan Zakiah Nurmala bukan di daftar mantan kelak aku berhasil merajut kembali hati koyaknya dengan benang-benang halal milik kuasa, aku hanya berjanji pada diriku bukan pada Mala, biar aku tidak diangap sama seperti hamba yang pernah memantankannya seketika pakai alasan kesiapan. Tiba-tiba Mala begitu menawan berhasil menawan perasaan yang ada di kepala yang di seret dari hatiku, aku menyebutnya gila dia sekarang, Zakiah Nurmala.

Snapseed (9).jpg

Dia dewasa di jaman bioskop sudah menyediakan tempat menonton kelas vvip, yang harus kita bayar tiga kali lipat dari harga biasanyanya, kalau akhir pekan mungkin lima kali lipat, Zakiah Nurmala era delapan puluhan, masih menikmati layar tancap yang ada di pusat desa. Hatinya masih berada di hati Zakiah Nurmala era delapan puluhan, orang tuanya juga, yang masih punya pengecualian. Baju terusan hitam motif bunga merah di pesta pernikahan entah siapa aku menemukan Zakiah Nurmala untuk aku rajut hatinya, Mala peka dengan buwayan bukan bualan laki-laki tak bertampang yang menemaninya ke pesta. Sepertinya itu laki-laki yang menyimpan benang halal titipan kuasa. Zakiah Nurmala siapa menjalin.

Aku hanya menulisnya.

(Atjeh, Batavia, Deli. Kopi dan air mata outlets, 2020)

image

Follow Me @agusdiansyah


image

Kopi dan Air Mata

image

Keep calm and steem on

image

Salam Komunitas Steemit Indonesia

image

image

Ayo Menulis

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

baper 😢

Kok baper mba @nindhiputri
Pernah ngerasain kaya cerita aku ya
Haha... maaf ya klu emang ceritanya hampir sama kayak pernah mba alami hihi

hahaa, gk konsisten ya.
biasa manggil adek skrng mba ? 🙄🙄
gak jelas

kebanyakan sih abg 😂 jadi lupakan 🤘🏻

Panggilannya harus tergantung kondisi woii haha

Sulit mengungkapkan rasa...

Seandainya saja rasa bisa bohong

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by agsdiansyah. arbi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews/crimsonclad, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows and creating a social network. Please find us in the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.