Historian of Aceh Lift Talk About The Beginning Of The Spreading of Ganja Tree
Sejarahwan Aceh Angkat Bicara Soal Awal Mula Persebaran Pohon Ganja
On Friday, September 26, 2014, the LGN Team met with senior Aceh historian Mr. H. Rusdi Sufi, whom some Acehnese dubbed the "walking history dictionary". The LGN team met with Pak Rusdi at his office, the Dutch Cemetery Complex in Banda Aceh. That the existence of the senior historian's office in the Dutch cemetery complex certainly feels weird to anyone.
Pak Rusdi, who was born in Banda Aceh on August 14, 1942, is a very productive writer. Many of his books and writings have been published and published in various media. In addition he is also often invited to present his writings in various scientific forums both local and national. Pak Rusdi completed the SR (Sekolah Rakyat) in Banda Aceh in 1957 and then finished junior high school at the same place in 1964. After graduating from Junior High School Pak Rusdi Sufi moved to Yogyakarta Special Region to continue high school, and then continued with a lecture at Kota Gudeg also, precisely at the University of Gajah Mada Yogyakarta, majoring in history. In 1977-1979, Mr. Rusdi attended a post graduate program in history at the University of Leiden the Netherlands.
He is active as a lecturer of history at FKIP Unsyiah and IAIN Ar-Raniry (now UIN Ar-Raniry). Selan he also served as Head of Center for Traditional History and Value of Banda Aceh in 1996-1998, then in 1998-2001 belau served as Head of National Archive of Indonesia Region of Aceh Special Region. Currently she serves as the Netherlands Stichting Peutjut Fonds representative in Aceh. Stichting Peutjut Fonds is a foundation that manages Dutch tombs throughout Indonesia. So it is only natural that he is currently based in the Dutch cemetery complex in Banda Aceh, next to the Tsunami Museum.
He became one of the resource persons who must be met because his name was recommended by so many people in Aceh who have been encountered by the LGN team in preparation for research "Hikayat Ganja Nusantara"; And based on his background, Mr. Rusdi is a historian who is considered authoritative enough to talk about the history of Aceh in general.
In accordance with the purpose and purpose of the arrival of LGN Team to Aceh, that is to stay in touch and simultaneously disseminate the results of hearings between LGN with Ministry of Health RI, then after introducing themselves to Mr. Rusdi Team LGN presented the audiences. After knowing the result of audisensi between LGN with Ministry of Health RI which is recommendation of research of marijuana, hence spontaneously senior historian said that research effort about first marijuana in Republic of Indonesia this is a progress and is something good. Belau then told me some pretty interesting things about marijuana. As for the origins of marijuana in Aceh, for example, is marijuana a native Aceh plant or as a common explanation in various social media that marijuana was brought to Aceh by Europeans?
According to Pak Rusdi, there is an opinion that marijuana was brought to Aceh by European sailors. This opinion currently dominates public opinion, especially in social media. While there are others who believe the idea that marijuana is native to Aceh. So, which one is right? That's what research is for. There are many versions that say that the Acehnese have been very used to using marijuana as a spice or as medicine. Then the story goes that in the framework of trade and political rivalry between the Dutch and Portuguese kingdoms in the territory of the Sultanate of Aceh, it is said that the Dutch people asked to be given cannabis in the spices that will be served to the Portuguese. As a result after consuming dishes containing marijuana the Portuguese feel comfortable and fall asleep. That's when the Dutch can beat their rivals. Such stories can be found in texts containing reports of seafarers who served as representatives or representatives of European empires such as the Netherlands, Portuguese, Spanish, or French.
Another version that explains that the Acehnese have been very familiar since then and then familiar with the creatures of God from the kind of plants and named marijuana, according to Pak Rusdi, we can find in the books of ancient Malay treatment written in Arabic and Malay, such as "Mujarabab" and "Tajulmuluk" (Seven Hints).
Pada hari Jumat, 26 September 2014, Tim LGN bersilaturahmi dengan sejarawan senior Aceh, Bapak H. Rusdi Sufi, yang oleh beberapa kalangan di Aceh dijuluki sebagai “kamus sejarah berjalan”. Tim LGN bertemu dengan Pak Rusdi di kantornya, Kompleks Pekuburan Belanda di Banda Aceh. Bahwa keberadaan kantor sejarawan senior tersebut di kompleks pekuburan Belanda tentu terasa aneh bagi siapapun.
Pak Rusdi, yang lahir di Banda Aceh pada 14 Agustus 1942, adalah seorang penulis yang sangat produktif. Banyak buku dan tulisan beliau yang telah diterbitkan dan dimuat diberbagai media. Selain itu beliau juga sering diundang untuk mempresentasikan tulisan-tulisannya di berbagai forum ilmiah baik lokal maupun nasional. Pak Rusdi menyelesaikan SR (Sekolah Rakyat) di Banda Aceh pada tahun 1957 dan kemudian menyelesaikan SMP di tempat yang sama pada tahun 1964. Setelah tamat SMP Pak Rusdi Sufi hijrah ke Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melanjutkan SMA, dan kemudian dilanjutkan dengan kuliah di Kota Gudeg itu juga, tepatnya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, jurusan sejarah. Pada tahun 1977-1979, pak Rusdi mengikuti post graduate programme dalam bidang sejarah di Universitas Leiden Belanda.
Beliau aktif sebagai dosen sejarah di FKIP Unsyiah dan IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN Ar-Raniry). Selan itu beliau juga pernah menjabat sebagai Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh pada tahun 1996-1998, kemudian pada tahun 1998-2001 belau menjabat sebagai Kepala Arsip Nasional RI Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Saat ini belau menjabat sebagai perwakilan Stichting Peutjut Fonds Belanda di Aceh. Stichting Peutjut Fonds adalah yayasan yang mengelola kuburan-kuburan Belanda di seluruh Indonesia. Jadi wajar jika beliau saat ini berkantor di kompleks pekuburan Belanda di Banda Aceh, di samping Museum Tsunami tersebut.
Beliau menjadi salah satu nara sumber yang wajib untuk ditemui karena nama beliau direkomendasikan oleh begitu banyak kalangan di Aceh yang telah dijumpai oleh Tim LGN dalam rangka persiapan riset “Hikayat Ganja Nusantara” ini; Dan berdasarkan latar belakangnya tersebut Pak Rusdi adalah sejarawan yang dianggap cukup otoritatif untuk bicara tentang sejarah Aceh secara umum.
Sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan Tim LGN ke Aceh, yaitu untuk bersilaturahmi dan sekaligus mensosialisasikan hasil audiensi antara LGN dengan Kemenkes RI, maka setelah saling memperkenalkan diri kepada Pak Rusdi Tim LGN memaparkan hasil audiensi tersebut. Setelah mengetahui hasil dari pada audisensi antara LGN dengan Kemenkes RI yang adalah rekomendasi riset ganja, maka secara spontan sejarawan senior tersebut mengatakan bahwa upaya penelitian tentang ganja yang pertama di Republik Indonesia ini adalah sebuah kemajuan dan merupakan sesuatu yang baik. Belau kemudian menceritakan beberapa hal yang cukup menarik tentang ganja. Soal asal-usul ganja di Aceh, misalnya, apakah ganja adalah tanaman asli Aceh atau seperti penjelasan yang umum di berbagai media sosial bahwa ganja dibawa ke Aceh oleh orang-orang Eropa?
Menurut Pak Rusdi, ada pendapat yang mengatakan bahwa ganja dibawa ke Aceh oleh para pelaut Eropa. Pendapat tersebut saat ini mendominasi opini publik terutama di media-meda sosial. Sementara ada pihak yang lain yang meyakini pendapat bahwa ganja adalah tanaman asli Aceh. Lantas, mana yang benar? Itulah gunanya penelitian. Ada banyak versi yang mengatakan bahwa bangsa Aceh telah sejak sangat lampau memanfaatkan ganja sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat. Kemudian berkembang cerita bahwa dalam rangka persaingan dagang dan politik antara kerajaan Belanda dan Portugis di wilayah Kesultanan Aceh, maka konon ceritanya orang-orang Belanda meminta supaya diberikan ganja di dalam bumbu masakan yang akan dihidangkan kepada orang-orang Portugis. Akibatnya setelah mengkonsumsi hidangan yang mengandung ganja tersebut orang-orang Portugis merasa nyaman dan tertidur. Saat itulah kemudian Belanda dapat mengalahkan saingan mereka itu. Cerita seperti tersebut di atas dapat ditemukan di dalam naskah-naskah yang berisi laporan-laporan dari para pelaut yang berperan sebagai utusan atau perwakilan kerajaan-kerajaan Eropa seperti Belanda, Portugis, Spanyol, atau pun Perancis.
Versi lain yang menjelaskan bahwa bangsa Aceh telah sejak sangat lampau berkenalan dan kemudian akrab dengan makhluk Tuhan dari jenis tetumbuhan dan bernama ganja tersebut, menurut Pak Rusdi, dapat kita temukan di dalam kitab-kitab pengobatan Melayu kuno yang ditulis di dalam bahasa Arab dan Melayu, seperti “Mujarabab” dan “Tajulmuluk” (Tujuh Petunjuk).
According to Mr. Rusdi, these stories can not be used as evidence to explain the origins of cannabis plants in Aceh, but at least from such stories can serve as guidelines for tracing or more in-depth research on the history of marijuana Aceh in a broad perspective. The history of marijuana in Aceh in particular, and the archipelago in general will have meaning that is not only important but also strategic, especially since marijuana tree is a type of plant that is very large benefits and usefulness for life. From an economic perspective, the cannabis tree is now one of the cornerstones of hope for the improvement of prosperity in many countries of the world; Netherlands, USA, Uruguay, China, UK, France, Russia, Canada, Spain, etc. Utilization thoroughly ranging from industry, medicine, to recreation.
One of the most interesting and perhaps most important of all the talks with Pak Rusdi is his perspective as a nation of Aceh in viewing or addressing the first research efforts of marijuana in the Republic of Indonesia. As an Acehnese Pak Rusdi sees that the research on the history of the marijuana's marijuana is an important thing for the Acehnese nation. The reason is that nowadays hemorrhoid has been haphazardly classified as narcotics in the law, as a result everywhere in Indonesia and even around the world, marijuana is made as the main enemy. While the province of Aceh is known as one of the largest producers of marijuana and one of the best marijuana in the world. Thus the image of the Acehnese is polluted as a result of the negative stigma against marijuana without the scientific evidence.
As an Acehnese historian and son of a biological son, he hopes that research efforts or tracing the history of marijuana in Aceh can put marijuana objectively so that the Indonesian nation can give the cannabis tree a proper place in its history and culture. The results of this historical study are expected to clarify all allegations and slanders that have been addressed to cannabis trees.
Menurut pak Rusdi, cerita-cerita tersebut memang tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang dapat menjelaskan soal asal-usul tanaman ganja di Aceh, tetapi setidaknya dari cerita-cerita seperti tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk pelacakan atau penelitian yang lebih mendalam tentang sejarah ganja di Aceh dalam perspektif yang luas. Penelusuran sejarah ganja di Aceh khususnya, dan Nusantara secara umum akan memiliki arti yang tidak saja penting tetapi juga strategis terutama karena pohon ganja adalah jenis tetumbuhan yang sangat besar manfaat dan kegunaannya bagi kehidupan. Dari perspektif ekonomi, pohon ganja saat ini menjadi salah satu tumpuan harapan bagi peningkatan kesejahteraan di banyak Negara di dunia; Belanda, Amerika Serikat, Uruguay, China, Inggris, Perancis, Rusia, Kanada, Spanyol, dll. Pemanfaatannya menyeluruh mulai dari industri, pengobatan, hingga rekreasional.
Satu hal yang paling menarik dan barangkali paling penting dari seluruh obrolan dengan pak Rusdi tersebut adalah perspektifnya sebagai bangsa Aceh dalam memandang atau menyikapi upaya penelitian ganja yang pertama di Republik Indonesia ini. Sebagai orang Aceh Pak Rusdi memandang bahwa penelitian sejarah ganja Nusantara ini adalah sebuah hal yang penting bagi bangsa Aceh. Alasannya, saat ini ganja telah dengan sembrono digolongkan sebagai narkotika di dalam undang-undang, sebagi akibatnya di mana-mana di seluruh Indonesia bahkan dunia, ganja di jadikan sebagai musuh utama. Sedangkan wilayah Propinsi Aceh dikenal sebagai salah satu penghasil ganja terbesar dan salah satu ganja terbaik di dunia. Dengan demikian citra bangsa Aceh ikut tercemar sebagai akibat dari stigma negatif terhadap ganja yang tanpa disertai dengan bukti ilmiah tersebut.
Sebagai sejarawan dan sekaligus putra kandung tanah Aceh, beliau berharap bahwa upaya penelitian atau penelusuran sejarah ganja di Aceh ini dapat menempatkan ganja secara obyektif sehingga bangsa Indonesia dapat memberikan kepada pohon ganja tempat yang layak dalam sejarah dan kebudayaannya. Hasil dari pada penelitian sejarah ini diharapkan dapat mengklarifkasi semua tuduhan dan fitnah yang selama ini dialamatkan kepada pohon ganja.
This was posted from Smoke.Network
Good history
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
thanks @abu23 semangat selalu...wkwkwka,,😀😀😀
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
😁😁😁 you are the best jika tidak ada orang lain 😁😁😁😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
History nya jaman perjuangan
Yang begitu hebat @mizi23
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
wow @teuku-ary you are good...thanks vote and command...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
good post....,😁😁😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by tarmizi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews/crimsonclad, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows and creating a social network. Please find us in the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP. Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
This post has received a 0.22 % upvote from @drotto thanks to: @banjo.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
great post!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Beteh byan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit