Pramoedya Ananta Toer: Seorang Penulis Besar Indonesia, Kontroversi dan Keteladanan

in history •  7 years ago 

Sepanjang sejarah dunia kepenulisan Indonesia, terutama di bidang kesusastraan, nama Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu nama teragung dengan karya bernas, reputasi mentereng, juga dekat dengan sisi kontroversi. Sosok Pram, begitu ia dipanggil, ialah salah satu penulis besar yang pernah dilahirkan Indonesia.

Bagi saya yang notabene memiliki jarak yang jauh dengan eranya Pram. Pram, melambangkan arti perlawanan itu sendiri. Tidak mau tunduk atas kesewenang-wenangan rezim, berdikari, bermartabat dan berani atas kebenaran.

Kisah hidup Pram tak ubahnya buku yang tak pernah habis dibaca. Sederetan kisah pelik yang menimpa Pram, adalah pelecut bagaimana memahami sejarah Indonesia di masa lalu. Pram, menjadi saksi, betapa negara dengan otoritasnya bisa semena-mena terhadap rakyat dengan kekuasaan yang salah dialamatkan. Bagi siapa saja yang tidak pro pemerintah, maka akan diasingkan, bahkan dihabisi.

Pram menghabiskan bertahun-tahun hidupnya sebagai tahanan di Pulau Buru, Maluku. Selama di dalam tahanan, Pram dilarang menulis. Namun, menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Pram tetap menulis melalui banyak cara. Beberapa tahanan, mendukung Pram untuk menulis. Mereka memberikan Pram kertas semen kepada Pram agar ia tetap bisa menulis.

Setelah Pram bebas dari tahanan Pulau Buru, baru kemudian bukunya diterbitkan. Buku-bukunya yang terkenal sering disebut dengan istilah "Tetralogi Pula Buru". Dengan judul: 1. Bumi Manusia, 2. Anak Semua Bangsa, 3. Jejak Langkah, dan 4. Rumah Kaca. Beberapa buku tersebut rampung dicetak sekitar media 1980-1999. Kendati demikian, karya Pram tetap dilarang, menginggat Pram dianggap berbahaya serta ancaman bagi rezim.

Dalam narasi tulisan, Pram kerap menyentil sejarah yang bengkok, kekuasaan yang otoriter, hingga ketidakadilan pinggiran. Bagi Pram, menulis juga bagian lain dari pada menyampaikan suara-suara yang tertindas, suara-suara serak yang parau, suara orang-orang yang patut didengar dan dibela.

Pram, dalam perjalanan tulis-menulisnya bukan tanpa aral. Pram, dianggap kiri yang PKI. Padahal, bagi Pram, dalam sebuah sesi wawancara menantang balik, buktikan kalau memang saya ini PKI. Pram, memang menyukai paham sosialisme kerakyatan, tapi menolak dirinya dicap sebagai PKI.

Ketika itu, dunia kepenulisan Indonesia boleh dibilang terbelah dalam dua kubu. Kubu Lekra dan Kubu Manikebu. Lekra, berkubadayaan dengan bahasan yang indentik kiri. Sedangkan Manikebu yang digawangi Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad (GM) dianggap kanan. Meskipun image sebagai pembela rezim otoriter orde baru identik dengan Manikebu.

Perseteruan antara Lekra dan Manikebu kala itu, telah memperkaya khazanah dinamika dunia kepenulisan Indonesia. Dimana kedua kubu saling berbalas karya (tulisan) di berbagai media. Saat itu, di tengah ketidakpastian politik, hasrat menulis tak pernah padam. Gagasan brilian, acap kali muncul dari lorong gelap sejarah dengan tingkat tekanan di atas rata-rata.

Di mata saya, Pram, sebagai penulis, ada dua hal yang paling berharga dari dirinya. Produktivitas menulis yang tinggi dan kesederhanaan hidup. Ada dua benda yang setiap waktu setia mendampingi Pram; mesin ketik dan rokok. Pram memang dikenal sebagai perokok berat, hingga akhir hayatnya dengan riwayat komplikasi penyakit diabetes dan jantung, Pram juga tak pernah berhenti merokok. Tapi Pram, lebih-lebih tak pernah mau berhenti menulis. Karena baginya, menulis adalah kerja menuju keabadian.

Kita sebagai generasi muda perlu belajar banyak hal dari Pram. Melalui karyanya, dengan membaca dan menulis, atau mengkurasi isi buku Pram. Terus menulis! Harusnya, generasi hari ini semangat menulis dan berkarya musti melampaui generasi Pram. Kita malu, Pram, dengan segala keterbatasan, sebagai tahanan, masih giat menulis meskipun beralaskan kertas semen. Sedangkan kita, di era digital dengan modal sentuh sudah bisa menulis. Namun, tetap saja cengeng dan enggan memulai.

Jika Pram dulu menulis dengan mesin ketik, baiknya, dengan adanya platform Steemit bisa menjadi alternatif untuk menarasikan karya. Pram butuh ratusan gulungan pita dan kertas karbon untuk mengetik. Kita hanya perlu kuota. Tak jarang, modal hanya WiFi gratis. Pram harus melawan angkatan darat dan pemerintah, kita hanya perlu melawan malas dan rasa putus asa ketika vote tak kunjung datang. Memang beda. Menulis untuk keabadian dengan menulis demi ehem-ehem. Setiap orang punya pilihan, begitu pun rakan-rakan bebas memilih jalan tulisan sekalian.

Pram memang telah tiada, ia kembali kepada Sang Maha tepat pada tanggal 30 April 2006. Tetapi ia abadi sebagai pahlawan, sebagai penulis, sebagai tokoh, sebagai sosok. Dan sebagai apapun yang hampir sulit dinafikkan. Karena Pram, menulis untuk perlawanan, berkarya atas dasar ketidakadilan dan bentuk tanggung jawab daripada memanusiakan manusia lainnya. Wajar, bila Pram, salah satu orang yang namanya sempat terdengar (hampir) masuk nominasi penerima nobel sastra dunia. Angin kuat itu berhembus kencang, medio 2004-2005.

Sebagai sesosok yang besar, maka, hampir saban 6 Februari orang-orang memperingati hari kelahiran Pram. Andai Pram masih ada, hari ini 6 Februari 2018, Pram mencapai usianya yang ke 93 tahun. Sayang, Pram tak lagi di dunia yang sama. Kita berharap, semoga semangat Pram dengan segala sisi perjuangan yang tulus, terus tumbuh dalam sanubari kita, serta menjadikan hal-hal yang bersinggungan dengan itu sebagai pelecut etos kerja yang lebih bermartabat nan bermanfaat.

Pram dengan segala pilihan hidup yang sederhana, tetap mewah lagi besar. Orang-orang terus berdebat mengenainya, pro dan kontra adalah sebuah kewajaran. Namun, milih mengkultuskannya jelas tak elok. Karena Pram sendiri menolak keagungan. Ia, adalah patronase daripada egaliterisme itu sendiri. Pun begitu, jika ada yang masih kurang kerjaan ingin mengecilkan Pram, tak perlu jauh-jauh untuk membuktikan bahwa Pram bukan orang biasa-biasa saja. Buktinya, setingkat Google. Membuatkan Google Doodle dengan karikatur Pram yang sedang mengetik menggunakan mesin ketik.

Akhirnya, selamat ulang tahun Pram! Tenang dan berbahagialah di alam yang lain. Tak usah risau, angkatan muda hari ini, sebagaimana harapnya di masa lalu, masih terus ada yang mau melawan melalui kanalnya masing-masing. 6 Februari 1925 - 6 Februari 2018.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Mantap. Jasad boleh mati, tapi Karya dan Pemikirannya tetap hidup.

Betul sekali. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisahnya.

Aduhhhh aku belum membaca satu pun karya Pram.

Harus baca! Recommended pokoknya.

follow dong abg ganteng