Lancuk Leweng. Bagi yang mengunjungi Takengon sebelum bulan Agustus nama itu memang terdengar asing. Tepat pada tanggal 17 Agusuts 2017 dilaksanakan pengibaran bendera merah putih di atas puncak Lancuk Leweng.
Sejak hari itu nama gunung ini menjadi terkenal. Banyak orang yang datang untuk menikmati pemandangan dari puncaknya. Di puncak pengunjung bisa ber-foto di atas susunan huruf “I Love Gayo” dengan latar belakang kota Takengon.
Siang itu cuaca sedikit mendung. Siang itu juga kami melangkahkan kaki menuju puncak Lancuk Leweng. Tidak jauh dari rumah. Hanya sekitar 200 meter jarak antara rumah kami dan jalan masuk menuju puncak. Tempat parkir kendaraan ada di sisi jalan masuk. Biaya parkir Rp 5.000.
Lancuk Leweng ada di desa Asir-Asir. Tidak jauh dari Bur Gayo. Akses jalan nya sangat bagus. Tidak terlalu jauh dari kota.
Jalan setapak. Hanya cukup untuk satu motor saja. Jalannya menanjak dan banyak batu. Tapi kami memilih jalan kaki dari bawah. Katanya sekitar 1 jam jalan.
Jalan. Istirahat. Jalan lagi. Istirahat lagi. Sampai di pertengahan jalan mendaki hujan turun sedikit demi sedikit. Mendekati puncak hujan turun dengan lebat. Ya apa boleh buat. Sudah basah ya terlanjur basah. Tiba di puncak hujan masih lebat.
Sejenak mengistirahatkan kaki. Menikmati sejuk nya air hujan. Memandangi kota yang tertutup kabut. Karena tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, terpaksa sesi pemotretan dilakukan di bawah guyuran air hujan.
Klik. Klik. Klik. Berganti posisi. Klik. Klik. Klik. Puas berfoto dan badan sudah mulai kedinginan. Kami pun melangkah turun gunung. Dengan langkah pelan dan hati-hati. Kali ini hujan perlahan mulai reda.
Memang enaknya untuk naik ke puncak Lancuk Leweng pada cuaca mendung seperti waktu itu. Tidak panas. Tidak cepat haus. Bisa menghemat air minum.
Kalo mau ke Lancuk Leweng jangan lupa singgah di rumah kami ya…
Jangan lupa bawak snack ya…