The Diary Game{ 25 -10-2021} SECUIL CERITA DI TENGAH PANDEMI

Acara pernikahan adik seupu ini, yang berlangsung hari ini, sudah dirancang lama, sejak setahun silam. Tapi, pandemi membuat kami keluarga harus menyesuaikan diri. Pada mulanya, kami mau bikin acara kecil-kecilan saja, mengundang sanak saudara, dan handai taulan yang jumlahnya tak lebih 100 orang. Ada sedikit upacara adat, selanjutnya tausiyah, lalu doa penutup. Selesai. Undangan sudah disebar, wedding organizer dan semua keperluan sudah dilunasi, namun tiba-tiba badai itu datang. Gelombang duka datang silih berganti, dan pemerintah kemudian menerbitkan kebijakan PPKM Darurat.

Orang tua tentu saja merasa dilematis. Sebagai seorang Abang, saya paham, adik sepupu saya juga sangat galau, sukar
Sangat sulit untuk mengambil keputusan. Sebagai anak terakhir atau bungsu, dianya tentu sangat menginginkan pesta terbaik untuk dirinya. Namun, kita memang sedang menghadapi situasi yang sulit dan menyulitkan.

Sesudah saling bermusyawarah, saling jual beli pemahamahan, kami sekeluarga akhirnya menyepakati untuk membatalkan acara resepsi. Kami tidak tahu sampai kapan situasi ini akan berlangsung. Sehingga, daripada menggantung acara dengan menundanya, lebih baik meniadakannya saja. Yang penting, acara ijab kabul tetap berjalan dengan mematuhi berbagai syarat yang diajukan oleh Kantor Urusan Agama.

Kami paham, pembatalan yang mendadak semacam ini jelas ada konsekuensinya. Tak semua biaya yang sudah dilunasi bisa kembali. Padahal, jasa yang akhirnya dipakai hanya tinggal pelaminan sederhana, itupun hanya untuk background foto-foto kedua mempelai pasca-ijab kabul. Jasa-jasa lainnya terpaksa dibatalkan. Demi kemaslahatan yang lebih besar, tak apa sebagian uang harus hangus.

Karena tak semua undangan ada nomor kontaknya, sebelum hari ijab kabul kami memasang spanduk di sekitar rumah, yang mengabarkan kalau resepsi dibatalkan. Namun, untuk mengantisipasi para undangan yang tak mendapat informasi pembatalan, kami tetap berusaha menjaga adab dengan menyediakan bingkisan untuk mereka yang terlanjur datang. Mereka dipersilakan mengambil bingkisan dan tanpa mengurangi rasa hormat selanjutnya dipersilakan pulang kembali. Kami tidak menyediakan jamuan makan dan minum di tempat. Tak ada tenda. Semua kursi yang diatur juga milik sendiri.

Memang serba canggung. Tetapi, kita memang harus belajar menyesuaikan diri dengan keadaan bukan?

Akhirnya, selamat menempuh hidup baru, adikku. Semoga bahagia, semoga langgeng, semoga dilimpahi rejeki yang cukup dan segera diberkahi momongan. Aamiin.