Berdiskusi Soal Peran Perempuan dalam Pemilihan Kepala Daerah di Aceh |

---

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia dengan otonomi khusus, Aceh memiliki karakteristik budaya dan sejarah yang unik, termasuk dalam hajabatn politik. Salah satu aspek penting dari demokrasi di Aceh adalah partisipasi perempuan dalam proses politik, khususnya dalam pemilihan kepala daerah. Peran perempuan dalam pemilihan ini tidak hanya mencerminkan kemajuan gender, tetapi juga dinamika sosial dan politik yang ada di wilayah tersebut.

Aceh dikenal memiliki tradisi yang kuat dalam hal peran gender, dimana perempuan Aceh telah lama berperan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di ranah politik. Contoh terkenal dari sejarah ini adalah Sultanah Safiatuddin yang memerintah Aceh pada abad ke-17 atau Sultanah Nahrasiyah di Kerajaan Samudera Pasai. Namun, selama beberapa dekade terakhir, peran perempuan dalam politik mengalami pasang surut, dipengaruhi oleh konflik bersenjata dan bencana tsunami.

Sebagai Pemilih Perempuan di Aceh memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam memilih kepala daerah. Partisipasi aktif mereka dalam pemilu sangat penting untuk memastikan representasi yang adil dan inklusif. Kampanye kesadaran pemilih seringkali menargetkan perempuan untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam pemilu.

Dalam pencalonan kepala daerah di Kota Lhokseumawe, belum terlihat adanya bakal calon dari kalangan perempuan. Namun, politisi perempuan di Kota Lhokseumawe memegang perenan penting sebagai tokoh politik. “Setidaknya, ada tiga parpol besar di Lhokseumawe yang diketuai perempuan,” ungkap Ketua Divisi Hukum, Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Panwaslih Kota Lhokseumawe, Ayi Jufridar, ketika berdialog dengan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universtas Malikussaleh, Selasa (5/6/2024).

Menurut Ayi Jufridar, banyak tantangan yang dihadapi politisi perempuan dalam pilkada, termasuk stereotip gender, kurangnya dukungan finansial, dan hambatan budaya. Namun, keberhasilan beberapa perempuan dalam memenangkan pemilihan menunjukkan bahwa perubahan sedang terjadi. “Di Lhokseumawe, ada tujuh anggota legislatif perempuan yang terpilih dalam Pemilu 2024 lalu,” tambah Ayi.

---

---

---

Anggota Panwaslih Kota Lhokseumawe lainnya, Yuli Asbar, menyebutkan peran perempuan dalam pemilihan kepala daerah di Lhokseumawe merupakan cerminan dari kemajuan gender dan demokrasi di Aceh. Meskipun masih dihadapkan pada berbagai tantangan, keberadaan dan partisipasi perempuan dalam politik lokal menunjukkan tren positif menuju kesetaraan gender.

Upaya terus-menerus diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan memimpin dalam proses politik di Aceh. “Masalah gender dalam politik di Lhokseumawe, sudah selesai. Masyarakat bisa melihat sendiri peran perempuan yang signifikan dalam dunia politik,” ujar Yuli Asbar.[]

---