Malam benar-benar telah larut. Dalam perjalanan dari Bukit Kiram --- sebuah tempat wisata alam di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan --- ke Banjarmasin sempat pula tertidur di mobil. Saya baru saja menonton pertunjukan Teater Keliling pimpinan seniman senior Rudof Puspa, Jumat malam itu (6 April 2018) di Taman Bukit Kiram yang belum lama dibangun itu. Teater itu mementaskan lakon "Sang Saka" yang mengangkat isu sejarah dalam kemerdekaan Indonesia
Tapi soal pertunjukan itu tidak saya tulis di Steemit. Saya telah menulis resensi pertunjukan teater itu di Koran Tempo edisi Selasa, 10 April 2018. Jika ingin baca tulisan tentang pertunjukan itu, silakan simak di halaman koran di bawah ini atau masuk ke situs koran.tempo.co..
Kali ini saya ingin cerita soal lontong Orari yang porsinya "aduhai". Begitu tiba di warung Lontong Orari di kawasan Kelurahan Seberang Masjid, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, saya dan teman-teman melihat-lihat menu. Harganya bervariasi, mulai Rp 17.000. Paling komplit (palai telor + ayam + haruan) harganya Rp 50.000. Lihat daftar harga di foto.
Haruan adalah ikan bagus. "Haruan habis," kata seorang karyawan warung yang terletak di sebuah jalan kecil itu -- tak jauh dari jalan besar. Lalu saya dan beberapa orang lainnya memesan lontong pakai ayam + telor. Lumayan untuk mengisi perut malam itu -- meski tak terlalu lapar. Untuk menghangatkan malam, selain memesan teh manis hangay, kami juga memesan kopi hitam. Ini kopi biasa, bukan khas banjar.
Tak lama, petugas warung membawa lontong pesanan kami. Dan, hmmm, dua lontong "raksasa" terbujur kaku di piring seperti berenang di antara kuah santan yang menggoda selera. Ia ditemani sebutir tolor rebus dan sepotong ayam (goreng) dan sayur nangka. Saya mencoba menikmatinya, ya enak. Tapi, sungguh, saya tak kuat menghabiskan dua lontong raksasa itu meskipun saya termasuk mempunyai porsi makan 1+0,5. Apa itu? Ya kalau makan di warung saya pesan satu porsi lalu kemudian minta tambah setengah porsi. Begitu pula di sini, saya hanya mampu menghabiskan satu satu setengah.
Bahkan kawan di sebelah saya, Mas Adi Pardianto, hanya menghabiskan satu potong saja. "Besar sekali lontongnya," ujar dia. Buat saya, meski menghabiskan satu setengah "perjuangan" saya sudah begitu total. Upaya saya sudah sekuat tenaga. Apalagi, saya sempat sarapan dengan seporsi ayam goreng cepat saji di bukit kiram. Satu-satunya hidangan malam itu yang saya habiskan adalah kopi. Kalau ini, tak rela untuk tidak dihabiskan.
Barusan saya mencoba membuka google dan mengetikkan kata kunci "Lontong Orari". Saya menemukan banyak tulisan di media tentangnya. Tapi satu hal yang menurut saya agak keliru. Dalam banyak tulisan disebut Lontong Orari makanan khas Banjar. Padahal Orari adalah merek atau nama warung. Lontong khas banjar sendiri ya lontong pakai ikan gabus. Memang benar di Warung Lontong Orari menyajikan soto khas Banjar. Tapi lontong khas Banjar namanya "bukan" lontong Orari. Perlu dibedakan antara nama warung dengan nama makanan.
Lontong khas Banjar dengan campuran saruan atau ikan gabus, menurut abang driver yang mengantar kami, Rahman, ada di banyak tempat. "Ukuran lontongnya tidak sebesar itu," kata mahasiswa komunikasi sebuah universitas di Banjarmasin itu. Cuma memang, "Lontong Orari paling terkenal," ujarnya lagi. Warung yang buka 24 jam sudah ada sejak 1983.
Penasaran? Kalau ke Banjarmasin coba saja. Jangan lupa sebut nama saya tiga kali, haha.....
11 April 2018
MUSTAFA Ismail
@musismail
wah ini mantap pak @musismail,kuliner nusantara yg memicu adrenalin untuk di coba,sy penasaran dengan nama nya yg unik dan hidangan porsi yg menarik membuat saya ngiler pingin mencoba he.he terima kasih salam sukses selalu.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
rasanya sih mirip lontong biasa. cuma porsinya besar. cuma saat itu saya belum coba yang pakai ikan gabus. semoga suatu kali rizal juga bisa mencoba
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
insya allah pak mus
semoga sy bs mencoba nya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
kuliner nusantara
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
yes.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kecampinan menulis yang dimiliki @musismail ini memang bernilai keren. Hanya ikut rombongan pertunjukan Sang Saka, pimpinan Rudolf Puspa tapi stock tulisannya utk Steemit tetap tersedia.
Haha. Kalau sebut nama @musismail 3x apa bisa 'lontong Ori' itu bisa sampai ke jakarta secara delivery? hihi.
Salam @mpugondrong
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
kalau sebut nama saya dalam hati barangkali akan aman. tapi kalau menyebut sambil teriak-teriak itu beebahaya haha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
hahaha.
Siap, bicara dan nyebut dalam hati, selain khusyuk juga ada pahalanya. 😂
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah. Sepertinya sangat enak lontong ini. Apalagi bentuknya lebih besar dari lontong yang dijual di Aceh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
rasanya hampir sama dengan lontong biasa. tapi tampilannya beda. plus "asesoris" di dalam kuah lontong itu, pakai ikan gabus dll
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kalau di Aceh biasanya pakai daging. Apakah lontong ini ada dijual di Jakarta bang Mus?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
50rb?
Wah lumayan mahal yah bg..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
ya lumayan tinggi harganya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tampilan lontongnya seperti lopis ya bang Mus. Persis tu tapi versi besarnya. Lovis juga dubungkus dengan bentuk seperti itu. Ini lopis Sumatera. Kalau lopis di Depok atau Jakarta dibungkusnya seperti lemang (memanjang) ya persis seperti bambu.
Kalau Ana itu setengah porsi juga uda megap-megap menghabiskannya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit