Salmon Mix, Kuliner Ajaib yang Bikin Sakit Hati

in food •  7 years ago  (edited)

Saya tidak cocok jadi food blogger. Begitulah penilaian teman saya saat berkeliling Cambodia dan Vietnam tempo hari. Alasan dia sederhana saja: saya tidak berani mencicipi kuliner yang sedikit ekstrem.

IMG_20180127_191511.jpg

Jujur saya akui, soal makanan, selera saya sedikit kaku. Mulut saya, misalnya, tidak tergerak mencicipi daruet kleng (jangkrik) goreng yang ditawarkan seorang penjual makanan di Kamboja. Saya pun mual-mual ketika melihat kodok panggang yang dipajang di kawasan turis, Pub Street, di Siem Reap. Bahkan saya ilfil ketika melihat ulat goreng.

IMG_20180127_191555.jpg

Praktik, pilihan makanan yang sering saya pesan, baik di Kamboja maupun Vietnam, tidak banyak berubah: tom yam, nasi goreng atau ayam goreng KFC. Pernah beberapa kali memesan makanan yang sedikit beda karena terhipnotis oleh penampakannya pada menu, alhasil lebih banyak tersisa di dalam piring.

Sampai muncul guyonan dari teman-teman ketika kami mulai mamburu kuliner, bahwa saya memilih tidak makan jika tanpa tomyam. "Kita cari restoran yang ada tomyam-nya atau ada teman kita yang bakal berpuasa," begitu kata mereka. Saya memang lebih berhati-hati, agar tidak sampai mencicipi daging babi atau anjing rebus. Membayangkan saja sudah bikin saya muntah apalagi sampai masuk mulut saya.

IMG_20180127_191600.jpg

Saat mencari makanan di Kamboja atau Vietnam, kami lebih banyak mengandalkan bantuan Google Map. Begitu keluar dari hostel tempat kami menginap, kami selalu mengetik "Halal Food" di form pencarian google maps. Tidak jadi soal jika kami harus berjalan kaki sampai 2 kilometer untuk mencapai restoran yang menyediakan makanan halal ini. Di dua negara itu, kami lebih banyak berjalan kaki dibandingkan naik tuktuk (Kamboja) atau Grab (Vietnam).

IMG_20180127_191524.jpg

Di Kuala Lumpur, saya lebih tenang jika sudah berhubungan dengan kegiatan makan-makan. Selain banyak restoran yang menyediakan tomyam, di Malaysia mencari makanan halal semudah menemukan warung kopi di Aceh. Saya diajak ke IKEA. Kata teman saya, ada restoran yang menyediakan makanan murah dan banyak pilihan menu western. Saya iyakan saja.

Di IKEA Kuala Lumpur, saya mencoba mencicipi kuliner yang sedikit kebarat-baratan. Di jaringan toko perabotan rumah tangga milik Swedia tapi perusahaannya terdaftar di Belanda itu, saya memesan Salmon Mix dan Musroom. Teman saya, karena alasan pribadi, memilih meatball yang isi 15 bola serupa bakso. "Dulu, saya sering bawa pacar ke sini," katanya.

IMG_20180127_191541.jpg

Bukan untuk menyombongkan diri, percayalah, kuliner salmon mix itu baru pertama kali saya nikmati. Tapi, ikan yang diyakini memiliki kandungan protein tinggi itu cukup sering saya lihat di YouTube. Saya sering menghabiskan waktu berlama-lama melihat bagaimana ikan yang memiliki warna daging serupa dengan kuning telur itu dipesiang dan dikulik dengan sikap hati-hati. Seolah-olah inilah ikan yang perlu mendapat penghormatan lebih dari ikan apapun yang ada di dunia ini.

IMG_20180127_191550.jpg

Kenapa kami memilih restoran di pusat perbelanjaan IKEA itu murni karena bebas biaya parkir. Syaratnya kita perlu berbelanja satu jenis barang berapa pun harganya. Tapi, ketika keluar dari lokasi parkir kami tetap harus membayar tiga Ringgit, karena kami tidak berbelanja barang di situ.

Ikan salmon yang wujudnya menggugah selera siapa pun yang melihatnya dibandrol dengan harga 17.90 Ringgit untuk satu potongan, sementara meatball lebih murah dua Ringgit, yaitu 15 MYR. Musroom yang lebih mirip bubur kanji di tempat kita hanya 4 MYR. Saya tidak begitu suka rasanya, soalnya sedikit beraroma kayu basah. Ini mungkin saja hanya penilaian subjektif saya. "Makanan Eropa memang aromanya begitu," bela teman saya.

IMG_20180127_190432.jpg

Satu potongan salmon itu ludes dalam waktu singkat, tidak lebih 10 menit. Bukan karena saya lapar atau terlalu suka pada kuliner ini, tapi ukurannya terlalu kecil untuk saya. Belum puas kita nikmati, ikan pun sudah habis. Oleh orang Aceh, kondisi begini sering diringkas dalam satu kalimat bertenaga, "mangat na meurasa tan."

IMG_20180127_190349.jpg.

Bagaimana, bikin ngiler bukan?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

pungo teuh bak tapikee keu kuliner nyan..hehehe

Aseuli...golom tapajoh ka abeh

na sama ngon rasa keureulieng bang?

Bacut saho cit...munyoe masak asam keueng jelas hana lawan haha

Semua itu akan sangat2 mahal wate ituleh lam bahasa inggeureh. 😃

Nyan hana dawa sagai. Lagee bak tempat tanyoe, bacut nan makanan meu-inggreh, laju hargajih meu-dollar

Hana akrab ngon lidah, karna tanyoe biasa lughok teukoh2 keunong laweuk ngon u hahaa...

Biasa cit pisang wak muntah keunong hajar

Haha. Jangkrik goreng sang mangat 😂

Nyan payah ka coba sigo. Munyoe hana dimeukat, olah laju bak Kanot Bu...minimal kana bahan Steemit

Hi pergedel goe sang

Hahaha...yang terakhir cit perkedel kwkwkw

Meunye pajoh perkedel sang hana payah juoh2 jak u vietnam bang hahah

Makanan yang biki laper
Keren

Makanan ini bikin lapar lagi setelah kita makan, saking kecilnya

  ·  7 years ago (edited)

Mantap makanannya
tp menjadi food blogger kan tidak selamanya harus mencicipi bang, yang penting jepret jepret kameranya komplit hehe

Oh begitu ya. Saya memang agak hati2 soal makanan...salah makan harus cari toilet haha

porsi segitu cuman bisa memenuhi o.ooo1 % dari kuota perut kita aja,.. kalao abes ngecor gk cocok makan makanan ini hahhha

Benar banget...makanan begini sebenarnya cuma untuk cemilan saja atau untuk dijepret doang

Sang ka jadeh di Ek no luweu kalinyoe

Jatah peunajoh tanyo cit asam udeung pane cocok meu Eropa atau beuna asam sunti lam masakan baro pah. Meuhan ken meu tot to lidah bak di penyeum peunyeum heut tanyo

Mantaaap kak😆

Terima kasih sudah mampir

nyaan bit bit deuk teuh that gawat, bang @acehpungo serius long pgah, adak hana vote back pih bit bit deuk takalen postingan droeneuh kali nyoe hahah

  ·  7 years ago Reveal Comment