My Art of Long Distance Marriage

in fiksimini •  7 years ago  (edited)

"Kau tahu bagaimana hectic-nya hari ini? Walau tidur telat aku harus segera bangun, membereskan rumah, anak-anak, dan setumpuk tugas domestik lainnya!"

Ujarku di dekat speaker ponsel dan bisa kubayangkang dengan jelas wajahnya di sana. Mendengar dengan saksama dan menyunggingkan senyum khasnya. Aku selalu suka saat ia menarik garis bibirnya ke sudut. Ia terlihat semakin matang dan tentu saja tampan.

"Aku nggak suka laundry yang dulu lagi. Mereka membuat baju kesukaanku rusak, lalu baju Anya juga ada yang hilang." keluhku lagi di ujung telpon.

"Hm, ya... Jadi sekarang bagaimana?"

"Aku sudah move ke binatu satunya lagi, yah, lumayan mengesankan. Lebih rapi dan wanginya tidak bikin eneg."

Ponselku mulai panas, aku beralih mencari earphone.

"Luh... Gantian, dong, kamu yang cerita. Aku pengen dengar..." rengekku manja memancing suara baritonnya supaya terdengar lebih intens. Aku suka juga suaranya. Hm, ya, mungkin sejak dulu. Sejak aku belum mengenalnya langsung, hanya mendengar cuitannya di sebuah radio lokal yang kerap kunyalakan sambil belajar.

"Hm, aku mau dengar ceritamu lebih banyak. Atau tentang Anya."

"Duuuh, tadi tiga jam aku sudah ceritain semuanya. Hm.. Ada lagi, sih. Kamu ingat Bapak Radi yang tinggal di komplek sebelah? Ia tadi memetik kelapa muda dan memberikannya pada Anya dan beberapa tetangga di kiri kanan rumah kita. Daging kelapanya bagus, airnya segar..." ceritaku terus mengalir panjang. Kadang ada lelucon yang sangat tak penting tapi membuat tawanya di seberang sana berderai-derai. Aku semakin semangat "melaporkan" bagaikan reporter di acara live. Sedetail-detailnya dan sejelas-jelasnya.

"Galuh... Nanti pulang aku nggak mau dibawain oleh-oleh, ya. Hehehe...aku mau diuangin aja, dikirim lusa juga boleh. Kamu nggak marah, kan, yaaa?"

"Nggak, kenapa harus marah?"

"Hm, maksudnya rada nggak suka nantinya. Aku nggak mau kamu berpikir aku istri yang nggak bersyukur..." obrolan mulai agak serius dan meredup. Tiga menit lagi hari berganti. Sudah larut pun memang.

"Ah, nggak, kok. Aku merasa selama ini kamu tuh, udah baik banget...nrimo. Apalagi keadaan kita seperti ini..."

"Sepertii apaa, hayooo?" godaku dan ia kembali tertawa kecil.

Aku jarang mau video call, mukaku jelek kalau di-close up begitu. Paling juga nanti waktu ada Anya. Lagi pula aku lebih luwes beraktivitas kalau melalui panggilan biasa. Aku sering menyambi kalau menelpon Galuh. Bayangkan kalau telponan sampai 4 atau 5 jam-an pakai video call.

Pun saat tidak melihat wajahnya, aku bisa membayangkan bagaimana ekspresinya.

"Kamu ngantuk?" Tanya Galuh memecah kebisuan. Dia paham kalau sudah mulai diam berarti aku mulai diserang kantuk. Sebab amat tak mungkin tipikal talk active sepertiku kehabisan bahan obrolan.

"Nggak..belum, sih. Sedang mikirin gimana membujuk Anya membuang Lowo, anak kucing yang suka BAB di kamar belakang." Nah! Dengar! Tahi kucing pun bisa jadi bahan obrolan.

"Oh, jadi btw kenapa nggak mau aku belikan oleh-oleh? Kalau kamu mau beli sesuatu, aku transfer aja besok."

"Ah, nggak ada kok, kamu kirim sesuai budget oleh-oleh kayak biasa aja, deh." pintaku.

Aku tersenyum antara campuran rasa yang ada. Aku tak bisa kesal saat ia membawa pulang blus yang sama sekali tidak cocok untukku yang kata orang fesyenista ini. Tapi aku paham ia sudah berusaha.

Seringkali saling berpikir positif inilah yang selalu menyelamatkan hubungan aku dan Galuh. Walau sudah sepanjang usia Anya yang kini menjelang delapan tahun kami melakukan LDM alias Long Distance Marriage, tapi kami bisa melaluinya dengan aman.

images (1).jpeg

ilustrasi

Banyak yang mencemooh pilihan ini, tapi tahu apa mereka tentang hidup kami. Sesanggup apa mereka jika jadi kami berdua. Juga Anya tentunya. Delapan tahun bertemu hanya di saat weekend atau hari libur. Pernah juga akhir pekan dapat giliran lembur.

"Ndri... Aku kok rindu, ya?" kalimat Galuh menghenyak.

"Hahaha... Tidur, deh, kamu kayaknya mulai ngigau." ujarku mengalihkan. Padahal kata rindu dan cinta paling susah terlontar dari bibirnya, lalu hal itulah yang kerap kutunggu di sela-sela obrolan telepon kami.

Aku sendiri berusaha tidak terlampau mengumbar kalimat serupa. Pulanglah, kamu kapan pulang? Kamu nggak rindu aku atau Anya? Kamu cinta nggak, sih, sebenarnya? Dan kalimat yang hanya menambah beban rasa. Aku kerap menghindarinya. Ah, kata semacam itu walau tak diungkapkan pun akan sangat kentara dari cara kita bercerita dan siapa pula yang tak rindu pada sosok separuh jiwa?

Jadi, kalau ada yang lain tiba-tiba berkomentar hubungan seperti ini tak sehat, atau kenapa aku mau seperti ini, kurasa ia perlu melepaskan kacamata kudanya sebelum bicara.

"Sampai jumpa di Whatsapp chat besok, yaa!"

"Hm."

"Hm..apa?"

"Ya yang tadi itu."

"Tadi mana?"

"Ada, deh..."

"Haha, Galuh kamu yang jelas, dong!"

"Aku udah jelas lelaki tulen suami Andri." candanya garing.

"Haha..baiklah. Tutup telponnya." katanya.

" Eeh, kan, kamu yang menelpon tadi. Kamu, dong, yang nutup."

"Lah, aku udah nelpon, kamu yang nutup, dong. Itu baru adil."

"Ih, mana bisa begitu!

Detik jarum jam berjalan, hari berganti. Terkadang kau baru tahu di rongga hatimu ada cinta yang penuh ketika ia diisi dengan rerimbun rindu merambat di sekujurnya.

Haruskah kuungkap cinta jika rindu kerap dieja di hela-hela napas.

_Bumi Asri_Penghujung April.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Diriku merasa itu kucingku, ia suka boker di kamar belakang dekat kamar. Baunya bikin saraf hidup mati rasa.

Sebut saja namanya Lowo.

Boleh juga, tapi nama kucing saya yang pub sembarangan namanya puyu.

baru sadar udah mau April, ada cerpen bertema April yang belum Ihan selesaikan hahahahah.

Aku tunggu cerpennya Kak @ihansunrise hehehe..

Insya Allah yaa....hehhehe

Banyak deadline lain yang harus diprioritaskan ya, Han.

Lho bukan nya april uda mau habis...?

Iya...April hampir berlalu.

Terbawa suasana membacanya hehehe..
Keren karyanya @dyslexicmom

Terima kasih @furqanzedef...

Nah.. Ini baru gak php.. Hahaha.. Keren kak

Hihihi..cabut dari blacklist penulis PHP yaa. Besok-besok kakak buat yang pahit manis asem asin ceritanya. Fara jangan lupa baca sampai habis bis bis...

Hahaha .. Kalau cerpen kk, fara suka bacanya. Krn kk buat gmn kondisi dengan detail. Jd bsa ngebayangin

Dudududuh...mimpi apa semalam dikasih komen beginian sama Ms. Crypto 😍

Cerpen yang penuh cinta dari si penulis.. Hebat..

Terima kasih sudah membaca, salam sepenuh cinta!

Asiik..selalu hanyut degan ceritanya😎

Jangan lupa pakai pelampung, Kak, nanti hanyutnya ke mana-mana.. Hehe

Thank btw 😍

Asyik juga ya LDM gitu, hahaha kayak pacaran aja.😆

Enaaaak? Kayaknya LDM gak pernah enak deh hihihi. Coba deh nanti ya, Yel.

Kece ya ocd hehe congrats yaa

Iya, Ustaz. Belajar dari Ustaz Hayat lah.

Helo, hai @dyslexicmom! Diupvote dan resteem ke 6642 follower yaa.. =] (Ini bagian dari kontribusi kami sebagai witness untuk komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)