Puisi #21 : pernyataan cinta

in freewriting •  6 years ago 


Sumber gambar :https://mobilepulsa.com/blog/cara-unik-menyatakan-cinta/
.
Seusai makan siang dengan Rino akupun kembali ke kantor. Karena jarak resto yang cukup jauh dan aku sudah ditinggal oleh pak Haidar, jadi terpaksa Rino mengantarkan ku ke Kantor. Sebenarnya aku tidak enak, tapi apa boleh buat itung-itung hemat biaya pengeluaran ku hari ini juga. Selama diperjalanan kami juga saling bicara tak secanggung waktu dia mengantar ku pulang kemarin.
"Rasanya sudah lama kita tak mengobrol seperti tadi" ucap Rino sambil menyetir mobil.
"Ahhh iya"
"Apa kamu senang?"
"Iya"
Aku tak bisa menjawab apapun selain mengiyakan apa yang dikatakan oleh Rino.
"apa aku boleh tahu alasan kenapa kau dandan hari ini?"
"Memang kenapa kalau aku berdandan?"
"Tidak apa-apa aku malah semakin suka memandangi mu. Aku tidak ingin ge-er kalau alasan kamu berdandan hanya untuk bertemu denganku. Maka dari itu aku tanya"
"Tidak ada alasan apapun hanya aku ingin saja lagipula ini presentasi pertamaku di depan clien dan pak Haidar. Aku tidak ingin terlihat mengecewakan itu saja"
"Baiklah"
Tak terasa semakin banyak obrolan kami di dalam mobil saking banyaknya yang kami obrolin sampai tidak sadar bahwa aku sudah sampai di depan kantor. Akupun pamit dengan Rino. Aku memberikan senyuman tulus kepada dia, mungkin ini bisa dibilang pertama kalinya setelah sekian lama aku tak memberi senyuman tulus padanya. Dan Rino pun membalas senyuman ku dengan tatapan dan senyum yang hangat.
Aku turun dari mobil dan menuju dalam kantor, sebenarnya nanggung banget aku kembali ke kantor karena 15 menit lagi aku sudah bisa abses pulang. Tapi berhubung aku pakek motor ya jadi aku harus kembali ke kantor.
Saat memasuki lobby kantor. Aku melihat sosok yang sungguh tak asing lagi sedang duduk sambil tertidur di ruang tunggu. Sosok yang terkadang menyebalkan ini kenapa dia datang kemari? Akupun menghampiri dia dan ku bangunkan agar dia tidak menggangu tamu atau karyawan kantor.
"Hoii bangun... Hoii Kevin!! Bangun!!!" Ucapku sambil ku tepuk pelan pipinya. Dan tak lama diapun membuka kedua matanya. Terlihat dia seperti orang yang bingung karena baru saja bangun tidur. Di bibirnya saja ada bekas air liur, sungguh kekanak-kanakan.
"Kenapa kesini?" Ucapku dan ku duduk disampingnya.
"Nungguin kamu kak. Ayo pulang bentar lagi selesai kan?"
"Kan aku udah bilang kalau kamu pulang sama berangkat sendiri aja"
"Iya tapi tunggu..." Ucap Kevin terhenti dan mengamati wajahku hingga jarak yang sangat dekat. Dengan sigap aku mendorongnya untuk mundur. Aku tidak mau dia melakukan adegan yang memalukan seperti mencium ku di depan umum. "Hih... Apa-apaan sih Vin?" Ucapku
"Kakak hari ini dandan?"
"Hih apaan sih, dah sana pulang. Jangan tidur di kantor orang!" Ucapku mengalihkan
"Cie, benerkan apa aku bilang kakak itu cantik. Lebih cantik lagi kalau pakai make up. Kalau gitu ayo makan kak"
"Aku udah makan barusan"
"Sama siapa?"
"Sama clien aku to, kan hari ini aku presentasi projek"
"Oh sama Rino bilang aja gitu" ucap Kevin dengan nada kesalnya aku hanya diam dan tak menanggapi ekspresi dari Kevin.
"Dah sana pulang. Aku mau beres-beres ini"
"Yaudah kakak beres-beres aku tunggu kok"
"Tapi hari ini aku bawa motor"
"Yaudah aku nebeng, lagian searah juga kan"
"Gak bisa kamu gak bawa helm, nanti ketilang polisi gimana?"
"Yaudah aku pinjemin helm temenmu"
"Ehh kamu kok malah nyuruh-nyuruh orang tua sih"
"Yaudah kalau gak mau minjemin sana minta anterin Rino, nanti motormu biar aku yang bawa selesai"
Ucapan Kevin semakin ngeselin apalagi setelah dia menyebutkan nama Rino. Kali ini sikapnya melebihi aku yang kalau lagi PMS. Aku harus sabar menghadapi anak kecil ini. Jangan sampai aku marah-marah dikantor dan mengganggu karyawan lainnya.
"Kamu makin lama makin ngeselin ya. Terserah deh mau pulang mau enggak" ucapku dan ku tinggalkan begitu saja. Aku tak mau mengurusi dia lagi, kali ini dia benar-benar kelewatan. Memangnya dia siapa? Adik bukan, saudara bukan, temen juga enggak. Sudahlah aku langsung pulang saja. Dia juga bukan anak SD yang gak paham bagaimana cara naik bus trans. Jadi aku tak perlu khawatir.
Akhirnya aku sudah sampai kost-an. Aku sudah tidak peduli dengan Kevin lagi. Dia hanyalah anak SMA yang manja yang belum terbiasa hidup di Kost. Lagipula dia tidak boleh, selamanya menggantungkan dirinya padaku. Mungkin dengan ku biarkan dia seperti ini dia akan belajar.
Daripada memikirkan Kevin lebih baik aku mandi istirahat dan menonton film. Akupun mencari Tina, partner kost yang paling number one kalau diminta buat nonton film bareng. Aku sudah terbiasa jika sudah suntuk dengan kerjaan dan Tina suntuk dengan skripsinya kami selalu nonton film Korea atau Thailand atau film apapun hingga 4-5 jam di depan laptop. Dan gak peduli dengan sekeliling kami. Wah tak terasa sudah 3 jam berlalu, sekarang sudah pukul 21.30 aku memilih untuk tidak melanjutkan menonton. Akhir-akhir ini kesehatan mataku semakin menurun. Lebih baik aku kembali ke kamar. Aku mengecek ponselku, dan ternyata ada 10 panggilan tak terjawab dari pak Kirman Cleaning service kantorku. Kenapa pak Kirman menelpon ku sebanyak ini? Aku putuskan untuk menelpon balik pak Kirman aku takut jika ada sesuatu hal buruk yang berhubungan denganku.
"Hallo assalamualaikum pak Kirman?"
"Iya hallo, wa'alaikumsalam salam mbak Amara"
"Ada apa ya pak? Kok nyampek telpon aku sebanyak ini?"
"Oh nganu mbak, tadi anak SMA yang nyariin mbak Amara itu belum pulang. Dan masih nungguin di lobby. Terus saya tegur mbak soalnya udah jam 9 malam apa dia nggak dicariin orang tuanya?"
"Hah dia belum balik pak?"
"Saya kurang tahu mbak, tadi pas saya cek lagi ternyata anaknya udah pergi mbak. Coba mbak Amara hubungi orang tuanya siapa tahu sudah pulang"
"Oh gitu pak. Terima kasih ya pak infonya"
Segera aku tutup sambungan telepon ku dengan pak Kirman. Dan aku langsung menuju kost Kevin yang ada di depanku. Untung ibu penjaga kostnya itu udah kenal aku jadi aku gampang untuk minta tolong mengecek apakah Kevin sudah kembali ke kamar atau belum.
"Maaf mbak Amara, tadi saya udah ketok-ketok beberapa kali ternyata gak ada jawaban. Dan pintu kamarnya masih terkunci. Temen disebelah kamarnya juga belum lihat Kevin sehari ini" ucap ibu penjaga kost setelah mengecek kamar Kevin.
Mendengar itu aku pun langsung berpamitan dan kembali ke kostku. Aku tak tahu apa yang dipikirkan Kevin. Kenapa dia begini? Harusnya kan aku yang marah kenapa dia yang bersikap ngambek. Aku langsung menyalakan motorku, dan mengambil jaket. Sebenarnya kondisi saat itu udaranya lagi sangat dingin. Keluar untuk cari makan saja malas apalagi kalau disuruh cari orang ilang. Tapi Kevin kan gak pakek jaket, pasti dia juga kedinginan. Lebih baik aku juga membawa jaket untuknya.
Dengan kecepatan sedang aku melaju motorku menuju kantor, sesampainya dikantor aku langsung menemui pak Kirman. Tapi dia bilang dia tidak tahu anak itu pergi kemana. Aku memutuskan mencari Kevin di sekolah, tapi pak satpam tidak ada siswa yang masih di sekolah. Aku mencoba mencari ditempat tongkrongan anak SMA di dekat sini tapi hasilnya tetap nihil. Rasanya aku hampir putus asa, terlihat ada seseorang yang tengah terbaring di halte bus dekat kantor. Aku mencoba menghampirinya, aku berharap itu adalah Kevin. Perasaan ku teramat sangat bersalah padanya. Tapi aku juga ingin memarahinya karena dia pulang malam.
Akupun mendekati orang tersebut dia kejauhan dia seperti Kevin, tapi setelah berjarak sekitar 1 meter dari orang itu. Ternyata dia bukanlah Kevin. Orang itupun terbangun karena suara langkah kakiku. Dari tampangnya dia seperti orang gila atau malah preman gila. Orang itu berusaha mendekati ku. Aku berusaha tetap tenang dan berjalan mundur. Tapi orang gila ini semakin mendekat aku sungguh tidak ingin hal buruk terjadi padaku. Aku teramat ketakutan hingga tak sadar ternyata dibelakang adalah anak tangga halte. Akupun terjatuh dan orang gila itu semakin berkesempatan besar mendekati ku. Rasanya ingin menangis, aku harap ada seseorang yang membantuku. Aku sungguh berharap kepada-Mu.
"Woiii" teriakan yang teramat keras jauh dari belakang. Sehingga membuat orang gila itu kaget dan lari menjauh dariku.
Akupun berusaha berdiri dan dibantu oleh dia yang menolongku. Akupun mendongakkan kepalaku dan melihat wajah orang yang menolongku itu. Ternyata orang itu adalah Kevin yang sedari tadi aku mencarinya. Tak mengapa ketika aku melihat Kevin rasanya air mataku langsung mengalir begitu saja. Entah karena rasa ketakutan ku tadi atau kekhawatiran terhadap Kevin. Kevin yang melihatku menangis langsung mencoba menenangkan ku.
Setelah dari halte dekat kantor kamipun menuju apotek 24 jam untuk membeli plaster dan obat merah. Kamipun beristirahat sejenak di minimarket 24 jam sambil memberikan obat merah pada lukaku. Kevin memberikan obat merah ke siku kanan ku dengan sangat hati-hati. Dia pasti tahu betapa sakitnya siku dan lutut saat ini.
"Kenapa kakak bisa seperti ini?"
"Kenapa lagi jika bukan karena mencarimu"
"Aku tadi hanya makan di warteg sebelah kantormu saja karena lapar dari tadi siang belum makan"
"Lagian kenapa gak pulang-pulang malah kelayapan kayak gitu?"
"Aku bingung ngapain dikostan. Lagian juga besok aku libur"
"Hah tetap saja mengkhawatirkan orang tahu"
"Lagian kenapa kakak tadi ke halte?"
"Menurut kenapa lagi kalau bukan untuk mencarimu? Aku pikir itu kamu makanya aku dekati tahu-tahu eh malah orang gila"
"Sepertinya minusnya kakak nambah deh. Orang aku ganteng gini disamain sama orang gila"
Ku cubit lengan si Kevin dengan penuh kekesalan. Rasanya marah banget sama si Kevin, percuma deh khawatir sama dia. Tetep aja dia bercanda awas aja abis ini aku bakal ninggalin dia beneran.
"Aduh kak sakit" ucap Kevin merintih.
"Rasain awas aja kalau sampe kayak gini lagi beneran aku gak bakal nyariin lagi"
"Maaf kak. Aku tak tahu kak Amara sekhawatir ini dengan ku" ucap Kevin dengan nada yang rendah tapi tampak serius. "Aku tidak bisa memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padamu. Kakak bisa terluka seperti ini adalah kesalahan ku. Jika seandainya orang tadi melakukan sesuatu padamu akulah orang pertama yang menyesal. Dan akan ku buat orang itu benar-benar menghilang" ucap Kevin, dan jika dilihat dari matanya sebenarnya dia sedikit berkaca-kaca. Tak seharusnya aku bersikap kasar terhadap dia, dari cara bicaranya sepertinya dia sudah belajar. Lebih baik aku tidak memarahi dia lagi.
"Sudahlah ini hanya luka kecil. Jangan buat seakan ini semua salahmu. Lagipula kamu yang menyelamatkan ku tadi"
"Aneh, baru saja kemarin aku berjanji padamu. Untuk membuat orang yang melukaimu menyesal. Dan sekarang aku merasakannya sendiri"
"Ini luka bukan darimu sudahlah"
"Tapi tetap saja kak. Aku minta maaf karena aku terlalu egois dan kekanak-kanakan harusnya aku sadar. Bahwa kakak memang bersikap profesional dan sudah lelah dengan pekerjaan dikantor. Harusnya aku harus lebih peka lagi terhadap kondisi kakak, harusnya aku tahu siapa diriku"
"Ahh sudah, aku senang kamu mengakuinya dan sekarang kamu sudah kapok kan?"
"Aku takut membuat kakak terluka. Luka kakak memang hanya goresan. Tapi melihat mu menangis seperti tadi jauh lebih menyakitkan bila dibandingkan aku melihat mu bersama Rino atau laki-laki lainnya" ucap Kevin sedikit ngawur. Dan akupun tak memahaminya.
"Kemarin kita berjanji kan untuk bercerita jika ada seseorang yang kita cintai. Sepertinya aku harus memulai lebih dahulu" ucap Kevin yang semakin tak ku mengerti. "Aku mencintaimu kak Amara. Sejak pertama bertemu dan terus bertambah setiap bersama mu" ucap Kevin.
Aku semakin tidak mengerti apakah kondisi Kevin sehat atau tidak. Apa yang barusan dia katakan? Dia sudah gila bahkan lebih gila dari orang tadi. Suasana malam itu semakin dingin setelah Kevin menyatakan perasaannya,

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @riskiwahyuni! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You received more than 100 upvotes. Your next target is to reach 250 upvotes.

Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

puisi yang sangat bagus

Posted using Partiko Android