Pusaka Kuliner Akulturasi Budaya India dari Pekojan, Semarang

in history •  7 years ago  (edited)

IMG_20170907_114428_AO_HDR.jpg

Kampung Pekojan merupakan salah satu kawasan di Semarang yang banyak ditinggali oleh keturunan para warga keturunan India bagian barat, yang utamanya adalah kaum Gujarat. Dikarenakan perawakan mereka yang mirip dengan warga keturunan Arab, banyak dari masyarakat Semarang yang menyebut warga Koja, sebutan bagi para warga dari daerah ini, sebagai warga keturunan Arab. Kampung Pekojan sendiri letaknya di dekat Kawasan Pecinan Semarang. Dahulu di dekat kawasan ini terdapat komplek pemakaman Tionghoa, yang kemudian dibongkar untuk pembuatan akses jalan menuju Kota Lama yang merupakan pusat aktivitas bangsa Eropa dan perkembangan kawasan ini yang semakin pesat pada awal abad ke 19. Untuk mengenangnya, masih terdapat inskripsi doa dalam agama Buddha yang tertempel di Jalan Petolongan persis di seberang Masjid Jami Pekojan yang merupakan ikon kawasan ini. Inskripsi ini masih dapat dilihat jejaknya hingga kini dan merupakan bukti harmonisnya hubungan antar suku bangsa dan agama di Kota Semarang.

IMG_20170907_114356_AO_HDR.jpg

Sejak jaman penjajahan Belanda kampung Pekojan ini memiliki ciri khas dari kuliner, seni, cara berpakaian (sandang), festival atau ritual keagamaan yang mengadopsi dari budaya India dan Timur Tengah. Namun akibat arus globalisasi yang kuat menyebabkan ciri khas dari kampung ini mulai pudar dan tergerus oleh kemajuan jaman sehingga banyak dari kaum Gujarat yang membaur dengan masyarakat sekitar yang menciptakan akulturasi budaya. Akan tetapi kita masih dapat temui aktivitas warga pekojan yang masih kental dengan budaya ala India yang terletak di Pekojan tengah karena di tempat itu masih di dominasi oleh keturunan kaum Gujarat. Napak tilas dari kaum Gujarat tersebut masih ada beberapa yang bertahan sampai saat ini di antaranya,


Acar Repo atau Asinan Mangga


Acar repo asem manis.JPG

Makanan ini merupakan makanan khas dari kawasan Pekojan. Kita dapat menemui makanan ini di kawasan Pekojan Tengah tepatnya di rumah Bapak Muhammad yang merupakan pembuat Acar Repo ini. Sebenarnya makanan ini merupakan makanan musiman hanya terdapat di bulan Romadhon saja, akan tetapi dari permintaan berbagai pihak yang tertarik dan suka terhadap makanan ini sehingga pembuatan Acar Repo dilakukan setiap hari sesuai pesanan oleh Bapak Muhammad. Acar Repo sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Acar Repo yang rasanya asam asin dan Acar Repo yang rasanya asam manis. Cara pembuatannya cukup sederhana dilakukan pengupasan terhadap mangga muda lalu di rendam selama sehari dengan air garam, kemudian di jemur selama tiga hari dan Acar Repo asam asin langsung siap untuk di makan. Sedangkan rasa asam manis proses pembutannya sama tetapi ada proses lanjutan setelah di jemur yaitu direndam dengan air gula selama sehari. Jadi Acar Repo asam asin itu bentuknya kering sedangkan yang rasa asem manis itu dalam bentuk agak basah.


Bubur India


1001894_553437831384651_1083960202_n.jpg
Meski bernama bubur India, namun bubur ini sebenarnya bukanlah resep asli dari India melainkan kreasi para warga Koja. Namun jangan salah, hidangan yang khusus hanya disajikan untuk hidangan berbuka puasa pada bulan Ramadhan ini sudah disajikan turun temurun, bahkan konon semenjak masjid Jami Pekojan berdiri, yang berarti sejak abad ke 18! Rahasia nikmatnya Bubur India ada pada bumbu yang terdiri dari jahe, wortel, daun salam, serai, kayu manis, santan dan Garam. Memasaknya harus menggunakan kuali tembaga dan diatas tungku berbahan bakar kayu. Penyajian bubur India biasanya didampingi susu atau kopi, kurma, dan satu jenis buah lainnya. Bubur tersebut juga disajikan dengan lauk yang berbeda setiap harinya, khusus untuk hari kamis menu bubur akan disajikan dengan gule khas warga Pekojan, Gule Bustaman.

Gule Kambing Bustaman

IMG_2280.JPG

Gule Kambing Bustaman merupakan kuliner khas kawasan Pekojan dimana asal nama Bustaman di ambil dari kampung Bustaman. Hingga kini, Gule ini di buat di Kampung Bustaman untuk kemudian didistribusikan ke penjaja-penjaja Gule Bustaman di seluruh penjuru Semarang. Resep ini secara turun-temurun di kembangkan dalam usaha keluarga. Sampai saat ini, tercatat ada lima orang yang masih meneruskan resep asli dari pembuatan Gule Bustaman tersebut.

IMG_20170825_081222_HDR.jpg

Hal yang membedakan Gule Bustaman dengan Gule yang lain adalah terletak di cara pemasakan dan resepnya. Gulai Bustaman dalam pengolahan daging kambing di bakar terlebih dahulu baru di masak ke dalam tungku besar dan bagian jeroan beserta kepala di masak tersendiri di campur dengan kunyit demi menghilangkan bau anyir kambing. Selain itu resep dalam gule Bustaman juga berbeda, kalau gule pada umumnya menggunakan santan sedangkan gule Bustaman menggunakan bumbu Serundeng. Bumbu Serundeng merupakan kelapa yang di sangria lalu di (deplok) sehingga keluar minyaknya sebagai pengganti santan. Selain itu ada bumbu lain yang menjadi ciri khas adalah campuran 27 macam rempah. Konon, resep 27 macam rempah ini berasal dari perpaduan resep kaum Jawa dan kaum Gujarat sehingga tercipta akulturasi dalam resep Gule Bustaman.

Terimakasih untuk dukungannya, Komunitas Steemit Indonesia, juga kepada para Kurator Indonesia yakni @aiqabrago dan @levycore

Salam Komunitas Steemit Indonesia!

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

informasi yang sangat menarik..

Terimakasih bung @ojie sudah mampir :)

Jadi kepingin menikmati kuliner-kuliner yang unik ini.

Nah gantian ayo bung, ke Semarang dulu hehe

mudah-mudahan suatu saat akan datang ke sana bung @yogifajri

Bagus banget tulisan reportasemu! Mampir ah kalau ke semarang...

terimakasih apresiasinya mbak @mariskalubis salam kenal :) nah, wajib kalo ke Semarang nyobain hehe