Welcome and Thank You for being with us!! Following your Blog now.
One of Aceh's many unique traditional tools is the jeungki that acts as a rice pounder. this tool is often used community/people of Aceh live in the countryside,are now beginning to become rare, especially in North Aceh District as well as in other areas.
The scarcity occurred during the proliferation of mini rice mills (small grain mill machines) in various villages, so housewives tend to often wait in front of the house to grind grain and process faster.
There are 2 (two) types of ways of operating jeungki known by the people of Aceh:
A. Jeungki who is man-driven.
B. Jeungki Ie is driven using a waterwheel.
In the picture above, jeungki is driven by humans. Jungungki meets the basic requirements of the work of a simple technological tool, in general the main component is made of wood. There are 3 main components of a jeungki namely; jeungki, pestle and mortar.
Make Jeungki basically between easy and hard, made with wooden mene tree with carve that is full of art. The length of Jeungki 2.5 meters with the tip made alu, usually for wooden pestle is more soft diujungnya made dimples also from timber trees mane or other wood, now there are also made of concrete with a concrete.
Every house has Jeungki, because with Jeungki the grinding process of grain (rice) is more pure. Moreover, when approached the day of Eid many housewives in the countryside, start doing pound flour (top teupong) as raw materials of various types of preparation cake in welcoming Lebaran guests who come to his house.
It may also be used as a means, because with the system of rice planting in Aceh language called (Rhak Jeungki) can strengthen the muscles and movement of limbs for women gampong regularly, also become an economic savings in the household.
In performing top teupong aceh women do it with each other petrified or a group of 4-5 people who help each other. For the girls standing stepped on the edge jeungki, while housewives sit on the edge of dimples keep the flour while menghaliskan (hayak).
With Jeugki working together and helping each other housewives in every way. During this time Jeungki for already rare and village women began to loose intimacy and togetherness in the gampong.
It is most regrettable during the disappearance of Jeungki in Aceh, in addition to losing togetherness among housewives.
INDONESIA
Salah satu dari banyak alat tradisional Aceh yang unik adalah jeungki yang berfungsi sebagai alat penumbuk padi. alat ini sering digunakan masyarkat/orang Aceh tinggal di pedesaan, kini mulai langka terutama di Kabupaten Aceh Utara maupun di daerah lainnya.
Kelangkaan itu terjadi selama menjamurnya kilang padi mini (mesin gilingan gabah ukuran kecil) di berbagai desa, sehingga ibu rumah tangga cenderung sering menunggu di depan rumah untuk menggiling gabah dan proses lebih cepat.
Ada 2 (dua) jenis cara pengoperasian jeungki yang dikenal oleh masyarakat Aceh:
A. Jeungki yang digerakkan oleh manusia.
B. Jeungki Ie yang digerakkan memakai kincir air.
Pada gambar di atas, jeungki yang digerakkan oleh manusia.Jeungki memenuhi syarat-syarat dasar kerja suatu alat teknologi sederhana, secara umum komponen utamanya terbuat dari kayu. Ada 3 komponen utama sebuah jeungki yaitu; jeungki, alu dan lesung.
Membuat Jeungki pada dasarnya diantara mudah dan susah, yang dibuat dengan pohon kayu mene dengan mengukir yang penuh dengan seni. Panjang Jeungki 2,5 meter dengan di ujungnya dibuat alu, biasanya untuk alu kayu yang lebih lunak diujungnya dibuat lesung juga dari pohon kayu mane atau kayu lainnya, sekarang lusung ada juga yang dibuat dengan beton.
Setiap rumah memiliki Jeungki, karena dengan Jeungki proses penumbukan gabah (padi) lebih murni. Lebih-lebih kalau mendekati hari lebaran banyak ibu rumah tangga di pedesaan, mulai melakukan kegiatan menumbuk tepung (top teupong) sebagai bahan baku berbagai jenis kue persiapan dalam menyambut tamu lebaran yang datang ke rumahnya.
Jeungkin bisa juga dijadikan sebagai sarana olah, sebab dengan adanya sitem penumbukan padi dalam bahasa Aceh disebut (Rhak Jeungki) dapat menguatkan otot-otot dan gerakan anggota tubuh bagi wanita gampong secara rutin, juga menjadi sebuah penghematan ekonomi dalam rumah tangga.
Dalam melakukan top teupong perempuan aceh melakukanya dengan saling membatu atau bekelompok 4-5 orang yang saling membantu.Bagi para gadis berdiri menginjak di ujung jeungki, sementara ibu rumah tangga duduk di pinggir lesung menjaga tepung sambil menghaliskan (hayak).
Dengan adanya Jeugki bekerjasama dan saling membantu ibu rumah tangga dalam segala hal. Selama ini Jeungki bagi sudah mulai langka dan wanita desa mulai renggang keakraban dan kebersamaan di dalam gampong. Suatu hal paling disesalkan selama hilangnya Jeungki di Aceh,sudah hilangnya kebersamaan dikalangan ibu rumah tangga.