Puisi #22 : Dilema

in freewriting •  6 years ago 


Sumber gambar :
http://www.kmamesir.org/2015/10/dilema-cinta.html?m=1

Tepat pukul 23.30 malam aku dan Kevin akhirnya pulang berdua dengan menggunakan motor. Selama diperjalanan tak ada sedikit kata yang terucap dari kami berdua, yang ada hanya kecanggungan. Kevin yang biasanya sangat cerewet kali ini sangat berbeda dia berdiam diri. Apalagi setelah aku tak bisa menjawab setelah dia mengakui perasaannya. Ya, setelah dia mengakui tentang perasaannya dia langsung mengajak ku pulang. Tepat pukul 00.00 kami sampai di kostku, tanpa sepatah kata setelah dia mengantar ku dia langsung kembali ke kostnya.
Malam itu memang benar-benar melelahkan, aku tidak tahu harus menjawab apa? Sampai sekarangpun aku masih memikirkan perasaan Kevin. Aku tidak tahu harus bagaimana? Aku terus memikirkannya hingga tak terasa sudah pukul 03.00 dan aku belum terlelap sama sekali. Berkali-kali aku memejamkan mataku tapi selalu susah. Aku mengecek kalender yang ada diatasnya meja kerjaku, besok adalah hari pernikahan mbak Nita. Situasi saat ini aku ingin bercerita dengannya. Dia orang yang mengerti diriku dan sudah seperti kakakku sendiri. Sebaiknya besok aku datang ke pernikahan mbak Nita sendirian.

Pagi hari, sekarang sudah pukul 06.30 aku harus bersiap berangkat ke kantor. Ah tidak kelopak mataku menghitam dan cukup besar. Mungkin karena efek aku hanya tidur 2 jam saja. Aku tidak boleh terlihat seperti ini, aku lalu mencoba menutupinya dengan eyeshadow. Sebenarnya yang paling ahli dalam hal ini di Tina tapi aku tidak mau dia tahu kalau aku begini. Sepertinya sekarang matamu terlihat lebih baik, oke waktunya berangkat. Aku sudah membaca grup kantor, kalau mereka akan berangkat bersama dan terbagi menjadi 2 gerombolan, siang dan sore. Lebih baik aku ikut gerombolan sore saja biar ada banyak waktu untuk mengobrol dengan mbak Nita.
Dengan sedikit lesu akupun berangka kerja dengan motorku. Ku lihat dari kaca jendela kostan Kevin sedang berdiri dan mengamati kostku. Hari ini aku tidak ingin menemuinya dulu. Aku terus menunggu hingga Kevin beranjak dari tempatnya berdiri. Sudah sekitar 10 menit, akhirnya dia pergi dari tempat itu. Terlihat dia tidak menggunakan seragam dan pergi ke tempat lain yang aku sendiri tak tahu harus kemana. Tanpa berpikir panjang aku lalu mengambil motor dan langsung pergi.

Aku merasa sungguh tidak bersemangat untuk bekerja sekarang. Beberapa kali aku membuka laptop dan dokumen kantor tapi tetap saja aku tak bisa memikirkan apapun. Tiba-tiba ada suara dering dari ponsel ku sepertinya ada pesan yang baru masuk.
Mau makan siang bersama?
-Rino

Aku tidak tahu apa yang ku pikirkan. Mungkin dengan makan siang diluar akan mengubah suasana hatiku saat ini. Dan aku akan lebih fokus untuk bekerja. Akupun mengiyakan ajakan Rino dan sebentar lagi mungkin dia akan menjemput ku. Aku menunggu Rino sekitar 15 menit. Kondisi kantor saat itu cukup sepi, ya karena sebagian karyawan lagi kondangan ke rumahnya mbak Nita. Untuk mencairkan suasana hatiku aku meminta Rino untuk makan diluar saja. Dan Rino menuruti keinginan. Kali ini dia yang memilih kan tempat makan siang kami.
"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil menyeruput secangkir kopi hitam.
"Tidak apa-apa mungkin aku anemia jadinya lesu begini"
"Benarkah? Harusnya aku mengajak mu ke restoran yang masakannya rumahan bukan di kedai kopi seperti ini"
"Tidak apa-apa. Lagipula di sini juga ada masakan rumahannya"
"Iya, tapi yang kamu butuhkan adalah sayuran hijau bukan nasi goreng"
"Tidak apa-apa mungkin setelah makan aku akan membaik"
"Kau membuat ku khawatir hari ini"
"Sudahlah aku tidak apa-apa. Percaya padaku"
"Lalu kenapa lenganmu itu? Kau jatuh dimana?"
"Oh ini, ya karena kemarin aku ceroboh jadi aku terjatuh dari tangga. Untunglah ada plaster luka ini yang menyelamatkan ku"
"Iya untunglah, aku khawatir jika laki-laki lain yang malah menyelamatkan mu"
"Kamu bermaksud menggombali ku sekarang?"
"Tidak, aku hanya mengatakan yang sebenarnya ku rasakan"
"Ternyata kamu mudah sekali mengatakan isi hati. Tidak seperti ku, aku sendiri bingung dengan perasaanku"
"Memangnya kenapa?"
"Tidak tahu aku bingung. Sudahlah jangan tanya soal itu"
"Oke aku tidak akan tanya, tapi dihabiskan makananmu. Aku tidak mau itu menjadi mubazir"
Setelah makan siang akhirnya aku kembali ke kantor begitu pula dengan Rino. Sekarang kondisi kantor sudah ramai kembali, sepertinya karyawan lain sudah pulang dari kondangan. Aku kembali ke meja kerjaku. Rasanya aku ingin kembali lagi mengerjakan tugas kantor tapi entah kenapa naluriku menjadi penasaran dengan kisah cinta beda usia. Akhirnya aku menggunakan laptopku untuk browsing. Aku menemukan beberapa kisah cinta beda usia ada kisah cinta yang berakhir putus seperti kisah "uni Sarah dan Raffi Ahmad" yang selisihnya 15 tahun tapi akhirnya mereka putus sih. Ada juga kisah "Dona Agnesia dan Darius Sinathrya" selisih diantara mereka 6 tahun tapi hidup bahagia dan memiliki 4 anak. Adajuga kisah Ussy dan Andhika. Dan beberapa kisah beda usia lainnya. Ahh... Kenapa dari semalam pikiran ku selalu tentang Kevin, selalu membayangkan jika benar kita bersama. Apa iya aku bisa? Dan apa iya Kevin bisa serius?

Terlalu banyak pikiran dalam diriku hingga aku tidak sadar sudah pukul 15.00 pak Haidar memanggil ku untuk segera berangkat bersama menuju kondangan mbak Nita. Mungkin dengan bertemu mbak Nita hatiku bisa lega. Akupun bersiap-siap berangkat dan tidak lupa membawa kado yang sudah ku siapkan jauh-jauh hari. Sore ini yang berangkat menuju kantor hanya 7 orang. Beda dengan tadi siang yang mencapai 20an karyawan. Tapi setidaknya aku nanti aku ada waktu untuk mengobrol dengan mbak Nita.
Kali ini kami berangkat dengan mobil pak Haidar dan disupiri oleh beliau langsung. Selama diperjalanan ya gayanya pak Haidar selaku sok asik gitu. Membuat sebuah guyonan padahal sih gak lucu tapi berhubung dia bos ya terpaksa buat ketawa aja.
45 menit perjalanan menuju rumah mbak Nita, terlihat sudah lumayan sepi tamu yang datang. Mbak Nita terlihat sangat bahagia duduk di pelaminan bersama suaminya. Mbak Nita terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin warna putih yang dia kenakan. Dengan penuh semangat aku menghampiri mbak Nita dan memberinya kado. Kami berpelukan sangat erat sampai aku nggak sadar aku sedikit menghancurkan make up mbak Nita.
"Kamu kenapa baru Dateng?"
"Iya mbak maaf tadi siang ada banyak kerjaan yang harus aku kerjain dulu"
"Oh gitu, duduk disitu aja yuk. Kangen tahu ngobrol sama kamu" ajak mbak Nita sambil menuju kursi tamu yang sudah kosong. Keadaan saat itu kebetulan sangat sepi, ya kedua pengantin menyambut teman mereka masing-masing. Mbak Nita pun minta ijin ke suaminya untuk mengobrol denganku.
"Gimana mbak rasanya nikah? Enak nggak"
"Yee, makanya buruan nyusul biar tahu rasanya gimana"
"Apaan sih mbak"
"Aku pikir kamu bareng sama Kevin loh, ternyata malah bareng sama pak Haidar"
"Enggaklah mbak. Lagian ngapain aku ngajak dia"
"Ya gakpapa, lagian tadi siang dia juga habis ke sini. Aku kira dia sama kamu eh ternyata sendirian"
"Masak sih mbak?"
"Iya beneran, cuma sebentar doang. Ngasih ucapan selamat sama kado dah abis itu pulang"
"Tapi tahu rumah mbak Nita darimana?"
"Oh, sebelumnya dia Direct Massage Instagram aku tanya alamat rumahku. Ya udah aku kasih aja, tahu-tahunya dia dateng ke sini"
"Terus dia gak bilang apa-apa gitu mbak. Atau tanya aku dimana gitu?"
"Nggak sempet, soalnya tadi siang tamunya banyak banget dan dia juga langsung pulang gitu. Oh ya aku nitip ya nanti souvenir buat Kevin tolong kamu kasih. Aku gak yakin dia tsdi dapet itu atau enggak"
"Ah, iya mbak"
Tak terasa sudah pukul 16.30 aku dan karyawan lainnya bergegas untuk pulang. Rasanya aku masih ingin bersama mbak Nita, tidak semua persoalanku tersampaikan hari ini. Rasanya aku ingin kembali bercerita lagi dengan mbak Nita tapi tidak hari ini. Hari imi pikiran ku masih terganggu oleh Kevin. Aku tidak tahu bagaimana jika nanti kita bertemu? Apakah kami bisa seakrab kemarin? Atau malah semakin menjauh?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!