Review Bab 26 Acehnologi Volume 3 - MAKNA DAN PERAN BAHASA ACEH

in history •  7 years ago 

IMG_1734-01.jpegPada bab ini kita menilik sebuah fenomena sosial masyarakat dilihat dari sudut pandang perkembangan zaman yang berpengaruh pada bahasa. Bahwasanya bahasa Aceh itu sudah tidak dipergunakan dalam masyarakat Aceh, ini merupakan masalah yang menurut saya pribadi tidak dapat dikatakan sebagai masalah biasa. Ini menyangkut dengan identitas ke-Aceh-an seseorang khususnya yang hidup dan lahir di Aceh. Namun seiring perjalanan waktu dan perkembangan teknologi juga derasnya arus globalisasi dan westernisasi, menjadikan orang aceh khususnya anak muda aceh enggan bahkan ada yang tidak bisa berbahasa aceh.
Saat ini bentuk ciri khas ke Acehan tersebut sudah tidak lagi digunakan dalam kegiatan-kegiatan formal, sehingga bentuk bahasa Aceh tersebut sudah menjadi bahasa rakyat daripada bahasa resmi protokoler, dapat kita lihat pada masa sekarang bahasa Aceh tidak pernah dijadikan mata pelajaran di jenjang-jenjang pendidikan baik itu TK, SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi, padahal pendidikan bahasa Aceh itu sangat diperlukan oleh masyarakat Aceh, agar ciri khas bahasa Aceh itu tidak memudar bahkan hilang dengan sendirinya. Apa sih penyebab ciri khas bahasa Aceh didalam masyarakat Aceh itu hilang? Dikarenakan disekolah-sekolah Aceh lebih diprioritaskan belajar bahas Indonesia dan bahasa Asing dibandingkan bahasa Aceh yang merupakan bahasa daerahnya sendiri, sehingga dalam proses interaksi pun masyarakat banyak yang mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa Asing.

Hanya daerah-daerah tertentu saja yang masih ditemukan berbicara dalam bahasa Aceh itu pun sudah agak jarang sekali, contohnya daerah tunong mereka masih menggunakan bahas Aceh, mengapa mereka tidak terpengaruh dengan bahasa-bahasa lain? Satu alasan yang kuat, dikarenakan tunong itu daerah pelosok atau pendalaman yang sangat jauh dari kota, sehingga proses akses dan mengakses pun sulit dilakukan, kalau bahasa kekiniannya mereka masyarakat yang kurang update.
Berbeda dalam budaya bahasa Jawa yang saat ini masih digunakan bahasanya bahkan dalam dalam acara-acara resmi sekalipun orang Jawa masih menggunakan bahasa jawa,hal tersebut bentuk pelestarian masyarakat,dan kecintaanya terhadap daerah mereka sendiri Akan tetapi berbeda halnya dengan Aceh yang sangat memprihatikan dikarenakan,dalam acara-acara resmi Aceh sudah tidak lagi menggunakan bahasa Aceh tetapi menggunakan bahasa Indonesia.Ternyata bukan hanya Aceh saja yang hilang budaya bahasa daerah sendiri, bahkan bahasa melayu di Singapura atau Thailand di Selatan pun sudah hilang,mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena Singapura lebih menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Melayunya di dalam kehidupan sehari-seharinya.
DSC_5817.jpg
Perlu kita ketahui bahwa bahasa dan kebudayaan itu memiliki hubungan yang sangat erat, dikarenakan budaya itu lahir berdasarkan pembentukan bahasa, dan bahasa itu sebagai sarana induk untuk melahirkan kebudayaan. Ada 3 konsep yang membangun asal-usul bahasa yang dapat kita pahami, Pertama,aliran teologis yang memahami bahwa manusia, nenek moyang bisa berbahasa atas kehendak Tuhan. Kedua, pandangan aliran naturalis yang mengatakan bahwa kecerdasan dalam berbahasa itu atas pengaruh alam, seperti kecerdasan untuk melihat, mendengar, dan sebagainya. Ketiga, pandangan aliran konvensionalis yang mengatakan bahasa itu berasal dari produk sosial.
Maka kesimpulanya bahasa Aceh sekarang berada pada kondisi yang amat memprihatinkan. Nasib bahasa Aceh hampir sama dengan nasib bahasa melayu di Singapura atau di Thailand Selatan. Mengapa demikian? Karena dikatakan dalam buku ini bahasa resmi yang kerap didengarkan adalah bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, sementara bahasa Cina menjadi begitu dominan. Sama halnya dengan bahasa Melayu di Thailand Selatan. Disana pemerintahnya melakukan upaya penggunaan bahasa Thai sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dengan melihat aspek tersebut kita dapat mengetahui bahwa posisi bahasa sebagai bagian dari budaya dan identitas suatu komunitas atau etnik.
Untuk seorang antropolog dia haruslah terlebih dahulu memahami bahasa suatu daerah barulah dia akan memahami pola pikir masyarakat tersebut. Dengan demikian faktor bahasa memainkan peran yang cukup sinigfikan dalam pembentukan kebudayaan atau bahkan peradaban.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!