Puisi #14 : Nilai ujian dan kue Bandung

in freewriting •  6 years ago  (edited)

Sekarang sudah pukul 17.30 aku baru saja pulang dari kantor. Aku berjalan menuju kost-an, hari ini aku masih menggunakan bus untuk pulang pergi sebenarnyaudah diperbaiki namun aku belum ada waktu untuk mengambilnya di bengkel.
Langkahku terasa sangat berat untuk menuju kostan, ya perbincangan dengan Rino membuat emosiku rasanya terkuras.
"Hei cewek" terdengar seperti ada seorang laki-laki yang memanggil ku dari belakang. Aku abaikan saja paling itu juga gondes perkampungan ini. "Hei cewek sombong banget sih" aku masih membiarkan dia, " hei cewek cantik, jutek!!" Teriaknya ketiga kali, akupun tak tinggal diam bisa-bisa nanti malah terjadi pelecehan padaku. Akupun menghentikan langkahku dan menyiapkan tak ku untuk memukul si gondes genit ini.
"Eh eh sabar... Ini aku" ucap di gondes itu dan ternyata itu adalah si Kevin dan masih menggunakan seragam sekolahnya. Sekedar cerita Kevin sudah 5 hari ini tinggal dikostan putra depan kostku. Akupun berhenti memukulinya dengan tas. "Ngapain coba manggil-manggil kayak gitu?!" Ucapku memarahinya.
"Lagian kakak ngapain jalan lemes gitu?" Ucap Kevin.
"Apaan sih anak kecil kepo"
"Biarin, kakak udah gede masih aja galau. Padahal usia kakak kan usia mencari pasangan buat diajak nikah"
"Heh anak kecil ngomongnya nikah-nikah. Sok dewasa banget"
"Bukannya gitu, kan aku hanya sekedar berpendapat aja"
"Kenapa baru pulang sekarang? Ada pelajaran tambahan?"
"Enggak sih, tadi mampir ke rumah temen dulu. Oh ya kak hasil ujiannya udah keluar hari ini"
"Oh ya coba lihat bagus apa nggak?"
Kevin kemudian mengeluarkan kertas hasil ujian yang ada di dalam tasnya. Dan memberikan kertas itu ke Amara. Wah bener, ternyata dia anak yang cerdas juga, padahal dari tampilannya dia nggak menjamin kalau dia pintar. Hasilnya memang bagus

Matematika 93
Bahasa Inggris 87
Bahasa Indonesia 90
Kimia 92
Biologi 90
Fisika 89


Sumber gambar:
https://publicdomainvectors.org/id/bebas-vektor/Tumpukan-kertas-putih/51202.html

Nilai yang benar-benar bagus bahkan waktu SMA aku tak sebagus ini. Mungkin bener katanya orang don't judge someone from the cover.
"Kak, nanti gak mau pergi kemana-mana kan?"
"Iya, emang kenapa?"
"Nanti aku ke kost-an mu ya kak? Aku gak ada kerjaan banget nih"
"Kamu bukannya bulan depan mau UN? Mending belajar aja sana. Udah kelas XII juga"
"Duh apa hasil ujiannya masih meragukan kak? Bukannya sombong tapi dari hasil ujian try out segitu dan kemungkinan hasil UN ku juga tidak jauh-jauh dari nilai itu"
"Ya harusnya kamu belajar lagi biar lebih bagus nilainya. Atau mungkin nanti malah nilainya 100 semua. Kalau dapet nilai 100 waktu UN aku kasih hadiah deh"
"Beneran?"
"Iyalah masak bohong"
"Oke kalau gitu nanti hasil UN akan ku tunjukkan ke kakak"

Akhirnya aku sampai ke kamar kostku, untuk meringankan beban pikiran yang aku rasakan. Aku tak ingin terlalu kalut dengan perasaan terhadap Rino. Sejak daritadi sepertinya ada seseorang yang terus mengetuk pintu, tapi sepertinya tidak ada anak kost yang membukanya. Suara ketukan pintu itu semakin keras, melebihi ketukan ibu kost yang meminta uang buat bayar kost. Karena tidak betah dengan suaranya selesai mandi dengan handuk yang masih dikepala akhirnya aku menuju pintu depan dan membuka pintu untuknya. Dan aku sungguh sangat kaget, ternyata yang dari tadi mengetuk pintu adalah Kevin. Sebenarnya Kevin sering sekali bolak balik ke kostku bahkan sampai seluruh orang yang dikostan hafal dengan dia. Kadang pinjem pengharum ruangan lah, obat nyamuk lah dan kebutuhan atau peralatan kostan lainnya.
"Kenapa lama banget sih kak buka pintunya?"
"Ngapain lagi kamu ke sini?"
"Aku mau belajar disini, aku bosen dikamar kost. Nih aku bawa kue Bandung!!"


Sumber gambar :
http://www.caraspot.com/1239-resep-martabak-manis.html

Sebenarnya aku malas menerima tamu hari ini apalagi kalau orang itu seperti (Kevin). Tapi, karena dia bawa kue Bandung tidak apalah aku memang menyukai makanan itu, apalagi yang rasa pisang coklat keju atau rasa Oreo.
Aku hanya menemani Kevin belajar sambil menikmati kue Bandung sambil membaca novel yang aku baru saja aku beli kemarin. Sesekali dia menanyakan pertanyaan mengenai soal latihan kepadaku sejujurnya aku sudah lumayan lupa dengan cara mengerjakannya.
Sikap Kevin sama seperti Rino ketika kami sedang belajar kelompok. Duh, kenapa malah inget Rino lagi? Membuat selera makan kue hilang saja.
"Kenapa berhenti makan kak?"
"Nggak papa, udah kenyang"
"Kenapa?" Sambil mengambil novel yang ku baca dan karena postur tubuh Kevin tinggi membuat ku sulit untuk mengambil novel itu dari tangannya. "Hihhh, kamu menyebalkan sekali. Mana novelnya kembalikan!"
"Cerita dulu kenapa?!"
"Hah terserah, ambil saja sana novelnya. Belajar sendiri. Mau tidur aku" tanpa ku berpikir panjang aku langsung meninggalkan dia sendiri di ruang tamu.
"Loh kak kok malah ngambek sama aku?" Ucap Kevin dan tidak ku pedulikan. Lebih baik aku kembali ke kamar dan bermain dengan ponselku. Ya aku memilih untuk diam dikamar dan menyalakan musik dengan lagi Anne Marie kesukaanku. Ku gunakan handset saja biar aku tidak dengar jika ada seseorang orang yang mengetuk pintu lagi.

Setelah malam itu aku tidak tahu apa yang dilakukan Kevin? Sepertinya dia menunggu disana sampai Tina pulang. Dan berpamitan dengan Tina. karena pagi harinya aku masih melihat kue Bandung itu ditinggalkan disana.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!