RE: Misteri Tawa di Markas Tentara Pelajar: Cagar Budaya Indonesia | The Mystery of Laughter at the Students Soldiers' Headquarters: Indonesian Heritage |

You are viewing a single comment's thread from:

Misteri Tawa di Markas Tentara Pelajar: Cagar Budaya Indonesia | The Mystery of Laughter at the Students Soldiers' Headquarters: Indonesian Heritage |

in history •  7 years ago 

Hahaha kok iso salah masuk sih @dianclasher. Saya bukan abang, sy mbak atau kakak hahaha...

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Iya deh Bang @horazwiwik, eh, Kak @horazwiwik....
Berlibur ke Yogya bagi saya lebih menarik ketimbang Bali (selain pertimbangan biaya, budaya, dan saudara). Hehehehehe. Kalau di Yogya, nginap di rumah saudara jadi lebih murah...

Ayoo, @dianclasher, seperti saran Kak @horazwiwik, kita nabung SBD terus hunting foto dan postingan ke Yogya. Jadi liburan kreatif...

Sy juga merasa ke jogja lbh mengesankan dr bali meskipun bali indah juga ya. Yg ga nahan klo sy ke bali adalah byknya barang2 kerajinan tangan2 kreatif org bali. Rasanya pengin beli semua ya klo ada duit hehehe.

Tp jogja menawarkan lbh byk ragam wisata. Ad wisata budaya, shopping, alam, belajar batik, dsb, dst. Biayapun ga nyakitin kantong. Trus klo msh ad waktu bs pergi ke tempat2 lain spt solo yg jg asyik utk dikunjungi.

Di jogja juga buanyak barang2 kreatif hasil tangan para perajin di seluruh penjuru jogja. Harganya ga bikin dompet cemberut deh.

Nah skrg pertanyaan sy dari dulu ni ya, kenapa bali dan jogja byk banget orang2 kreatif yg menghasilkan aneka macam barang unik2. Tp daerah lain ga kayak gitu. Semacam 'kutukan' gitukah hehehe....dikutuk jd org kreatif hahaha

Barangkali karena saya tidak suka pantai, makanya tidak suka Bali. Memang Bali nggak melulu pantai, banyak yang lain. Dan semuanya eksotis.

Saya lebih suka Ubud kalau di Bali. Di sana bisa liburan kreatif, sambil menulis. Saat mendapat undangan mengikuti Ubud Writer and Reader Festival pada 2012, saya langsung jatuh hati sama Ubud. Situasinya mendukung untuk menulis. Tidak panas seperti Sanur. Tidak "rusuh" seperti Kuta.

Di Yogya, situasinya begitu begitu bersahaja. Waktu seperti melambat, setiap menit begitu bermakna.

100% setuju. Ubud jauh lebih keren daripada pantai2 yg mainstream itu. Sy juga seneng di Ubud, adeem banget mata.

Yg belum pernah pergi itu ke desa Penglipuran, yg konon kabarnya desa terbersih sedunia(?). Semoga suatu saat bisa berkunjung.

And yes, sampai sekarangpun, biarpun Jogja udah byk berubah, menjadi lebih modern yg diiringi dgn denyut konsumerisme, hedonisme dan materialisme, masih saja ada sudut2 yg menawarkan kesahajaan spt di masa lalu.

Saya belum pernah mengalami kegairahan kreativitas seperti di Ubud. Semuanya mengalir lancar tanpa beban. Andai bisa sebulan saja di sana, mungkin bisa menyelesaikan satu novel.

Saya juga baru mendengar Penglipuran. Tiga hari di Ubud sibuk dengan kegiatan festival yang sangat padat. Jadi, tidak sempat ke mana-mana selain memenuhi agenda panitia. Semoga bisa kembali ke sana dan melipur lara di Penglipuran.

Sy tahu ttg festival nulis ini dari tulisan seorang backpacker indonesia favorit sy. Berarti kondusif banget suasananya.