Dalam bab sosiologi Aceh ini, penulis mencoba memaparkan konsep dan skema sosiologi Aceh yang mana dari aspek kajian ini, masih kurang bahan referensinya dibandingkan Sejarah Aceh dan Antropologi Aceh. Kajian sosiologi aceh merupakan kajian yang dilakukan di kawasan urban atau kawasan yang terkena arus dan dampa modernisasi. Berbeda dengan kajian antropologi yang lebih banyak mengkaji pola hubungan dan interaksi yang ada pada masyaraakt tradisional. Oleh sebab itu, para peneliti haruslah memahami pola dan sistem kehidupan masyarakat urban tentunya di daerah perkotaan.
Dalam bab ini lebih banyak dipaparkan mengenai isi dan substansi dari ilmu sosiologi dengan menyebutkan dan mensyarah beberapa tokoh expert sosiologi barat seperti Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim. Dari penjelasan dikatakan bahwa sebelum menyelami ilmu sosiologi Aceh lebih dalam, alangkah lebih baik bagi kita untuk mengetahui substansi dari ilmu sosiologi secara universal. Kajian sosiologi khususnya sosiologi Aceh juga agak sulit dipisahkan dari pengaruh dan metode sosiologi barat sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi barat. Disini dicontohkan bahwa sosiolog arab pun cenderung mengkaji sosiologi bangsa arab namun tidak terlepas dari teori-teori dan paham sosiologi barat yang telah ada sebelumnya.
Oleh sebab itu, dalam mengkaji sosiologi aceh, penulis memaparkan bahwa apakah kita perlu memahami dan menyelami lenbih dalam sosiologi barat untuk mengetahui pola dan sistem sosiologi aceh itu sendiri ? Penulis juga memaparkan bahwa tampaknya terlalu dini untuk membangun suatu pondasi dan kerangka berpikir dari bidang sosiologi aceh. Kurangnya sosiolog sekaliber Max Weber dan Emile Durkheim yang mengkaji secara khusus sosiologi aceh merupakan salah satu penyebab yang saya tangkap bahwa penulis mengatakan terlalu dini untuk membangun suatu fondasi berpikir dalam styudi sosiologi aceh.
Dalam mendirikan pola sosiologi aceh, dapat dilakukan melalui metode perbandingan dan sejarah sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk dapat mengetahui pondasi sosiologi aceh. Ada beberapa pilihan ketika gejala sosial dan budaya yang ada akan dikonseptualisasikan dalam kajian sosiologi Aceh. Pertama, apakah perlu digunakan kacamata sosiologi barat dalam menjelaskan dan menelaah sosiologi Aceh yang mana mengaharuskan peneliti untuk memakai pondasi berpikir sosiolog barat dalam mengkaji pondasi sosiologi Aceh. Kedua, apakah harus ditemukan pola pikir keilmuan baik itu dalam aspek sosiologi, budaya, antropologi, maupun sejarah aceh agar dapat memetakan sosiologi aceh itu sendiri tanpa bersandar kepada sosiologi barat. Ketiga, apakah memungkinkan jika digunakan metode bolak-balik untuk mengetahui fondasi sosiologi aceh yang mana metode ini meupakan metode paling ribet diabandingkan dua metode yang telah dipaparkan sebelumnya.
Sosiologi Aceh dapat mulai dikaji dengan mengkonsepkan beberapa bidang sosiologi yaitu Sosiologi politik Aceh, Sosiologi religi di Aceh, dan sosiologi intelektual Aceh. Dari tiga konsep yang dipaparkan untuk memulai kajian dan pemetaan kajian sosiologi aceh, tentu saja konsep-konsep tersebut memerlukan ruang-ruang tersendiri sehingga memudahkan para peneliti dalam memetakan arah dan pembidangan ilmu sosiologi aceh lebih lanjut. Di paragraf akhir bab sosiologi aceh dipaparkan bahwa jika ingin memunculkan kajian sosiologi Aceh, diperlukan tiga hal yang perlu digali terlebih dahulu, pertama, menemukan kembali mindset sosial yang bercorak ke-Aceh-an sehingga memudahkan pemetaan kajian sosiologi aceh ini. Kedua, menemukan kembali ruang yang aktif dalam bidang kesadaran sosial masyarakat aceh. Ketiga, perlu diketahui pola kebatinan sosial masyarakat aceh dalam sosiologi sehingga memberikan titik temu bagi dua poin sebelumnya.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!